TEMPO.CO, Jakarta - Kampung adat Gurusina di Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur terbakar pada Senin menjelang malam, 13 Agustus 2018. Berita itu diterima Tempo dari salah satu pegiat komunitas fotografi sekaligus pariwisata di Bajawa, Ansel Rema, Senin malam, 13/8.
Kampung adat Gurusina terletak di Desa Watumanu, Jerebu’u, masih di kaki Gunung Inerie.
Kampung tersebut ditengarai sudah ada sejak 5.000 tahun lalu dan digadang-gadang menjadi yang tertua di tanah bunga, Flores. Di sana, berdiri 33 rumah yang dihuni oleh tiga suku besar: Kabi, Agoazi, dan Agokae.
Penataan rumahnya mirip dengan yang ada di Kampung Bena, yakni berjajar dan berhadap-hadapan. Mata pencahariannya pun hampir sama. Mereka, para lelaki, menjadi peladang cengkeh, kemiri, kakao, dan jambu mete.
Hanya, tradisi masyarakatnya yang membikin kampung ini memiliki ciri khas unik. Di sana, setiap keluarga menyimpan ari-ari anaknya di dalam batok kelapa, lantas ditempatkan di dahan pohon yang paling tinggi dan rindang. Dengan tradisi ini, anak-anak dipercaya akan menjadi penurut dan pelindung. Juga, kelak dapat menyemai perdamaian di mana pun.
Bertahannya Kampung Adat Gurusina ini tak lain karena pola kehidupan masyarakatnya setempat yang masih mempertahankan pola hidup mengelompok. Mereka juga menjunjung adat-istiadat yang diwariskan dari nenek moyang
FRANCISCA CHRISTY ROSANA