TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur menganggarkan dana sekitar Rp 4 miliar untuk melanjutkan pembangunan hutan kota yang bernama Hutan Joyoboyo. Tujuan dari pengembangan ini adalah untuk menjadikan hutan lebih memadai sebagai wahana edukasi lingkungan kepada masyarakat.
Selama pembangunan tahap kedua itu lokasi hutan kota ditutup sementara. “Ada sekitar Rp3,25 miliar dari APBD serta Rp750 juta dari DAK untuk pencahayaan (lampu)," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkot Kediri Apip Permana di Kediri, Kamis, 20/9.
Ia mengatakan proses pembangunan tahap kedua sudah dimulai sejak 21 Agustus 2018 dan diharapkan selesai pada 23 Desember 2018. Beberapa pekerjaan yang menjadi fokus pembangunan, antara lain, pembuatan plyground di bagian utara, teras pohon, balok titian, pergola, lorong. Selain itu, juga terdapat rencana pembuatan 10 patung ilustrasi Panji Asmorobangun.
"Nanti ada tempat untuk sarana menimba ilmu sekaligus juga akan dibangun 10 patung ilustrasi Panji Asmorobangun," ujarnya. Apip mengatakan pemerintah kota memang ingin menjadikan hutan kota sebagai paru-paru kota sekaligus tempat edukasi masyarakat, terutama pelajar.
Hutan kota ini dikembangkan pemerintah setempat di area Stadion Brawijaya yang menjadi markas tim kesebelasan Persik Kediri. Di kawasan ini memang banyak tanaman besar yang memiliki akar kuat dan rindang. Tak sedikit yang usianya sudah ratusan tahun.Warga menikmati suasana asri di kawasan Hutan Kota Joyoboyo Kediri. Kawasan yang semula kumuh dan menjadi tempat asusila ini disulap menjadi wisata alam tepat di tengah kota. Foto Hari Tri Wasono
Kawasan ini cukup menjadi area relakasi yang memadai bagi masyarakat sekitar. Memasuki kawasan ini benar-benar seperti terlempar ke puncak gunung yang jauh dari keramaian kota.Udara yang berembus pun cukup bersih dan segar. Padahal lokasinya hanya sepelemparan batu dari jalan raya.
Kebanyakan warga berkunjung pada siang hari saat matahari berada di atas kepala. Tak sedikit pengendara memarkir sepeda motornya dan memilih beristirahat di hutan kota. “Setiap pulang sekolah anak saya selalu minta mampir ke sini,” kata Andika Dwi, warga Kelurahan Semampir.
Di tempat tersebut juga sering dijadikan lokasi kegiatan masyarakat maupun pemerintah, salah satunya pameran UMKM. Untuk menjaga kebersihan pemerintah kota tidak mengizinkan para pedagang masuk ke lokasi hutan kota. Pemerintah kota tetap ingin menjadikan kawasan tersebut sebagai tempat yang bersih dan nyaman untuk pengunjung.
Warga yang hendak ke hutan kota itu juga tidak dibebani dengan tiket masuk. Pemerintah hanya ingin warga ikut merawat hutan kota, dengan membuang sampah di tempatnya sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
ANTARA