Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Merasakan Suasana Belanda di Rawa-rawa Minahasa

image-gnews
Rumah-rumah bergaya arsitektur Belanda di rawa-rawa Desa Tonsaru, Kecamatan Tondano Selatan, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, pada Senin siang, 27 Januari 2020.Para pemilik rumah adalah orang Tondano yang bermukim di Belanda dan mereka membangun rumah-rumah itu semula untuk rumah tinggal. Tapi lama-kelamaan difungsikan untuk mendukung pengembangan wisata di kampung halaman mereka sampai akhirnya rumah-rumah itu jadi objek wisata baru yang diandalkan Pemerintah Kabupaten Minahasa. TEMPO/Abdi Purmono
Rumah-rumah bergaya arsitektur Belanda di rawa-rawa Desa Tonsaru, Kecamatan Tondano Selatan, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, pada Senin siang, 27 Januari 2020.Para pemilik rumah adalah orang Tondano yang bermukim di Belanda dan mereka membangun rumah-rumah itu semula untuk rumah tinggal. Tapi lama-kelamaan difungsikan untuk mendukung pengembangan wisata di kampung halaman mereka sampai akhirnya rumah-rumah itu jadi objek wisata baru yang diandalkan Pemerintah Kabupaten Minahasa. TEMPO/Abdi Purmono
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Andai saat ini tanpa pandemi Covid-19 dan Anda punya waktu sehari untuk berwisata di Tondano, Ibu Kota Kabupaten Minahasa. Waktu sehari tentu tak cukup untuk mengunjungi sedikitnya 15 objek wisata di Minahasa.

Simaklah penjelasan Roni Sepang, warga Kota Tomohon, tetangga dekat  Tondano. Tondano dan Tomohon dua daerah administratif mandiri di Provinsi Sulawesi Utara yang terpaut jarak sekitar 12 kilometer dengan waktu tempuh 20 menit menggunakan mobil, melewati kontur jalan perbukitan.

Menurut Roni, Pemerintah Kabupaten Minahasa sedang menggiatkan promosi 15 objek wisata, yaitu Danau Tondano, Benteng Moraya, rumah Belanda, Uluna Tondano, Sumaru Tondano, kolam air panas Citos Koya, kolam air panas Marfel Tataaran 1, wisata kuliner Boulevard, Gua Jepang Tonsealama, Taman Kota Tondano, rumah pohon Puncak Urango, Patung Korengkeng Sarapung, Makam Pahlawan Nasional Sam Ratulangi, dan Kampung Jawa yang populer dengan sebutan Kampung Jaton alias Jawa Tondano.

“Ya, minimal tiga hari bisa puas mengunjungi semua objek,” kata Roni Sepang kepada saya dan Hasudungan Sirait pada Senin, 17 Januari 2020. Saat itu kami melakukan perjalanan dari Kota Manado (Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara) dengan melintasi Tomohon dan berakhir di Tondano.

Lalu, wartawan sebuah harian di Kota Manado itu merekomendasikan tujuan ke Danau Tondano, danau terbesar di Provinsi Sulawesi Utara dengan luas 4.278 hektare atau 42,78 kilometer persegi. Kami masih bisa menikmati suasana kota Tondano, terutama saat melintasi pasar dan taman kota, selepas keluar dari wilayah Tomohon mengarah ke lokasi danau, yang jadi objek wisata andalan utama Kabupaten Minahasa itu. 

Dari pusat kota Tondano kami mengarah ke selatan. Jalanan lebar beraspal mulus. Sekitar 250 meter dari taman kota kami bersua Patung Korengkeng Sarupung yang berlokasi di pertigaan ujung Boulevard Tondano. 

Monumen di Kelurahan Roong, Kecamatan Tondano Barat, ini dibangun untuk mengenang perjuangan Korengkeng dan Sarupung sebagai pemimpin rakyat Minahasa dalam Perang Tondano (1808-1809) melawan Belanda. Perang Tondano berpusat di Desa Purba Minawanua dan ditandai dengan bangunan Benteng Moraya.  

Rumah-rumah bergaya arsitektur Belanda di rawa-rawa Desa Tonsaru, Kecamatan Tondano Selatan, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, pada Senin siang, 27 Januari 2020.

Benteng Moraya terpaut jarak sekitar 200 meter dari Patung Korengkeng Parupung. Berlokasi di tepi Danau Tondano, secara administratif Benteng Moraya berada di tepi Jalan Raya Tonsaru, Kecamatan Tondano Selatan. 

Benteng itu jadi salah satu lokasi favorit tongkrongan warga kota dan tujuan wisatawan. Bentengnya dipugar semenarik mungkin dan tampak disesuaikan dengan selera generasi milenial. Cukup banyak spot foto yang Instagramable terutama di lokasi tegaknya 12 pilar kokoh yang bertuliskan kisah sejarah Minahasa. 

Tapi kami tidak turun dari mobil untuk melihat dari dekat Benteng Moraya, lantaran kami harus selekas mungkin tiba di Danau Tondano sebelum sore tiba, apalagi kami pun belum makan siang. 

Masalahnya, tak jauh dari Benteng Moraya pandangan kami bersua pemandangan bentangan luas rawa-rawa yang berlatar Pegunungan Mahawu atau Mawo dalam pelafalan orang Minahasa. Ada lima rumah bergaya arsitektur Belanda yang menyita perhatian. Roni bilang rumah Belanda itu objek wisata baru yang mulai populer. Maka, kami pun berhenti sejenak. 

Roni mengatakan, rumah-rumah itu dibangun oleh orang Tondano asli yang bermukim di Belanda. Mereka membangunnya untuk mendukung pengembangan pariwisata Tondano, khususnya di rawa-rawa Desa Tonsaru, Kecamatan Tondano Selatan, itu. 

Seingat Roni, rumah-rumah itu dibangun antara 2016 dan 2018. Beberapa rumah model serupa sedang dibangun, lengkap dengan kafe, sehingga jadi pemandangan menarik bagi pelancong yang menuju Danau Tondano. 

“Sebagian rawa sudah dikavling-kavling untuk dijual. Sebagian bangunan baru itu milik orang sini yang tinggal di Minahasa atau Manado. Sedangkan rumah-rumah Belanda yang duluan ada memang dibangun orang Tondano yang tinggal di Belanda. Istilahnya, mereka ingin membangun kampung halaman lewat pariwisata,” ujar Roni, 40 tahun. 

Ada dua rumah yang tampak paling mencolok dan paling banyak dikunjungi pelancong. Kedua rumah terpisah jarak 150 meter dan sama-sama punya kolam cukup luas. Lingkungan rumah dihiasi beragam tanaman air atau hidrofit seperti melati air (Eichinodorus paleafolius), papirus payung (Cyperus alternifolius), lidi air (Typha angustifolia), ekor kucing/stok (Typha latifolia), dan teratai merah muda (Nelumbo nucifera). 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di salah satu rumah Belanda bercat hitam kecokelatan tampak seorang pria mengayuh rakit di sebuah kolam luas. Kolam ini ditumbuhi teratai. Tidak diketahui nama pemiliknya. 

Sedangkan satu rumah lagi diketahui milik keluarga Lekow Wangko. Wangko merupakan salah satu marga etnis Minahasa. Rumah inilah yang paling banyak dikunjungi sehingga identik dengan nama objek wisata Lekow Wangko. Rumah ini memiliki beberapa spot foto, antara lain, balon udara, kincir angin, taman bunga, dan rumah Hobbit. 

Saya tidak masuk ke dalam rumah akibat keterbatasan waktu. Dari keterangan pengunjung dan warga setempat, saya jadi tahu aslinya rumah-rumah bergaya Negeri Kincir Angin itu semula difungsikan sebagai rumah tinggal. Namun, lama-kelamaan rumah tersebut ramai dikunjungi warga dan pelancong Danau Tondano. 

Pengunjung menikmati kopi dengan pemandangan Danau Linow di Tomohon, Sulawesi Utara, 14 Desember 2015. Danau ini memiliki kadar belerang yang cukup tinggi, sehingga membuat airnya berubah dari biru, hijau menjadi coklat kekuningan. TEMPO/Aditya Herlambang Putra

Rovi Manda, seorang warga mengatakan, Lekow Wangko paling banyak dikunjungi sore hari, terutama pada akhir pekan Sabtu-Minggu. Umumnya pengunjung berburu momen matahari terbenam atau sunset. Hasil foto kemudian diunggah ke media sosial. 

Semula pengelola rumah menggratiskan biaya kunjungan semasa belum ramai banget pengunjung. Saat itu mayoritas pengunjung hanya berfoto-foto di tepi jalan, di titian kayu di atas kolam, maupun di selasar rumah. Belakangan, baru dua tahun terakhir pengelola rumah mengenakan ongkos “tanda terima kasih” Rp 10 ribu per orang yang ingin berswafoto di perkarangan dan dalam rumah. 

Berawal cuma buat foto-foto biasa, Lekow Wangko serta rumah-rumah Belanda lainnya makin diminati wisatawan dan pengunjung yang ingin membuat foto pranikah atau prewedding di dalam dan luar rumah. Nah, akhirnya, pengelola mematok tarif tertentu. 

Supaya makin menarik minat pengunjung, pengelola pun menyewakan baju-baju ala Belanda, Jepang, dan Korea, lengkap dengan pernak-perniknya. Baju-baju tematik ini disediakan di lantai dua Lekow Wangko dengan harga sewa antara Rp25.000 sampai Rp20.000. Pengunjung bebas berpose di seluruh area rumah kecuali kamar tidur pemilik. 

“Sekarang, setahu saya, rumah Lekow Wangko dan rumah Belanda di sebelahnya juga sudah difungsikan sebagai tempat penginapan. Tapi saya enggak tahu berapa tarifnya per malam karena masih baru sekali sebagai penginapan,” kata Rovi Manda. 

Lalu kami melanjutkan perjalanan ke Danau Tondano yang tinggal berjarak 1,5 kilometer lagi dari deretan rumah Belanda. Roni sempat menunjukkan lokasi kampus Universitas Negeri Manado yang kami lewati. 

Nah, saya dan Hasudungan baru tahu alasan Roni menyarankan kami ke Danau Tondano. Dengan sekali jalan dari pusat kota Tondano, kami bisa menikmati lima objek wisata sekaligus dalam satu kali perjalanan. 

Pengunjung berfoto di Danau Linow, Tomohon, Sulawesi Utara, (4/12). Danau Linow sangat terkenal di Sulawesi Utara, selain Danau Tondano. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

Saya sempat mengatakan pada Roni bahwa walau lanskapnya tidak sama, keberadaan rumah-rumah Belanda itu mengingatkan saya pada artikel tentang Desa Giethoorn di Provinsi Overijssel, Belanda. Desa berpopulasi sekitar 2.900 jiwa ini terkenal dengan rumah-rumah cantik dan terhubung dengan jembatan-jembatan unik. Suasananya sangat asri dan bersih. 

Bisa saja, kelak suatu saat, rumah-rumah Belanda di Desa Tonsaru itu bisa seperti Giethoorn dan bahkan lebih keren asal ditata dan dikelola sungguh-sungguh.

ABDI PURMONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Uniknya Pasar Beriman Tomohon yang Dikenal dengan Kuliner Ekstrem

4 Februari 2024

Pedagang menjajakan daging kelelawar dan tikus di Pasar Beriman Tomohon, Manado, Sulawesi Utara, 14 Desember 2015. Jelang perayaan Natal dan Tahun Baru, kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi aneka ragam daging ekstrim seperti Anjing, Babi, Kelelawar dan tikus terus meningkat. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Uniknya Pasar Beriman Tomohon yang Dikenal dengan Kuliner Ekstrem

Pasar Beriman Tomohon dikenal sebagai pasar ekstrem, banyak pedagang menjual daging yang tidak umum dikonsumsi seperti ular dan kelelawar.


Gunung Lokon Tomohon Meletus Freatik, Radius Bahaya 1,5 Kilometer

17 November 2023

Gunung Api Lokon mengeluarkan debu vulkanik di Tomohon, Sulawesi Utara, Rabu (20/3). ANTARA/Fiqman Sunandar
Gunung Lokon Tomohon Meletus Freatik, Radius Bahaya 1,5 Kilometer

PVMBG Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap warga mewaspadai erupsi freatik Gunung Lokon, di Kota Tomohon.


59 Tahun Provinsi Sulawesi Utara Menjaga Motto Si Tou Timou Tumou Tou

23 September 2023

Kota Manado. shutterstock.com
59 Tahun Provinsi Sulawesi Utara Menjaga Motto Si Tou Timou Tumou Tou

Tepat hari ini, 23 September pada 1964 silam, menjadi Peringatan Hari Jadi Provinsi Sulawesi Utara. Lalu, bagaimana sejarahnya?


Robert Wolter Monginsidi Gugur di Usia 24 Tahun, Teriakan Terakhirnya: Merdeka atau Mati

6 September 2023

Wolter Monginsidi. Foto : Wikipedia
Robert Wolter Monginsidi Gugur di Usia 24 Tahun, Teriakan Terakhirnya: Merdeka atau Mati

Tepat pada 5 September 1949, Robert Wolter Monginsidi dieksekusi mati tentara Belanda. Ia meminta tanpa menutup mata, dan gugur di usia 24 tahun.


Selepas Larangan Perdagangan Daging Anjing di Tomohon

5 Agustus 2023

Selepas Larangan Perdagangan Daging Anjing di Tomohon

Pemerintah Kota Tomohon melarang penjualan daging anjing dan kucing. Larangan yang dianggap menentang tradisi.


Deretan Kota Memiliki Destinasi Wisata di Sulawesi Utara

19 Juli 2023

Alfa Omega Tower di Tomohon. Dok. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Tomohon
Deretan Kota Memiliki Destinasi Wisata di Sulawesi Utara

Mari kita kulik bersama kofa wisata di Sulawesi Utara


5 Tradisi Pemakaman Unik di Indonesia, Mulai dari Ngaben Hingga Waruga

7 Juli 2023

Warga menyaksikan prosesi kremasi saat upacara Ngaben massal di Desa Adat Padangbai, Karangasem, Bali, Jumat 29 Juli 2022. Sebanyak 117 jasad dikremasi secara bersamaan dalam ritual Ngaben massal tersebut. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
5 Tradisi Pemakaman Unik di Indonesia, Mulai dari Ngaben Hingga Waruga

Tradisi pemakaman di setiap budaya tentu berbeda-beda, dan umumnya tradisi tersebut dilaksanakan untuk menghormati dan menjunjung nilai-nilai leluhur. Bahkan di tengah era yang penuh dengan teknologi seperti sekarang, masih banyak masyarakat yang tetap berpegang teguh pada tradisi pemakaman.


Kemendag Musnahkan 122 Bal Pakaian Bekas Asal Impor di Minahasa

11 Mei 2023

Kemendag Musnahkan 122 Bal Pakaian Bekas Asal Impor di Minahasa

Kemendag menggandeng sejumlah instansi dalam kegiatan pemusnahan tersebut.


Produsen Minuman Beralkohol Cap Tikus Melantai di BEI, Ini Profil Perusahaan dan Komisaris Utamanya

7 Januari 2023

Jobubu Jarum Minahasa. jobubujarum.com
Produsen Minuman Beralkohol Cap Tikus Melantai di BEI, Ini Profil Perusahaan dan Komisaris Utamanya

Produsen minuman beralkohol merek Cap Tikus, PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk., resmi melantai di BEI. Begini profil perusahaan dan komisaris utamanya.


5 Kuliner Khas Minahasa Sulawesi Utara yang Wajib Anda Cicipi

18 Oktober 2022

Ikan bakar dengan sambal dabu-dabu apel ala Chef Eddrian. TEMPO/Dini Teja
5 Kuliner Khas Minahasa Sulawesi Utara yang Wajib Anda Cicipi

Selain memiliki destinasi wisata menarik, Minahasa Sulawesi Utara menawarkan berbagai kuliner lezat, bukan hanya sambal roa dan dabu-dabu.