TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tahun 2018 diproyeksikan sekitar 16,2 juta wisman atau sekitar 95 persen dari target yang ditetapkan sebesar 17 juta wisman. Jumlah tersebut meleset dari target, namun perolehan devisa di atas target.
“Meskipun target wisman meleset, namun perolehan devisa pariwisata tahun ini mencapai US$ 17,6 miliar atau di atas target,” kata Menpar Arief Yahya dalam acara Jumpa Pers Akhir Tahun (JPAT) 2018 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata Jakarta, Kamis (20/12).
Menteri Arief Yahya mengatakan, perolehan devisa pariwisata sebesar US$ 17,6 miliar tersebut dengan perhitungan capaian 16,2 juta wisman dikalikan rata-rata pengeluaran per kunjungan sebesar US$ 1.100 per wisman. “Sebagai good news-nya perolehan devisa pariwisata tahun ini akan menempatkan posisinya sebagai penghasil devisa terbesar, mengalahkan atau sejajar dengan devisa Crude Palm Oil (CPO) sebesar US$ 16 miliar berada di urutan teratas,” paparnya.
Arief Yahya menjelaskan, awalnya ia sempat optimistis target tahun ini tercapai karena pada Juni dan Juli 2018 kunjungan wisman sudah sampai 1,5 juta per bulan (kali 12 bulan menjadi 18 juta), namun munculnya musibah gempa bumi di Lombok pada 29 Juli 2018 disusul gempa 7 SR pada 5 Agustus 2018 terjadi pembatalan besar-besaran lebih dari 75 persen. “Selama Agustus hingga Desember 2018 turun sebesar 500 ribu wisman atau mencapai rata-rata 100 ribu per bulan".
Baca Juga: Citilink Buka Rute Banyuwangi-Kuala Lumpur untuk Tarik Wisman
Sementara itu pergerakan wisatawan nusantara di Tanah Air selama tahun 2018, menurut Arief Yahya, tidak ada masalah karena terus tumbuh bahkan untuk target tahun ini sebanyak 270 juta sudah tercapai pada 2017 sebanyak 270.882.003, sedangkan target 2019 sebesar 275 juta wisnus kemungkinan sudah tercapai pada akhir tahun ini.