TEMPO.CO, Yogyakarta - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan promosi pariwisata Candi Borobudur membutuhkan sentuhan generasi milenial agar semakin populer. Arief Yahya menyayangkan jomplangnya angka wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur ketimbang ke Angkor Wat, Kamboja.
Baca: Sebab Candi Borobudur Dianggap Kalah Pamor dari Angkor Wat
Menurut Arief Yahya, angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Angkor Wat bisa 10 kali lipat dibanding ke Candi Borobudur. Padahal kedua tempat ini sama-sama diakui oleh UNESCO sebagai world heritage.
"Borobudur dinilai tidak memiliki legenda (yang dikenal dunia), kalau secara sains oke, Borobudur memang sangat digemari kalangan akademisi, tapi Angkor Wat sangat populer (di semua kalangan wisatawan mancanegara)," ujar Arief Yahya di Yogyakarta, Jumat 15 Februari 2019.
Dia menjelaskan, popularitas Angkor Wat kian meroket karena tempat itu menjadi lokasi syuting sejumlah film terkenal, seperti Tomb Raider dan Indiana Jones. "Bukan berarti Borobudur kalah bagus. Ini ibarat musik, ada pop dan klasik. Angkor Wat ibarat musik pop yang jumlah pecintanya lebih banyak dibanding musik klasik," ujarnya.
Untuk mendongkrak popularitas Candi Borobudur, Arief Yahya mengatakan pemerintah akan mengadakan lomba guna menguatkan sisi legenda Borobudur sebagai candi bersejarah. Lomba ini ditujuan bagi generasi milenial yang usianya 15 sampai 34 tahun.
Wisatawan menikmati suasana matahari terbit di kawasan Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu 15 Desember 2018. Wisata alam menyaksikan matahari terbit dari candi Borobudur menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
"Saya ngotot generasi milenial harus terlibat karena jumlah wisatawan mancanegara di usia milenial sangat besar," ujarnya. Arief Yahya merinci, separuh dari wisatawan mancanegara yang masuk Indonesia adalah generasi milenial. Dari angka itu, sekitar 60 persen traveler Asia adalah anak muda.
Baca juga: Menteri Pariwisata: Tiket Pesawat Mahal Berdampak ke Pariwisata
Selain kurang dikenal anak muda, menurut Arief Yahya, Candi Borobudur masih kurang narasi dan literasi yang imajinatif tentang candi tersebut. Minimnya ulasan Candi Borobudur ini tak bisa dilepaskan dari sejarah penjajahan di masa silam.
"Konon, Angkor Wat di Kamboja punya banyak ulasan karena dijajah Prancis yang orang orangnya lebih suka menulis, dibanding penjajah kita, Inggris dan Belanda yang kurang suka menulis," ujarnya.
Berangkat dari situ pula, menurut Arief Yahya, Kementerian Pariwisata juga akan menyiapkan lomba penulisan tentang Candi Borobudur. Tulisan kemudian ditransformasikan ke bentuk media audio visual, misalnya film,musik, game, atau animasi.