TEMPO.CO, Jakarta - Sepasang kekasih yang baru saja menikah itu, Olivia dan Raul De Freitas tiba di Maladewa pada 22 Maret. Sesuai rencana mereka, saat merencanakan bulan madu, hanya memesan enam hari untuk bulan madu mewah.
Tapi, seperti diberitakan Insider, pasangan Afrika Selatan itu akhirnya terjebak di resor bintang lima dan jadi satu-satunya tamu di sana selama 21 hari. Pasalnya, saat mereka sedang berbulan madu, Afrika Selatan menerapkan karantina wilayah. Mereka pun dalam keadaan stres dan mengalami ketidakpastian, meskipun berada di lingkungan destinasi wisata kelas dunia.
Raul, 28, seorang tukang daging, dan Olivia, 27, seorang guru, mengatakan kepada Insider bahwa Maladewa selalu menjadi tujuan impian mereka. "Kami ingin liburan di pulau, dan Olivia suka snorkeling, jadi kami menabung untuk itu dan merencanakan tujuan yang sempurna," kata Raul.
Mereka tahu bahwa terbang keluar berisiko dan memiliki kekhawatiran, "Tetapi kami mendapat OK dari agen perjalanan, dan Maladewa adalah daerah berisiko rendah," kata mereka. Setelah pasangan itu tiba pada hari Minggu di Cinnamon Velifushi Maldives, resor bintang lima, yang per malamnya US$750 per malam, mereka menjalani bulan madu yang indah sebagai pengantin baru.
Tetapi pada hari Rabu, 25 Maret itu, Raul dan Olivia mengetahui bahwa Afrika Selatan akan menutup bandara pada tengah malam pada hari Kamis. Mengingat waktu penerbangan kembali ke Johannesburg, pasangan itu tahu tidak mungkin mereka berhasil.
Resor Cinnamon Velifushi Maldives, Maladewa. Foto: @amboeweb
"Ketika kami mengetahui bahwa Afrika Selatan menutup perbatasannya, kami khawatir, marah, dan cemas karena tidak tahu bagaimana kami akan kembali," kata mereka.
Olivia dan Raul menghabiskan beberapa hari berikutnya melakukan segala yang mereka bisa untuk menemukan jalan pulang - seperti yang dilaporkan New York Times, mereka mempertimbangkan untuk melakukan perjalanan speedboat selama 90 menit ke pulau utama Maladewa dan berusaha mendapatkan penerbangan.
Tetapi Maladewa juga mengisolasi wiayahnya, dan pasangan itu berpikir bahwa jika mereka terjebak selama beberapa waktu, lebih baik berada di resor. Sementara itu, semua tamu hotel telah kembali ke negara masing-masing. Akhirnya, pada hari Minggu berikutnya, mereka adalah satu-satunya tamu di Cinnamon Velifushi, yang biasanya melayani 180 orang.
Cinnamon Velifushi merupakan resor dengan villa kayu di atas panggung. Di bawah panggung itu, terdapat perairan berwarna pirus jernih, pantai berpasir putih, dan tempat tidur gantung (Hamook) tergantung yang dikaitkan di pohon-pohon palem.
Mereka dilayani dengan baik. Pasalnya, peraturan pemerintah Maladewa menegaskan bahwa semua anggota staf hotel tetap tinggal sampai tamu terakhir pergi, seperti laporan The Times. Sehingga De Freitases diperlakukan seperti bangsawan - minuman mereka ditambahkan setelah setiap tegukan, para setaf hotel menampilkan pertunjukan pribadi, dan instruktur selam menawarkan untuk mengajak mereka snorkeling beberapa kali sehari.
"Menjadi satu-satunya tamu di resor itu kesepian dan menyenangkan pada saat bersamaan," kata pasangan itu. "Kami benar-benar senang menghabiskan waktu bersama staf dan mengenal mereka secara pribadi."
Namun, pengantin baru tidak benar-benar dapat bersantai dan menikmati bulan madu mereka yang diperpanjang. Pasalnya mereka harus mencari jalan pulang, dengan berkomunikasi dengan Konsulat Afrika Selatan di Maladewa dan Kedutaan Besar Afrika Selatan, di Sri Lanka. Selain itum mereka mulai panik dengan biaya yang meningkat.
"Kami sangat khawatir tentang biaya, karena kami hanya berencana berada di sana selama enam hari," kata Raul. Meskipun hotel menawarkan tarif diskon kepada mereka, perjalanan ke Maladewa bagi mereka adalah perjalanan yang mahal. Mendapatkan kembali juga tidak akan murah.
Setelah 21 hari di Maladewa, Olivia dan Raul dengan selamat sampai di rumah dan langsung masuk fasilitas karantina pemerintah di Afrika Selatan. "Kami kembali dengan pesawat pribadi yang dibiayai secara patungan dengan 40-an turis Afrika Selatan dan Mauritius yang terdampar di Maladewa," kata mereka.
Resor Cinnamon Velifushi Maldives. Foto: @ahki_t
Sewa pesawat itu menelan biaya US$104.000, yang dibagi di antara para penumpang. Gagasan terdampar di sebuah resor pulau mungkin terdengar sangat indah bagi banyak orang, kenyataannya pahit bagi Olivia dan Raul, "Ketika kami melihat ke belakang, kami menyadari bahwa kami memiliki pengalaman yang paling luar biasa, meskipun itu adalah pengalaman yang mahal," kata mereka.
Tapi Raul dan Olivia mengatakan mereka sekarang bisa menghargai betapa beruntungnya mereka - dan ini tentu saja perjalanan yang tidak akan pernah mereka lupakan, "Kami sehat dan aman dan terjebak di tempat paling indah di Bumi," kata mereka.