Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sejarah Geologis Pulau Siberut: Sejak Awal Terpisah dari 3 Pulau Besar Indonesia

image-gnews
Siberut National Park. TEMPO | Febrianti
Siberut National Park. TEMPO | Febrianti
Iklan

TEMPO.CO, Padang - Pulau Siberut merupakan pulau terbesar di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, selain Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Para ahli menyebut Kepulauan Mentawai sebagai Galapagos Asia karena mirip dengan Kepulauan Galapagos di Samudra Pasifik yang memiliki kekayaan keragaman hayati.

Pulau Siberut bersama rangkaian pulau-pulau lainnya di Kepulauan Mentawai mempunyai sejarah geologis yang unik. Laporan penelitian World Wildlife Fund atau WWF berjudul 'Saving Siberut: A Conservation Master Plan' pada 1980 menyebutkan, selama zaman Pleistocene atau Zaman Es, kira-kira satu juta hingga 10 ribu tahun silam, permukaan laut di kawasan Asia Tenggara lebih rendah 200 meter dari sekarang.

Daratan menghubungkan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan Benua Asia. Saat itu terjadi perpindahan bebas berbagai jenis satwa. Tak heran terdapat persamaan fauna di tiga pulau besar tersebut. Hanya pulau-pulau di Kepulauan Mentawai yang terpisah dari daratan Pulau Sumatera saat pulau lain masih menyatu pada masa Pleistocene Tengah.

Seorang sikerei ahli pengobatan Mentawai di Simatalu. TEMPO | Febrianti

Ahli biodiversiti yang juga mantan Deputi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI Bidang Ilmu Hayati, Endang Sukara mengatakan Kepuluan Mentawai sangat unik karena terpisah dengan Sumatera daratan hampir satu juta tahun lalu. "Dari Simelue sampai Enggano, semua pulau itu telah rusak ekosistemnya, tinggal Siberut masih bagus karena keunikan flora dan fauna serta tradisi dan kearifan masyarakatnya," kata Endang.

United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization atau UNESCO melalui program Man and Biosfer menetapkan Pulau Siberut sebagai Cagar Biosfer pada 1981. Status Cagar Biosfer ini disematkan karena ekosistem Pulau Siberut mempunya flora dan fauna langka serta primata endemik terbesar di dunia karena terisolasi jutaan tahun dari daratan pulau Sumatera.

Kepulauan Mentawai yang diperkirakan masih asri sejak 500 ribu tahun silam menyebabkan flora-faunanya terpelihara dari perubahan evolusi dinamis, seperti yang terjadi pada lempengan daratan Sunda lainnya, seperti di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Keterpisahan tersebut menyebabkan Kepulauan Mentawai memiliki keunikan flora dan fauna yang berbeda dari pulau lain di Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Primata endemik bilou atau Hylobates closii di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. TEMPO | Febrianti

Sekitar 65 persen dari 31 spesies hewan dan 15 persen dari 896 spesies tumbuhan di Pulau Siberut adalah endemik. Yang teristimewa adalah empat primata endemik, yaitu bokkoi (Macaca siberu), joja atau lutung mentawai (Presbytis potenziani siberu), bilou (Hylobates closii), dan simakobu (Nasalis concolor siberu).

Ahli primata dari Jurusan Biologi Universitas Andalas, Padang, Rizaldi mengatakan bilou sangat tergantung pada tegakan pohon yang paling tinggi, karena tidak pernah turun ke lantai hutan seperti tiga primata lainnya. Bilou hanya memakan buah, terutama buah ara. Sedangkan simakobu juga tinggal di pohon yang tinggi, memakan buah dan daun. Tidak seperti joja dan bokoi yang pilihan makanannya lebih banyak dan bisa turun ke lantai hutan.

"Kepulauan Mentawai adalah daerah terkecil dan terendemik di dunia, karena untuk ukuran pulau-pulau yang kecil memiliki empat primata endemik," kata Rizaldi. "Kalau primata itu habis, ya punah. Tidak bisa kita temukan lagi di belahan dunia lain."

FEBRIANTI

*Liputan ini atas dukungan Rainforest Journalism Fund yang bekerja sama dengan Pulitzer Center.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


9 Fakta Unik burung Cendrawasih, Hidup di Tiga Negara hingga Disebut Burung Surga

19 hari lalu

Burung Cendrawasih di Hutan Nonggou di Distrik Sausapor Papua Barat (dok. Kemenpar)
9 Fakta Unik burung Cendrawasih, Hidup di Tiga Negara hingga Disebut Burung Surga

Burung cendrawasih terdiri dari banyak jenis dan tersebar di 3 negara.


7 Daerah dengan Tradisi Kuliner Sagu, Tersebar dari Ujung Timur dan Barat Indonesia

24 hari lalu

Salah satu sajian sarapan khas di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, di antaranya di Kepulauan Anambas adalah mi sagu dengan kuah asam pedas. Tempo/Rita Nariswari
7 Daerah dengan Tradisi Kuliner Sagu, Tersebar dari Ujung Timur dan Barat Indonesia

Tradisi kuliner berbahan sagu ditemuan dari Sumatera hingga Papua.


Indek Pembangunan Manusia di Indonesia Tak Merata, Anies Baswedan: Telat 1 Dekade

28 hari lalu

Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menghadiri Aksi Bela Palestina di kawasan Monas, Ahad pagi, 5 November 2023. Anies Akan Bergabung dengan sejumlah tokoh nasional lainnya. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Indek Pembangunan Manusia di Indonesia Tak Merata, Anies Baswedan: Telat 1 Dekade

Anies Baswedan menyoroti Indeks Pembangunan Manusia yang tidak merata di wilayah Indonesia.


Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di Jambi Jadi Habitat Utama Orang Utan Sumatera

28 hari lalu

Seekor induk mawas atau orangutan Sumatera (Pongo abelii) bernama Wati sedang mencari makanan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di sisi Bukit Lawang, Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. TEMPO/Abdi Purmono
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di Jambi Jadi Habitat Utama Orang Utan Sumatera

Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di Kabupaten Tebo dan Tanjung Jabung Barat, Jambi, menjadi salah satu habitat utama Orang Utan Sumatera.


Bandara Diresmikan, Wisata Surfing di Mentawai Bakal Tambah Ramai

42 hari lalu

Surfing. AP Photo/ASP, Kirstin Scholtz
Bandara Diresmikan, Wisata Surfing di Mentawai Bakal Tambah Ramai

Saat meresmikan Bandara Mentawai, Presiden Jokowi berharap pesawat dari luar negeri yang membawa wisatawan surfing bisa mendarat di sini.


Meski Hujan Meluas di Sumatera, Cuaca Berkabut Masih Terjadi di Jambi dan Palembang

45 hari lalu

Warga berwisata di kawasan taman nusa indah di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu 1 Oktober 2023. Kabut asap tersebut merupakan dampak dari Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Meski Hujan Meluas di Sumatera, Cuaca Berkabut Masih Terjadi di Jambi dan Palembang

BMKG melaporkan kondisi prakiraan cuaca hujan dengan intensitas ringan hingga lebat berpotensi mengguyur sebagian besar kota-kota di Indonesia.


Kisah Sikerei Mentawai Petik Pilok Pengusir Roh, Penanda Peresmian Kebun Herbal

57 hari lalu

Aman Godai, seorang sikerei ahli tanaman obat sedang memetik tanaman di hutan Pulau Sipora, Kepulauan Mentawai, 25 September, 2023. Tempo/Febrianti
Kisah Sikerei Mentawai Petik Pilok Pengusir Roh, Penanda Peresmian Kebun Herbal

Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat pun meresmikan Kebun Herbal seluas 2 hektare di Dusun Boleleu, Tuapeijat, Sipora Utara.


Cerita Cemas Penebangan Hutan Alam di Mentawai, Jerit Asa Sikerei

58 hari lalu

Ribuan kubik kayu gelondong sedang dimuat di kapal ponton di Aban Baga Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, 1 September 2023. Tempo/Febrianti
Cerita Cemas Penebangan Hutan Alam di Mentawai, Jerit Asa Sikerei

Penebangan hutan alam di Kepulauan Mentawai dalam dua tahun terakhir kembali marak.


Tak Diakui KLHK, Greenpeace Buktikan Terjadi Asap Lintas Batas Karhutla ke Malaysia

58 hari lalu

Data satelit ASMC menunjukkan ada asap lintas batas atau transboundary haze dari Kalimantan ke Serawak, Malaysia pada 31 Agustus dan 1, 2, serta 3 September 2023. Namun, asap lintas batas ini tak diakui oleh KLHK. Sumber: ASMC.
Tak Diakui KLHK, Greenpeace Buktikan Terjadi Asap Lintas Batas Karhutla ke Malaysia

Meski terjadi asap lintas batas ke Malaysia, bukan berarti kesalahan hanya ada di pihak Indonesia.


BMKG: Hujan Lebat Terjadi di Sumatera, Kalimantan, dan Papua

8 Oktober 2023

Ilustrasi hujan lebat yang terjadi di Yogyakarta. (FOTO ANTARA/Wahyu Putro A/ed/nz/pri.)
BMKG: Hujan Lebat Terjadi di Sumatera, Kalimantan, dan Papua

Sejumlah wilayah Indonesia berpotensi mengalami hujan lebat hingga kebakaran hutan dan lahan atau karhutla pada Minggu 8 Oktober 2023.