TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kota Yogyakarta, secara bertahap mempercantik kawasan Malioboro. Selain itu, mereka juga mempercantik Yogyakarta bagian tengah lainnya, seperti Jalan Jenderal Sudirman dan Kota Baru, dengan membangun semi pedestrian.
Paniradya Pati atau lembaga perencana program Keistimewaan Pemerintah DIY, Beni Suharsono, menuturkan penataan Malioboro, Jalan Sudirman, dan Kotabaru yang digenjot belakangan ini, merupakan bagian tak terpisahkan penataan secara umum tata ruang keistimewaan khususnya untuk kawasan sumbu filosofi.
“Pemda DIY bersama Pemkot Yogyakarta kini sedang terus melaksanakan penataan sumbu filosofis dari Tugu Pal Putih dan akan diteruskan sampai dengan Panggung Krapyak,” ujar Beni 3 Januari 2019.
Sumbu filosofi merupakan garis imajiner yang meliputi kawasan dari utara ke selatan yang membelah Yogya. Melintasi monumen Tugu Pal Putih (Tugu Golong Gilig)-Keraton-Panggung Krapyak. Sering disebut sumbu filosofis menggambarkan atau menyimbolkan perihal sangkan paraning dumadi atau asal muasal manusia berada.
Panggung Krapyak merujuk salah satu bangunan cagar budaya yang segaris di selatan Keraton Yogyakarta, yang berlokasi di Dusun Krapyak, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, DIY.
Pedestrian Malioboro yang kian nyaman. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Panggung Krapyak merupakan rangkaian Sumbu Filosofis yang dibuat oleh Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792).
“Proses penataan ini termasuk dalam satuan strategi keistimewaan sumbu filosofi dengan tujuan pelayanan kepada masyarakat lebih optimal dalam tata ruang,” ujar Beni.
Dengan tata ruang yang mulai tergarap bertahap, Beni menuturkan, pemberdayaan warga di Yogyakarta juga harus berjalan, khususnya dalam mendukung perwujudan Yogyakarta sebagai destinasi wisata dan budaya.
Beni mengatakan Yogyakarta tahun 2020 ini akan mendapatkan dana keistimewaan dari pemerintah pusat sebesar Rp67,9 milyar. Dana tersebut dapat digunakan semaksimal mungkin untuk pemberdayaan masyarakat serta pelaku budaya, untuk meningkatkan ungkitan ekonomi sekaligus mengurangi penyelenggaran event yang sifatnya sekadar “nanggap” atau mendatangkan pertunjukkan.
Apabila dana keistimewaan digunakan untuk menyelenggarakan event pertunjukan, ujar dia, maka lebih mengutamakan menampilkan pelaku budaya hasil dari pemberdayaan masyarakat. Bukan kalangan profesional.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman Agus Tri Haryono mengatakan pedestrian Sudirman dan Kotabaru mengusung konsep garden city tanpa meninggalkan unsur budaya.
Kawasan pedestrian Jalan Sudirman Yogya mulai dioperasikan Pemkot Yogyakarta Senin (30/12). Kawasan ini diproyeksikan bisa mengurangi kepadatan wisatan di Malioboro, khususnya saat masa liburan. Tempo/Pribadi Wicaksono
“Harapannya, dengan penataan pedestrian ini akan menjadi ruang publik baru bagi wisatawan dan warga Kota Yogyakarta agar senang beraktivitas di luar ruang dan mampu menarik pejalan kaki untuk berswafoto, membangkitkan semangat serta karakteristik jalan kota yang semakin ramah,” ujar Agus.
PRIBADI WICAKSONO