TEMPO.CO, Jakarta - Anak-anak remaja usia 14-17 tahun dari sekolah menengah yang berbeda-beda di Belanda, melakukan pelayaran yang tak biasa dari Kuba menuju Belanda. Mereka melintasi Samudera Atlantik dengan kapal layar Wylde Swan.
Ini bukan pelayaran yang terencana, tapi karena virus corona (Covid-19) membuat penerbangan mereka ke Belanda dibatalkan. Dan mereka terpaksa menggunakan kapal layar yang mereka gunakan untuk studi tur, menjadi kendaraan utama untuk pulang.
Perlu dicatat, menurut Distance World, jarak Kuba ke Belanda mencapai 4.142 mil laut atau 7.671 km. Jarak ini bertambah jauh, nila kapal layar Wylde Swan, singgah di beberapa pelabuhan untuk mengisi perbekalan.
Dinukil dari CNN, sekelompok remaja Belanda berjumlah 24 orang itu, berlayar melalui Samudera Atlantik untuk kembali ke Belanda. Mereka tiba dengan selamat di Pelabuhan Harlingen pada hari Minggu, 26 April 2020, setelah lebih dari lima minggu di laut.
Para siswa, berusia antara 14 dan 17, mengikuti program studi tur dengan perahu layar di sekitar Karibia dengan kapal layar jenis skunar (Schooner) dua tiang "Wylde Swan". Pelayaran itu harusnya selasai pada bulan lalu, dan mereja dijadwalkan pulang ke Belanda para pertengahan Maret. Namun pembatasan wilayah (lockdown) karena pandemi global membuat perjalanan kembali mereka menjadi tanda tanya besar.
"Kami memutuskan solusi terbaik adalah berlayar kembali dengan para siswa ke Belanda, daripada tinggal di Karibia, dengan semua tanda tanya di sana," kata Christophe Meijer, direktur Masterskip, perusahaan yang menyelenggarakan program itu, kepada CNN.
Para remaja, bersama dengan tiga guru dan 12 anggota kru, menempuh sekitar 4.500 mil laut dalam perjalanan epik mereka, menurut Meijer. Karena tidak ada yang berkemas untuk menyeberangi lautan, mereka harus membeli pakaian hangat seperti sweater dan celana di Karibia sebelum berangkat dari Saint Lucia, pada 18 Maret.
Seorang dokter memantau kesehatan semua orang di kapal dan setelah dua minggu berlayar, ditentukan bahwa kapal itu bebas dari virus corona. Meskipun para siswa dapat menghubungi keluarga mereka melalui email, Meijer mengatakan kapal itu adalah "dunianya sendiri" dan menjadi ruang khusus interaksi para remaja itu.
Di tengah perjalanan mereka kelompok itu berlabuh untuk mengambil persediaan di Azores di Atlantik tengah. Selama Wylde Swan berlabuh, mereka tidak diizinkan untuk turun.
Seorang siswa yang diidentifikasi sebagai Jona berusia 16 tahun, mengatakan dalam sebuah video, bahwa ia merasa aneh menyaksikan semua orang memakai masker di Azores, "Aku belum pernah melihat dunia seperti itu dalam hidupku," katanya.
Ketika para siswa tiba kembali di Belanda pada hari Minggu pagi, mereka akhirnya meninggalkan kapal satu per satu sesuai dengan kebijakan jarak sosial 1,5 meter negara itu.
Meijer mengatakan itu "aneh" bagi mereka untuk melihat semua orang berdiri sangat jauh. Meskipun para remaja itu tahu mengenai jarak sosial, tapi masih jadi "kejutan" bagi mereka. Bagi anak-anak itu, Belanda yang mereka jumpai hari itu, tampak sangat berbeda saat mereka meninggalkannya.
Siswa-siswa di Belanda, mendapat kurikulum khusus di samping studi biasa mereka. Salah satunya mengenai pelayaran -- mengingat Belanda merupakan salah satu negara bahari besar pada era penjalajahan samudera.
Wylde Swan kapal layar tipe skunar, dulunya dipakai untuk menangkap ikan herring. Kapal yang dibuat pada 1920 di Jerman itu, kini jadi kapal pelayaran wisata. Foto: OTRS/Wikimedia
Sementara skunar yang mereka gunakan, menurut Marine Traffic merupakan kapal layar jenis skunar berbendera Belanda. Ia dibangun pada 1920 di Jerman, sebagai kapal nelayan penangkap ikan herring. Selain layar, kapal ini ditenagai mesin uap.
Namun kini dipergunakan untuk pelayaran wisata, dengan renovasi besar-besaran pada 2008-2010, dengan mengganti dek, interior, dan mengganti mesinnya dengan yang lebih modern.