TEMPO.CO, Jakarta - Sepanjang masa pandemi virus corona, pembatasan perjalanan dan alasan kesehatan membuat pelancong membatalkan rencananya. Permohonan pengembalian dana (refund) pun melonjak karena batal melakukan perjalanan. Situasi itu menjadi tantangan besar agen perjalanan (travel agent), karena pemasukan yang minim.
"Saran saya buat pelaku industri kalau ada konsumen yang cemas soal refund, mungkin harus update (membarui) terus informasinya," kata travel blogger Indonesia, Trinity saat sesi bincang-bincang daring bersama Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (Astindo), Kamis, 18 Juni 2020.
Kelancaran komunikasi pihak agen perjalanan, kata Trinity, untuk menjaga harapan konsumen. "Enggak bakal hilang juga kan duit kita (konsumen). Kalau kita expect (mengharapkan) itu dijadikan cash (tunai), ya pasti sulit untuk saat ini," ujarnya. Trinity menambahkan, situasi tersebut dianggap seperti liburan yang tertunda.
Baca: Pelanggan Agen Travel Sulit Refund Tunai, Ini Penjelasan Astindo
Selama pandemi, Trinity merasakan pengalaman baru. "Ini pengalaman terlama di rumah ya, enggak ke mana-mana. Biasa seminggu sekali sudah pergi ke mana-mana," tuturnya.
Ketika menahan diri untuk tidak bepergian, Trinity berusaha untuk produktif sambil menikmati waktu bersantai. "Sehingga ini menjadi kesempatan saya untuk menulis dan menyelesaikan buku yang tertunda," katanya.
Sebelumnya, ia sempat batal melancong ke Sumba, Nusa Tenggara Timur, pada pengujung Maret. Trinity sudah membeli tiket melalui agen perjalanan daring, jauh hari belakangan sebelum pandemi corona.
Ia menyadari penerbangan akan semakin sulit ketika wabah corona ada di Indonesia. Maka, ia langsung mengajukan pengembalian dana. Namun, ia merasa beruntung karena saat pengajuan itu masih cenderung masa awal wabah corona di Indonesia.
"Mungkin juga karena waktu itu masih belum begitu masif pengajuan refund. Saat ini dari teman-teman banyak juga yang refund menunggu dan masih sulit," ujarnya.
Saat ini proses pengembalian dana memerlukan waktu yang sangat lama. Sebab, terlalu banyak pengajuan untuk itu. Pihak Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (Astindo) pun mengakui kesulitan, jika harus menalangi pengembalian dana yang masuk dalam top-up balance.
Travel Blogger Trinity menyarankan refund sebagai liburan yang tertunda. Foto: Istimewa
"Kami semua saat ini dalam posisi survival mode (bertahan hidup). Tantangan lain yang tidak diketahui masyarakat adalah banyak penumpang yang sudah deposit tur untuk perjalanan wisata," kata Sekretaris Jenderal Astindo, Pauline Suharno.
Menurut Pauline, ketika kembali membuka operasional kantor, tim Astindo lebih banyak mengurusi permintaan pengembalian dana. "Kami tetap mengakomodasi segala permintaan konsumen," ujarnya.