TEMPO.CO, Jakarta - Aktivitas pariwisata tengah disoroti dunia memiliki dampak cukup siginifikan bagi pencemaran lingkungan. New York Times mencatat, data perjalanan pulang-pergi dari New York ke San Francisco memancarkan sekitar 0,9 ton metrik karbondioksida per orang. Artinya para traveler ikut menyumbang dalam kemunduran kualitas lingkungan itu.
Selain mobilisasi penerbangan, plastik menjadi isu yang ramai dibicarakan saat ini untuk para pegiat lingkungan. National Geographic menyebut sampah telah benar-benar mengancam ekosistem laut. Setiap tahun, 1.000 penyu mati akibat plastik yang tak sengaja mereka konsumsi di habitatnya.
Aktivitas pariwisata menjadi salah satu faktor penyumbang polusi plastik. Traveler dan turis yang tidak sadar lingkungan akan terus-menerus menggunakan plastik untuk kepentingan jalan-jalannya.
The Pacific Institute memperkirakan, satu botol air plastik 500-mililiter—juga yang terus-menerus dibuang pelancong saat jalan-jalan—memiliki jejak karbon yang sama dengan sekitar 3 ons karbondioksida. Selain itu, hanya sekitar sembilan persen plastik dunia yang didaur ulang.
Karena itu, dunia kini tengah menggalakkan traveling dengan cara bertanggung jawab dan sadar lingkungan. Gerakan paling masif ialah mengurangi sampah plastik. Ada beberapa cara di antaranya. Berikut ini misalnya.
1. Botol air yang disaring
Meminimalisasi pembelian air minum kemasan cukup berdampak bagi pengurangan sampah plastik. Traveler bisa membawa botol air minum ke mana pun ia pergi supaya tak lagi membeli minuman kemasan. Ini adalah cara umum yang paling tepat dan diklaim paling berdampak. Sebab, diperkirakan, dunia membeli 1 juta botol plastik setiap menit. Untuk menggantikannya, para traveler bisa menggunakan botol air minum yang memiliki filter untuk menyeduh teh atau kopi selama perjalanan.