TEMPO.CO, Jakarta - Destinasi-destinasi utama di Eropa mulai membuka diri, wisatawan pun bisa merencanakan pelesiran. Lalu bagaimana dengan Asia? Thailand menyatakan masih menunggu beberapa bulan lagi, untuk menerima wisatawan mancanegara.
"Ini masih tergantung pada situasi wabah, tapi saya pikir paling awal, kami mungkin melihat kembalinya wisatawan bisa menjadi kuartal keempat tahun ini," kata Yuthasak Supasorn, Gubernur Otoritas Pariwisata Thailand (TAT), kepada CNN Travel. Dan bahkan, menurutnya, kemungkinan akan ada batasan asal turis dan tujuan para turis.
"Kami tidak akan membuka sekaligus," tambahnya. "Kami masih waspada, kami belum bisa menarik kewaspadaan. Kami harus melihat negara asal [para pelancong] untuk melihat apakah situasi mereka benar-benar membaik. Dan terakhir, kami harus melihat apakah operator bisnis kami sendiri siap menerima turis dalam new normal. "
Menurut Yuthasak, kemungkinan yang bakal dibuka justru wilayah terpencil dan tertutup, yang memungkinkan pemantauan kesehatan dapat dilakukan dengan mudah, “Misalnya, Koh Pha Ngan dan Koh Samui. Ini akan bermanfaat bagi wisatawan dan penduduk lokal, karena ini hampir semacam karantina," imbuhnya.
Yuthasak mengatakan mereka sedang menyelesaikan kerangka kerja untuk memulai kembali pariwisata. Tetapi sebagian besar pengambilan keputusan ada di tangan CCSA - Pusat Administrasi Situasi Covid-19 - yang akan memutuskan kapan waktu terbaik untuk membuka pembatasan pariwisata.
Untuk saat ini, Thailand tidak ingin mengambil risiko. Negeri itu masih menutup perbatasan dengan rapat. Otoritas Penerbangan Sipil Thailand (CAAT) telah mengeluarkan larangan sementara atas semua penerbangan komersial internasional ke negara itu hingga 30 Juni, tidak termasuk penerbangan repatriasi. Warga Thailand yang pulang dari penerbangan repatriasi, harus masuk fasilitas karantina selama 14 hari.
Jalanan Kota Bangkok, Thailand, kembali ramai setelah relaksasi lockdown virus Corona. Bangkok Post
Sementara itu, pada tanggal 26 Mei, Kabinet Thailand setuju untuk memperpanjang keadaan darurat nasional hingga 30 Juni.
Thailand tampaknya telah berhasil menghindari kerusakan akibat virus yang dialami oleh banyak negara lain di dunia. Pada 27 Mei, Thailand mencatat 3.042 kasus Covid-19 dan 57 kematian. Dan kasus baru terbilang minim, dan terkadang nol.
Thailand berencana membuka mal, pasar, museum, dan beberapa tempat wisata telah dibuka kembali. Grand Palace Bangkok, misalnya, akan dibuka kembali pada 4 Juni. Namun taman nasional, taman hiburan, stadion, spa, toko pijat dan bioskop tetap ditutup – beberapa akan dibuka kembali pada bulan Juni.
Pada 2019, hampir 40 juta turis mengunjungi Thailand, menurut data pemerintah. TAT memperkirakan hanya 14 hingga 16 juta yang akan berkunjung pada 2020. Hotel-hotel yang tertekan secara finansial yang membutuhkan aliran uang telah mulai secara agresif menjual kamar dan voucher hotel.
Pasar Akhir Pekan Chatuchak di Bangkok, salah satu tujuan belanja paling populer di kota itu, dibuka kembali pada 9 Mei, “Namun, meskipun warga Thailand dan ekspatriat telah kembali, belum cukup untuk memutar roda eknomi,” kata pemilik toko, Tassanee Larlitparpaipune. "Turis internasional membentuk sekitar 50 persen dari basis pelanggan saya," katanya. "Sebagian besar dari Singapura, Hong Kong dan Malaysia."
Karakter Barbegon ditempatkan di meja restoran Bar.B.Q Plaza sebagai bagian dari penerapan social distancing di tengah pandemi virus corona atau COVID-19 di Bangkok, Thailand, 17 Mei 2020. Restoran ini baru dibuka kembali setelah ditutup karena pandemi COVID-19. REUTERS/Athit Perawongmetha
Sebelum liburan Tahun Baru Imlek di bulan Januari, Tassanee memiliki empat toko pakaian di pasar. Dia telah menutup dua dan sekarang mempertimbangkan untuk menutup sepertiga, dan mengalihkan fokusnya ke pesanan online.