TEMPO.CO, Jakarta - Serangkaian pusat retail besar, termasuk toko bebas bea dan rantai hypermarket, di seluruh Korea Selatan untuk sementara waktu menutup beberapa toko mereka. Virus corona membuat wisata belanja Korea terpukul.
Sebagaimana dinukil dari The Korea Herald, penutupan sementara itu dipicu kekhawatiran virus corona dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen.
Shilla Duty Free, salah satu operator bebas pajak terkemuka di negara itu, pada hari Minggu (2/2) menutup dua outlet-nya: di pusat kota Seoul dan di Pulau Jeju, setelah dua orang yang terinfeksi virus corona masing-masing mengunjungi dua toko itu. Gerai Shilla Duty Free di Pulau Jeju, pernah ditutup pada 2015 akibat wabah MERS.
Pasien ke-12 yang dikonfirmasi di negara itu - seorang pria Cina berusia 49 tahun - tiba 19 Januari di Bandara Internasional Gimpo di Seoul Barat. Dia lalu mengunjungi toko bebas bea Shilla Duty Free di dalam Hotel Shilla di Pulau Jeju pada 20 Januari dan pada 27 Januari.
Sementara itu Lotte Duty-Free, pemain besar retail lainnya, juga menutup outletnya di Pulau Jeju mulai Minggu malam (2/2), setelah dikonfirmasi bahwa pasien Cina lain telah mengunjungi outlet itu bulan lalu.
"Kami baru saja mulai melarang pelanggan baru memasuki toko dan meminta pelanggan untuk meninggalkan outlet," kata seorang pejabat Lotte Duty-Free. "Kami akan mengumumkan tanggal pembukaan kembali setelah membahas masalah tersebut dengan otoritas kesehatan dan pejabat pemerintah provinsi Jeju."
E-Mart Inc., operator rantai retail diskon terkemuka di negara itu, mengatakan tokonya yang berlokasi di Bucheon, sebuah kota di luar Seoul, telah ditutup sejak Minggu malam (2/2) karena telah dikonfirmasi bahwa pasien ke-12 dan istrinya, juga kasus ke-14, berbelanja di E-Mart Inc. Jaringan retail itu mengatakan operasi desinfeksi telah dilakukan untuk mencegah kemungkinan kontaminasi. Mereka juga belum merinci kapan pertokoannya dibuka kembali.
Sementara itu, kasus ke-12 virus corona di negara itu, terjadi akibat pemandu wisata Korea Selatan saat berada di Jepang melakukan kontak dengan warga negara Jepang yang didiagnosis terinfeksi.
Sebuah penyelidikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea mengkonfirmasi, bahwa pemandu wisata tersebut telah melakukan kontak dengan total 138 orang di Seoul, Provinsi Gyeonggi di sekitarnya, dan Provinsi Gangwon.
Virus corona memang menjadi perhatian pemerintah Korea Selatan, karena negeri itu menjadi pusat belanja kelas menengah atas Cina.
Resto dan Bioskop Ditutup
Kabar lain terkait virus corona menimpa sebuah bioskop di Bucheon yang berafiliasi dengan CJ CGV, rantai bioskop multipleks terbesar Korea Selatan. Bioskop itu telah ditutup sejak Sabtu (1/2), setelah pasien kelima negara itu diketahui pergi ke sana.
Gerai rantai restoran masakan Korea Hanilkwan di Seoul lalu menyusul menutup restonya, ketika pasien ketiga dan kelima dikonfirmasi terinfeksi virus corona, makan bersama di sana pada 22 Januari.
Korea Selatan melaporkan total 15 kasus virus korona yang dikonfirmasi Senin pagi (3/2). Jumlah kematian akibat virus di daratan Cina telah mencapai 361, melampaui wabah sindrom pernafasan akut yang parah pada tahun 2003.
Di tengah penyebaran cepat dari jenis virus baru dan kasus baru yang dikonfirmasi di negara itu, pengamat pasar mengatakan wabah baru saja mulai mempengaruhi sentimen konsumen lokal, yang berpengaruh terhadap bisnis wisata belanja Korea.
"Sepertinya kepercayaan konsumen lokal mulai terpengaruh oleh berita kasus baru yang dikonfirmasi dan meningkatnya jumlah kematian di Cina, ditambah dengan kasus baru yang dikonfirmasi di negara itu," kata Park Sang-joon, seorang analis di Kiwoom Securities Co.
"Kepercayaan konsumen menurun pada sektor ritel mungkin akan semakin parah, jika jumlah kasus baru di negara ini meningkat."
Suasana Shilla Duty Free di Pulau Jeju, Korea Selatan. Pusat belanja bebas pajak ini lima tahun lalu sempat ditutup akibat MERS, kini ditutup lagi akibat wabah virus corona. Foto: @lee_sujeong_
Menurut Park Sang-joon produsen kosmetik lokal utama dan operator bebas bea yang bergantung pada wisatawan Cina terpukul keras. Mereka dilanda kekhawatiran bahwa virus corona dari Cina yang menyebar cepat dapat merusak penjualan dan keuntungan mereka.
"Harga saham kemungkinan akan mencapai titik terendah selama minggu ini," kata Park Shin-ae, seorang analis di KB & Securities Co, menambahkan bahwa Hotel Shilla, operator bebas bea, dan Amore Pacific Co, pembuat kosmetik terkemuka di negara itu, mungkin paling terdampak.