TEMPO.CO, Jakarta - Pelesiran di Mesir, Turki, Italia, hingga Beijing, menjadi pengalaman istimewa. Pasalnya, wisatawan bisa mendapati situs-situs berusia ribuan tahun berada di jantung kota. Bertetangga dengan rumah penduduk, kantor, bahkan mal. Tapi bayangkan bila Anda bertandang ke Yordania, tiba-tiba menemukan amfiteater peninggalan Romawi di tengah kota.
Meski tak sepopuler Koloseum di Roma, Ibu Kota Italia, namun keberadaan amfiteater itu mengangkat Amman sebagai kota wisata sejarah. Bayangkan saja, di keramaian ibu kota itu, Anda menemukan amfiteater berkapasitas 6.000 kursi petilasan Romawi abad ke-2 Masehi.
Situs itu menandakan, jauh sebelum kota Amman berdiri, wilayah itu telah menjadi kota makmur yang disebut sebagai Philadelphia, atau "kota cinta persaudaraan." Pembangunan amfiteater ini atas perintah Kaisar Romawi Antoninus Pius. Amfiteater ini dibagi menjadi dua bagian yang berbeda: bagi penonton pertunjukan (teater gaya Romawi) dan untuk mendengarkan konser musik (penggunaan modern).
Amfiteater Amman yang ikonik, pada kenyataannya, adalah tempat yang sempurna untuk menghadiri acara-acara semacam itu (mengabaikan tangga yang curam dan terkadang licin), karena orang-orang Romawi adalah ahli akustik. Ada tanda kecil antara panggung dan kursi, dan jika Anda berdiri di tempat ini dan berbicara, suara Anda terdengar ke seluruh stadion.
Orang-orang Romawi memiliki kemampuan akustik dalam membangun sebuah panggung pertunjukan. Amfiteater ini masih digunakan untuk pertunjukan musik dan pemenatasan teater. Suara di depan dan dibalakang sama baiknya. Foto: Dudva/Atlas Obscura
Namun, suara yang superior bukanlah satu-satunya permata tersembunyi yang terkandung dalam keajaiban arkeologis ini. Di sisi panggung, terdapat sebuah pintu kecil terbuka ke Museum Yordania, di mana puluhan keramik, pakaian Badui tradisional, perhiasan, dan pernak-pernik duduk dipajang. Di belakang teater, sisa-sisa Kuil Hercules bertahta di atas bukit, memunggungi matahari Yordania yang cerah.