TEMPO.CO, Jakarta - Gelombang kedua wabah virus corona yang menimpa Melbourne, ibu kota negara Bagian Victoria, Australia, memukul industri pariwisata. Operator pariwisata di seluruh kawasan Victoria khawatir, lockdown yang diterapkan pemerintah Australia mengakibatkan usaha kecil juga tutup.
Lockdown tersebut mengakibatkan warga Melbourne dikurung lagi setidaknya enam minggu. Mereka dilarang bepergian ke luar ibu kota karena alasan yang tidak penting, termasuk olahraga atau hiking. Dinukil dari ABC, Asosiasi Akomodasi memperkirakan kerugian yang ditanggung pebisnis hotel di Victoria mencapai US$ 350 juta.
Selain bisnis hotel yang terpukul, destinasi wisata perkebunan anggur juga turut merugi. Balgownie Estate di Bendigo, yang memproduksi wine telah menerima panggilan pembatalan dari para wisatawan Melbourne.
Pabrik wine dan hotel, sekitar 150 kilometer barat laut Melbourne, hampir seluruhnya bergantung pada turis akhir pekan dari ibu kota Victoria tersebut. Ketergantungan itu kian tinggi selama beberapa bulan terakhir saat wabah Covid-19 – karena perbatasan internasional juga belum dibuka.
"Bagian akomodasi dari bisnis kami adalah sekitar 90 persen wisatawan dari Melbourne," kata manajer Balgownie Estate, Juan Corradi.
Dengan New South Wales (NSW) dan perbatasan Australia Selatan ditutup – begitu pula dengan wisatawan mancanegara -- penutupan Melbourne mengakibatkan operator wisata di regional Victoria kehilangan pendapatan utama, "Kami benar-benar terikat," kata Corradi.
Sejatinya, para pemilik pabrik wine sudah mulai membuka usahanya sebulan lalu. Namun pembatasan wilayah atau lockdown di Melbourne membuat mereka ingin menutup kembali usahanya, "Kami tidak menunda pembukaan. Kami tidak mau. Tapi kami benar-benar perlu menilai setelah akhir pekan ini kemana kami melangkah," kata Mr Corradi.
Pemilik Daylesford Hotel Anne-Marie Banting, juga tak mampu berbuat banyak saat Melbourne ditutup. Pub milik Marie Banting di Hepburn Shire, 120 km barat Melbourne, juga sangat bergantung pada pariwisata dari ibu kota Victoria itu, “Kami telah melakukan pembicaraan dengan mitra kami, untuk kembali menutup bisnis,” ujarnya. Menurutnya, lockdown di Melbourne membuat bisnisnya kehilangan pasar terbesar.
Fasilitas pengujian virus corona yang disediakan saat Victoria mengalami peningkatan kasus Covid-19, di Melbourne, Australia, 24 Juni 2020. AAP Image/James Ross via REUTERS
Asosiasi Akomodasi dan Dewan Industri Pariwisata Victoria menyerukan bantuan tambahan, untuk operator pariwisata di Victoria. Felicia Mariani dari Dewan Industri Pariwisata Victoria mengatakan, penutupan Melbourne merupakan pengumuman yang "traumatis" bagi semua orang.
Sektor pariwisata adalah yang pertama kali terkena dampak dari virus corona, dan mungkin akan menjadi yang terakhir pulih, katanya.