TEMPO.CO, Jakarta - Mlita, kota di Lebanon Selatan, berjarak hanya 50 kilometer di utara perbatasan Israel-Lebanon. Seperti dinukil dari Atlas Obscura, sayap milisi Iran, Hizbullah, mendirikan museum untuk memperingati pertempuran melawan pasukan Israel. Lokasi Museum Perlawanan Hizbullah, persis di medan peperangan antara Israel dan Hizbullah.
Museum Perlawanan Hizbullah dibuka pada Mei 2010, pada ulang tahun ke-10 penarikan Israel dari Lebanon Selatan, yang mengakhiri pendudukan selama 18 tahun. Israel menduduki selatan Libanon selama Perang Lebanon 1982. Pendudukan Lebanon Selatan oleh Israel dipicu serangan roket dari Hizbullah dari wilayah Mlita.
Sebagaimana diberitakan The New York Times, Perang Lebanon menjadi ajang pembuktian kehebatan masa muda panglima pasukan khusus Iran di luar negeri, Mayor Jenderal Qasem Soleimani – yang akhirnya tewas dalam serangan drone Amerika Serikat.
Perang besar kembali terjadi pada 2006 yang menyebabkan invansi Israel ke Lebanon. Pemicunya juga sama: serangan roket dari Lebanon Selatan, yang merupakan jantung Hizbullah.
Museum Hizbullah didirikan tepat di lokasi medan pertempuran Perang Lebanon 1982. Foto: Flickr.com
Museum ini tentu saja bukan satu-satunya visual konflik Arab-Israel di Lebanon, yang disajikan dengan cara yang sangat berbeda. Museum ini berlokasi di sebuah gedung tinggi modern dengan presentasi multimedia dan setiap pajangan diberi label bahasa Inggris. Museum tersebut menjadi salah satu museum paling modern dan terbaik di Lebanon.
Museum Perlawanan Hizbullah menampilkan senjata, peralatan tempur, dan seragam tentara Israel, yang dipajang di gedung utama. Jejak-jejak pertempuran sengit masih bisa didapati di sekitar museum, berupa parit, jalan setapak di hutan, serta bunker bawah tanah.
Bunker tersebut merupakan lokasi Hizbullah mengkoordinasikan serangan terhadap tentara Israel. Bagian tengah museum dinamai Abyss, sebuah kawah bom besar, di mana beberapa tank Israel telah dibuang.
Para kritikus dan media Barat menyebutnya sebagai "Disneyland untuk pejuang Jihad" dan "Hezbollahland", dan menjadi sumber kontroversi sejak dibuka. Media Barat mengkritik museum itu karena beberapa fakta yang dihilangkan dan memuliakan para pejuang Hizbullah – tak menyebut-nyebut penduduk Lebanon lainnya.
The Abyss bagian Museum Perlawanan Hizbullah yang paling dramatis. Foto: Flickr.com
Salah satu fakta yang dihilangkan, menurut pers Barat, museum itu menghilangkan fakta bahwa Hizbullah yang memulai serangan ke Israel pada Perang Lebanon 1982.
Meskipun mendapat kritikan dari media Barat, museum ini tampaknya sangat sukses. Museum Perlawanan Hizbullah saat pertama kali dibuka dikunjungi lebih dari 300.000 wisatawan. Mereka berencana untuk memperluas museum, termasuk membangun kereta gantung, kolam renang, dan hotel.