TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otorita Danau Toba Basar Simanjuntak mengatakan pengembangan pariwisata Danau Toba, Sumatera Utara, menemui hambatan, terutama soal keterlibatan masyarakat. “Menyatukan delapan kabupaten dan empat sub etnik yang ada di sekitar Danau Toba memang menantang. Namun, masih bisa diupayakan," kata Basar di Jakarta, Kamis, 4/10.
Basar menegaskan hal itu tidak menghalangi perkembangan pariwisata di kawasan Danau Toba. Pemerintah akan terus melakukan upaya perbaikan. Dia tak memungkiri bahwa pariwisata Danau Toba pernah mengalami penurunan, namun kini sudah membaik. Dan pada 2019 kelak diperkirakan akan ada 1 juta wisatawan yang datang ke Danau Toba. “Hal ini diperkuat dengan ketersediaan atraksi, amenitas dan akses yang memadai,” kata dia.
Untuk akses, ada dua bandara yang bisa menghubungkan wisatawan ke Danau Toba, yaitu Bandara Kualanamu dan Bandara Silangit. Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Masruroh mengatakan saat ini setiap harinya ada 5 penerbangan menuju Bandara Silangit dari Jakarta. “Sementara dari Malaysia ada dua maskapai yang melayani penerbangan langsung ke Bandara Silangit," ujar Masruroh.
Selain bandara, Pelabuhan Kuala Tanjung yang juga menghubungkan wisatawan ke Danau Toba terus diperbaiki sehingga pintu kedatangan wisatawan bervariasi. Sementara untuk amenitas, pilihan penginapan juga sudah beragam mulai hotel berbintang hingga homestay.
Masruroh mengatakan Sales Mission Danau Toba bahkan baru-baru ini digelar di tiga kota yakni, Yogyakarta, Surabaya, dan Semarang. Tujuannya untuk menyasar wisatawan nusantara.
Ada pun, pasar wisatawan mancanegara (wisman) yang menggemari pariwisata Danau Toba adalah wisman asal Eropa terutama Belanda. Daya tatik Danau Toba adlah memiliki daya tarik alam dan budaya yang benuansa petualangan. “Dekat dengan karakteristik wisman asal Belanda.”
ANTARA