TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini disebut Hari Baden Powell ang amat dikenal olah komunitas kepanduan dunia. Disebut demikian karena Baden Powell lahir pada 22 Februari 1857.
Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Bidang Pembinaan Anggota Dewasa, Susi Yuliati mengatakan Baden Powell mengajarkan kita untuk hidup dalam nilai-nilai kebaikan. Ia juga mengajarkan agar pandu menjadi orang yang selalu berwawasan luas, berpikiran positif dan hidup dengan bahagia.
Baca Juga:
Baden Powell, kata Susi, mengharapkan setiap orang merasakan hidup bahagia dan merasakan hidupnya tidak sia-sia, seperti dirinya yang wafat di usia 84 tahun di Kenya.
Inspirasi kepanduan Baden Powell itu melintasi benua-benua, hingga sampai pula ke Indonesia. Di sini gerakan kepanduan disebut Pramuka dan mempunyai sejarah panjang yang berkelindan dengan semangat kebangsaan.
Diantara lintasan sejarah tersebut, berikut dua diantaranya, yang menarik disimak.
- Kepanduan di Keraton Mangkunegara
Keraton ini pernah merintis berdirinya kepanduan dengan nama Javaansche Padvinders Organisatie (JPO), yang bercorak Jawa dan digarap secara mandiri pada 1916.
Heri Priyatmoko, alumnus pascasarjana sejarah FIB, UGM, dalam sebuah opininya di Koran Tempo (2014) mengungkapkan kepanduan itu didirkan oleh Mangkunegara VII. Data mengenai hal itu teurngkap di bundelan arsip lokal yang terismpan di Perpustakaan Reksopustoko Mangkunegaran.
Gerakan kepanduan ini digalang untuk menolak pemerintah kolonial Belanda yang hendak membumikan Persatuan Pandu Hindia Belanda atau Nederlans Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) di tanah jajahan. Sebab syarat dari kebijakan ini adalah anggota NIPV kudu setia dan patuh kepada Ratu Belanda.
Menurut Mangkunegara VII kepanduan merupakan cara jitu membangun "negara" yang kokoh dan mentalitas manusia yang bagus. Kegiatan dalam kepanduan akan meningkatkan budi pekerti, jasmani, rohani, dan aneka rupa kepandaian.
Mangkunagara bercita-cita JPO bisa berfaedah bagi penduduk. Maka JPO ikut diterjunkan dalam gerakan literasi membasmi buta sastra. Mereka juga ikut membangun sekolahan di pedesaan. Orng-rang desa dibekali bermacam keterampilan sederhana sesuai kebutuhan lingkungannya.
Saat itu jumlah anggota JPO membengkak dan sukses menyelipkan misi nasionalisma.
- Semangat Kepanduan Bung TomoHari Pahlawan: Misteri Foto Legendaris Bung Tomo
Aktivitasnya di kepanduan bermula saat Sutomo berusia 12 tahun. Notosudarmo, kakek dari ayahnya, yang mendorongnya dia masuk Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI). "Peristiwa ini menjadi salah satu langkah terpenting pada awal masa kehidupannya," kata William H. Frederick dalam bukunya, Pandangan dan Gejolak: Masyarakat Kota dan Lahirnya Revolusi Indonesia.
KBI merupakan organisasi kepanduan berasaskan kebangsaan yang terbentuk pada 1930 oleh dr Moewardi, alumnus School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) atau Sekolah Kedokteran Hindia Belanda. Pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928, Moewardi yang menjadi utusan Jong Java ikut mengikrarkan Sumpah Pemuda.
KBI adalah fusi tiga organisasi kepanduan: Pandu Kebangsaan, Nationale Islamietische Padvinderij, dan Pandu Pemuda Sumatera.
Sutomo lulus dari sekolah dasar negeri di dekat rumahnya di Kampung Tembok Dukuh, Kecamatan Bubutan, Surabaya. Dia masuk sekolah menengah tapi tidak lulus karena tidak ada biaya. Lalu Bung Tomo mengambil kursus korespondensi tingkat sekolah menengah atas dari Belanda dan menyelesaikan seluruh kursus tersebut.
Menurut Frederick, Sutomo mengisi waktu luang selain kegiatan pramuka dengan berjualan koran dan mengambil cucian tetangga. Sutomo mengikuti semua ujian di lingkungan kepanduan dan mendapat banyak lencana pada seragam pandunya.
Pada usia 16 tahun, ia mendapat penghargaan Pandu Garuda (Elang) dari KBI. "Hanya ada dua orang Indonesia yang mampu mencapai tingkat ini sebelum masa pendudukan Jepang," kata Frederick.
Dalam buku Frederick, Bung Tomo mengakui peran penting kepanduan yang telah membentuk karakternya. "Kepanduan tak hanya memperkuat wawasan kebangsaan saya, juga mengajari keahlian praktis dan menjadi dasar kehidupan masa depan," tulisnya.
Artikel lain: Ini Tiga Spot Selancar Favorit di Sumatera