TEMPO.CO, Yogyakarta - Bentara Budaya Yogyakarta menggelar pameran audio bertajuk Slompret Jogja sepanjang 13-22 November 2018. "Pameran ini akan menampilkan berbagai media audio lawasan sebelum masuknya era digital," ujar Kurator Bentara Budaya Yogya Hermanu kepada Tempo, Senin 12 November 2018.
Adapun tentang audio lawasan yang akan ditampilkan merupakan perangkat yang selama ini memang sangat jarang diketahui publik. Ada perangkat bahkan usia kelahirannya di tahun 1940-1950 an. Berbagai perangkat audio yang ditampilkan seperti tapereel, radio transistor berbagai model, beberapa gramapun kotak yang bervariasi, ampli tabung, dan lain-lain. Semua perangkat itu jarang terlihat lagi sejak lahirnya era digital.
Namun bukan perangkat lawasan itu yang utama dalam pameran audio kali ini. Hermanu menuturkan pameran audio ketiga yang digelar kali ini sekaligus membawa misi penghormatan kepada lima tokoh seniman Yogya legendaris yang di masa lampau menyuarakan kebolehannya lewat media audio mulai dari radio, televisi, tape recorder, piringan hitam, dan alat rekaman lainnya.Ilustrasi Radio Transistor
Kelima tokoh seniman itu antara lain Pak Besut yang terkenal lewat siaran radio RRI Yogyakarta dengan jargonnya yang terkenal “Man Jamino Man“. Kemudian Kusbini seorang komposer sekaligus pencipta lagu, juga guru musik yang piawai dengan alat biola dan gitarnya.
Lalu Basiyo, seorang pelawak yang cerdas dan pencipta gending Pangkur Jenggleng yang terkenal. Kemudian Nyi Condro Lukito, seorang sinden terkenal dengan gending Uler Kambang, Kutut Manggung dan gending-gending lainnya. Dan yang terakhir adalah Ki Hadi Sugito, seorang dalang terkenal dari Toyan Wates Kulonprogo yang telah merekam berpuluh-puluh cerita lakon Wayang Purwa.
Mereka semua mempunyai rekaman yang sangat digandrungi oleh masyarakat Yogyakarta dan Indonesia. Sampai sekarang dagelan Mataram di mana Basiyo sebagai roll-nya masih diputar di Stasiun Radio AM setiap hari dengan berganti-ganti cerita, demikian juga seniman lainnya. Walaupun mereka sudah tiada, karya-karyanya masih menghiasi ruang-ruang keluarga saat ini di Yogya.
"Jadi media audio yang ditampilkan kali ini merujuk pada perangkat yang pernah digunakan para almarhum seniman legendaris asal Yogya itu semasa masih berkarya," ujar Hermanu yang mempersiapkan pameran ini sejak tiga bulan silam.
Para tokoh dari dunia hiburan yang melegenda dan mengharumkan nama Yogyakarta di mata masyarakat Indonesia dan dunia itu pun menjadi inspirasi tema pameran Slompret Jogja tersebut. "Kami kira Slompret Jogja menjadi judul yang pas untuk pameran kali ini karena tokoh-tokoh legenda ini menyuarakan kebolehannya lewat audio lawasan. Ibaratnya, mereka sebagai corong atau slompret yang menyuarakan kebolehan mereka dalam dunia tarik suara," ujarnya.
Hermanu mengungkapkan pameran yang melibatkan kembali para pecinta audio lawasan yang tergabung dalam Paguyuban Padmaditya ini sebelumnya telah berpameran beberapa kali di Bentara Budaya. Bahkan pernah keliling dari Yogya, Solo, Surabaya, Jakarta dan Denpasar, Bali tahun 2013, dalam judul pameran Layang Swara. Kemudian pameran bertajuk Corong Bernyanyi dipamerkan tahun 2015.
Pameran ini terbuka untuk umum dan gratis.
PRIBADI WICAKSONO (Yogyakarta)