TEMPO.CO, Surakarta - Ribuan warga berebut hasil bumi berupa makanan yang dibentuk dalam dua pasang gunungan dalam perayaan Grebeg Maulid di halaman Masjid Agung Surakarta di Solo, Jawa Tengah, Selasa, 20/11. Ribuan orang itu datang dari berbagai daerah, selain dari kota Solo sendiri. Mereka sekaligus memanfaatkan hari libur untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW ini.
Dua pasang gunungan yang menjadi lambang jaler (laki-laki) dan estri (perempuan) diperebutkan setelah dikirab. Perhelatan ini menandai puncak tradisi Sekaten yang diselenggarakan Keraton Kasunanan Surakarta untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Kirab berlangsung dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung, dan setelah dilakukan doa bersama dua pasang gunungan hasil bumi langsung diperebutkan warga yang hadir di halaman masjid.
Narni, 45 tahun, warga asal Karanganyar sengaja datang ke Masjid Agung Surakarta untuk mencari berkah dari hasill bumi gunungan tersebut. "Saya bersama teman dan tetangga mendapatkan kacang panjang dan rengginang. Makanan ini, isi gunungan itu, menjadi lambang akan mendatangkan berkah," kata dia.
Menurut Ketua Takmir Mesjid Agung Surakarta Muhtarom kegiatan Grebeg Maulid merupakan puncak perayaan Sekaten dari Keraton Kasunanan Surakarta. Kegiatan Sekaten ini ditandai dengan mengeluarkan gamelan Keraton selama sepekan, dan berakhir, pada Selasa ini.
Menurut Muhtarom, gunungan yang dikirab tersebut memiliki makna bawah hidup di dunia terdiri atas dua jenis kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Maka gunungannya diberi nama jaler dan estri.
Gunungan Jaler berisi hasil bumi atau makanan yang masih mentah, seperti jenis kasampar, umbi-umbian dan buah yang bergelantung. Ini mengandung makna bahwa seorang laki-laki harus bekerja mencari penghidupan untuk keluarganya.
"Polo kapendem (umbi-umbian) mengingatkan kita untuk tahu jati diri kita. Kita dari tanah akan kembali ke tanah. Polo Kasampar, hidup ini, harus dinamis mencari penghidupan di muka bumi, untuk kebutuhan hidup di dunia," katanya.
Lalu polo kagantung artinya semua itu tidak lepas dari yang memberikan kehidupan. Rejeki sudah ada yang mengatur yakni Tuhan Yang Maha Esa.
Sedang gunungan estri, kata dia, berupa tumpukan makanan yang telah diolah dan siap saji. Ini melambangkan seorang perempuan harus mampu mengatur kerja suami untuk kebutuhan hidup keluarganya.
ANTARA