TEMPO.CO, Jakarta - Naik pesawat di masa pandemi Covid-19 kini terasa berbeda. Tak cukup membeli tiket, membawa identitas diri, dan tiba di bandara sesuai jadwal, kini ada berbagai persyaratan yang wajib dipenuhi sebelum naik pesawat terbang.
Luxury Travel Specialist, Tantra Tobing mengatakan calon penumpang pesawat mesti siap dan mengantisipasi berbagai keadaan yang berbeda saat tiba di bandara dan selama perjalanan. "Dulu kalau ke bandara cukup luangkan waktu dua sampai tiga jam sebelum terbang, sekarang harus lima sampai enam jam lebih awal," kata Tantra dalam diskusi daring bersama Digibank DBS Indonesia, Rabu 15 Juli 2020.
Waktu sepanjang itu, menurut dia, karena setiap calon penumpang pesawat harus mengantre untuk menjalani tes kesehatan dan pengecekan dokumen. "Wajib memakai masker dan rajin mencuci tangan," katanya.
Petugas memeriksa dokumen penumpang sebelum memasuki terminal keberangkatan domestik pada H-6 Hari Raya Idul Fitri di tengah pandemi virus Corona di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Kuta, Bali, 18 Mei 2020. Penumpang penerbangan dalam negeri masih dapat melakukan perjalanan dengan memenuhi beberapa syarat salah satunya maskapai wajib memastikan penumpangnya bebas Covid-19 dengan menyertakan surat hasil rapid test dari rumah sakit saat akan membeli tiket. Foto: Johannes P. Christo
Dia mengatakan, tak hanya menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, dan lainnya, petugas juga mengelompokkan dan memanggil penumpang satu per satu. Jika dulu penumpang masuk ke kabin pesawat berdasarkan kelas duduk dan barisan, kini pertugas maskapai penerbangan mengatur pemanggilan penumpang secara detail dan bertahap sesuai tempat duduk.
"Yang dipanggil lebih dulu adalah yang duduk dekat jendela. Setelah itu dipanggil nama-nama penumpang yang duduk di kursi lorong pesawat," kata dia. Kondisi tersebut, menurut Tantra, tentu memakan waktu dan calon penumpang pesawat harus bersiap untuk itu,
Petugas maskapai penerbangan juga melarang penumpang membawa koper ke dalam kabin. Musababnya, kabin yang berisikan banyak barang adalah sarana penyebaran virus karena sering terjadi kontak di antara penumpang maupun staf. Para penumpang hanya diizinkan membawa sejenis tas tangan ke dalam kabin, yang dipastikan tidak terjadi kontak dengan staf maupun penumpang lain.