TEMPO.CO, Yogyakarta - Pasar tradisional di Kota Yogyakarta bukan lagi sekedar menjadi tempat berlangsungnya transaksi jual beli biasa. Sejumlah pasar tradisional di Yogya beberapa tahun terakhir ini menjadi destinasi alternatif wisatawan luar daerah yang ingin klangenan sambil berbelanja berbagai barang kebutuhan.
Tak ayal, saat musim liburan tiba bukan hanya destinasi wisata yang penuh sesak, namun juga pasar-pasar tradisional itu. Terutama pasar-pasar yang lokasinya berdekatan dengan kawasan wisata dan memiliki komoditas khas.
Hanya saja, sejak pandemi Covid-19 merebak akhir Maret silam, Pemerintah Kota Yogyakarta mulai mengatur waktu operasional 30 pasar tradisional yang ada. Misalnya dengan membatasi operasional sebagian besar pasar itu hanya dari jam 09.00-13.00 WIB saja.
Hanya Pasar Induk Giwangan yang saat itu diijinkan beroperasi penuh 24 jam dan Pasar Beringharjo yang diberi waktu buka sampai pukul 16.00 WIB. Padahal ada sekitar 15 ribuan pedagang menggantungkan hidupnya di pasar tradisional Yogya itu.
"Oktober ini kami siapkan lagi 17 pasar tradisional agar bisa melayani transaksi daring, menyusul enam pasar tradisional yang sebelumnya sudah menerapkan layanan itu lebih dulu," ujar Kepala Seksi Pengembangan Pasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Kota Yogyakarta Agung Dini Wahyudi kepada Tempo, Ahad 18 Oktober 2020.
Sejak April lalu atau saat penularan kasus Covid-19 meningkat di Yogyakarta, sebanyak enam pasar tradisional terpadat di Kota Yogyakarta ditunjuk untuk melayani transaksi daring. Enam pasar itu adalah Pasar Beringharjo, Pasar Demangan, Pasar Kotagede, Pasar Legi, Pasar Kranggan dan Pasar Sentul.
Dalam transaksi daring di enam pasar tradisional saat itu, Pemerintah Kota Yogya menggandeng operator ojek online Go-Jek lewat aplikasi GoShop. Di halaman GoShop tersebut muncul daftar harga bahan kebutuhan sehari-hari yang dijual di enam pasar itu.
Warga yang mau berbelanja tinggal menentukan pasar mana yang akan dipilih melalui menu pencarian pasar. Setelah pasar yang diinginkan dipilih, pengemudi Go-Jek akan menuju pasar tersebut dan bertemu dengan petugas atau koordinator pasar.
Petugas atau koordinator di setiap pasar selanjutnya melakukan pembelanjaan di dalam pasar dan saat sudah selesai, petugas pasar itu akan kembali ke pengemudi GoJek untuk proses pembayaran. Sehingga para pedagang tidak perlu membuka akun atau mendaftar untuk bisa melayani jual beli secara online ini.
Agung mengatakan transaksi daring lewat GoShop itu akan diperluas menjadi 23 pasar setelah Pemkot Yogya mendapatkan data lonjakan transaksi daring cukup signifikan dari record transaksi pasar via GoShop. Dari hasil tiga bulan penerapan belanja daring untuk enam pasar tradisional rintisan lewat GoShop itu, terjadi kenaikan transaksi sebesar 33 persen.
Tren kenaikan transaksi daring itu diketahui dengan membandingkan permintaan sebelum dan sesudah kerjasama melalui GoShop. Ada dua indikator untuk mengukur tren kenaikan itu, yakni orderan warga di sekitar pasar yang ditunjuk dan jenis komoditas yang ada di dalam pasar yang dipesan melalui fitur GoShop.
Seorang pengemudi Go-Jek yang biasa beroperasi di wilayah Wirobrajan Kota Yogya, Kurniawan Sejati mengatakan selama masa pandemi ia melayani order pembelian sembako di pasar tradisional rata-rata 5-7 kali dalam sehari. Nilai transaksi itu bervariasi dari mulai Rp 30 ribu sekali order.
"Kebanyakan pelanggan minta dibelikan bumbu dapur dan beras sebanyak 4-25 kg perharinya" ujarnya. Kurniawan mengaku sering menerima order untuk belanja di Pasar Kranggan dan Pasar Sentul.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta Yunianto Dwi Sutono mengatakan selama masa pandemi, komoditas pasar yang banyak terdampak penurunannya omzetnya, terutama pasar-pasar yang selama ini banyak dikunjungi wisatawan seperti Pasar Beringharjo, Pasar Klitikan, Pasar Kotagede, Pasar Ngasem, juga Pasar Satwa dan Tanaman Hias atau Pasty.
Menurut Yunianto, target retribusi pasar tradisional di Kota Yogya sebelum pandemi Covid Rp 14 miliar per tahun. Namun saat pandemi ini target itu diturunkan menjadi Rp 9 miliar karena adanya kebijakan relaksasi retribusi.
Kepala Seksi Pengembangan Pasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Kota Yogyakarta Agung Dini Wahyudi menambahkan tak gampang mengubah perilaku dan kebiasaan warga yang biasa belanja di pasar tradisional itu. Kelompok konsumen yang memanfaatkan belanja daring itu pun masih tersegmentasi di kalangan tertentu yang adaptif terhadap teknologi dan paham terhadap resiko pandemi.
Tak sedikit juga konsumen yang menganggap belanja ke pasar tradisional seperti budaya, kebiasaan, karena ada proses tawar menawar. "Dari sisi pedagang juga belum semua bisa beradaptasi belanja dan transaksi daring, khususnya yang sudah sepuh," ujarnya.
Untuk mengatasi persoalan itu, Pemkot Yogya saat ini sedang mendorong agar platform digital belanja daring yang sudah diaplikasikan itu semakin dikenal pengguna berbagai usia. "Pengembangan platform seperti fitur WhatsApp mungkin bisa diarahkan ke paguyuban paguyuban pedagang agar semua yang belum familiar dengan belanja daring terfasilitasi," kata Agung.
Selain itu, Agung mendorong operator Go-Jek dapat membuat banner khusus pasar tradisional dalam aplikasi GoShop yang merangkum semua pasar di Kota Yogya. Ia berharap pula biaya ongkos kirim saat warga menggunakan belanja daring lewat layanan GoShop bisa lebih kompetitif untuk menarik minat lebih banyak pengguna daripada datang belanja langsung, misalnya dengan membuat promo saat momen tertentu.
Saat momentum tradisi Garebeg Pasar atau perayaan belanja di pasar tradisional yang jatuh Oktober-Desember 2020 ini, Pemkot Yogyakarta juga akan menggelar promo agar transaksi daring lebih meningkat lagi. "Saat Garebeg Pasar kami buat program cashback ongkos kirim Rp 10 ribu bagi konsumen yang belanja daring minimal Rp 30 ribu di 23 pasar tradisional yang sudah ditunjuk," kata Agung.
Head Regional Corporate Affair Gojek Wilayah Jateng Arum K. Prasojo saat dihubungi melalui telepon mengatakan perluasan penerapan belanja daring di pasar tradisional Kota Yogyakarta memang akan diperluas ke 17 pasar lain pada akhir Oktober ini. "Dari transaksi daring di pasar tradisional itu, niat awal kami selain menjadi upaya mitigasi Covid-19 juga menjaga keberlangsungan aktivitas perekonomian di pasar tradisional," ujarnya.
Selain itu, kata Arum, para mitra driver yang sempat terdampak penghasilanya akibat anjloknya layanan juga teratasi.
Ketua Harian Gugus Tugas Covid-19 yang juga Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan kuliner dan bahan pokok menjadi komoditas nomor dua tertinggi yang diburu oleh masyarakat Kota Yogyakarta, terutama saat masa pandemi covid 19. "Di masa pandemi ini kami ingin agar warga sebisa mungkin tidak perlu keluar rumah untuk berbelanja ke pasar dan penyebaran Covid 19 dapat ditekan," ujarnya.