TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terus membangun branding, agar wisatawan tetap mengingat destinasi pariwisata Indonesia. Terutama Bali dan destinasi favorit lainnya.
Dengan mengoptimalkan promosi produk yang melibatkan peran perwakilan promosi pariwisata Indonesia di luar negeri atau VITO (Visit Indonesia Tourism Officer).
Cina menjadi pasar wisatawan yang diincar Kemenparekraf. Menurut Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf Nia Niscaya dalam keterangannya, Selasa, 19 Mei 2020, pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal dalam berpariwisata.
Pemberlakuan social distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam waktu singkat ikut mengubah pola pemasaran pariwisata. Menurutnya, dalam filosofi Cina dikenal istilah weiji yang berarti krisis. Weiji terdiri dari dua kata, yakni wei yang berarti bahaya dan ji yang berarti peluang.
Walhasil, meskipun dalam kondisi yang kurang menguntungkan, Kemenparekraf berusaha tetap berpromosi. Salah satunya dengan seminar berbasis digital (Webinar) untuk melakukan soft selling destinasi.
Tercatat, hasil poling Kemenparekraf, Bali masih menjadi destinasi favorit untuk pasar Cina dengan persentase 86 persen, disusul Manado dan Lombok yang masing-masing memperoleh persentase 7 persen, Borobudur 5 persen dan Batam/Bintan 2 persen.
Nia juga memperkirakan bahwa Bali akan menjadi salah satu destinasi utama yang relatif lebih cepat pulih, dan banyak dikunjungi wisatawan begitu pandemi dinyatakan usai. Pasalnya, selain jadi destinasi utama, Bali terbukti mampu menahan laju penyebaran virus corona, melalui local wisdom dan peran desa adat.
Sebelumnya Menparekraf Wishnutama Kusubandio telah menetapkan Bali sebagai pilot project untuk penerapan program Cleanliness, Health and Safety (CHS) untuk diterapkan di bandara, destinasi, hotel dan restoran. CHS menjadi salah satu strategi mempercepat pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pascapandemi Covid-19. Setelah Bali, menyusul destinasi lainnya secara bertahap.
"Bali menjadi prioritas, setelahnya ada Joglosemar dan Kepri yang menjadi pintu masuk wisatawan dari Singapura. Kemudian 5 destinasi super prioritas. Kami tidak ingin wisatawan kecewa, sehingga kami mendorong industri untuk menerapkan CHS ini dengan baik dan berstandar Internasional," tutup Nia.