TEMPO.CO, Palangka Raya -- Ribuan warga Palangka Raya melakukan ziarah pada perayaan Paskah 2018 dan bermalam di pekuburan Kristen, Sabtu malam. Bermalam di pekuburan saat menuju Paskah itu sudah menjadi tradisi warga setempat.
"Setiap tahun saat perayaan Paskah selain ziarah, kami juga menginap di sini. Kami baru kembali ke rumah pada pagi hari," kata Hendrik Marcus, warga setempat, saat ditemui di pekuburan di Jalan Tjilik Kilometer 2,5 kota Palangka Raya, Sabtu.
Baca juga: Libur Paskah, Destinasi Wisata Rohani dari Tomohon sampai Papua
Hendrik Marcus datang ke kawasan pemakaman Sabtu malam bersama keluarga. Meski sudah melakukan secara turun-temurun, dia tak mengetahui sejak kapan kebiasaan itu bermula.
Dedy Anwar warga Palangka Raya lainnya juga mengaku tidak mengetahui awal-mula tradisi bermalam di pemakaman itu. "Saya sejak kecil tahu kegiatan semacam ini sudah berlangsung," katanya.
Dedy mengaku senang dan ikhlas melaksanakan acara tersebut. “Karena juga bermanfaat untuk terus mengingat sanak keluarga yang telah mendahului.”
Semakin malam pemakaman Kristen itu kian padat oleh peziaeah. Ini sangat kontras dibandingkan suasana siang hari yang sepi.
Kawasan yang biasanya gelap pun menjadi terang benderang oleh nyala lilin di setiap makam. Tak ada kesan menyeramkan di area itu.
Sesaknya kawasan itu tak hanya terjadi di area pemakaman, tetapi akses jalan masuk hingga jalan raya yang letaknya berada tepat di depan pemakaman pun terjadi kemacetan. Halaman pertokoan dan pinggir jalan raya di sekitar lokasi, mendadak menjadi kawasan parkir para peziarah.
Di area kiri dan kanan jalan menuju pemakaman, ramai oleh pedagang bunga, pedagang makanan dan minuman, bahkan juga mainan. Aparat keamanan sibuk melakukan pengamanan termasuk mengatur lalu lintas jalan di sekitar makam.
Artikel lain: Museum Purba Pleret Koleksi Benda Berusia 3,5 Abad