Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menikmati Menu Eksklusif di Pabrik Coklat Monggo Yogyakarta

Reporter

image-gnews
Penampakan luar bangunan pabrik cokelat Monggo, Kota Gede, Yogyakarta. Tempo/Francisca Christy Rosana
Penampakan luar bangunan pabrik cokelat Monggo, Kota Gede, Yogyakarta. Tempo/Francisca Christy Rosana
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Selain bakpia, coklat Monggo sejak 2005 telah masuk daftar buah tangan favorit para pelancong selepas mengeksplorasi Kota Yogyakarta. Olahan cokelat yang dikreatori oleh Thierry Detournay, warga negara asli Belgia, itu memberi angin segar bagi wisatawan yang bosan dengan oleh-oleh Kota Gudeg yang itu-itu saja.

Coklat Monggo mulai populer lantaran kemasannya yang elegan, klasik, dan menarik. Perwajahannya didesain seperti filosofi Kota Yogyakarta yang berhati nyaman: bungkusnya dibikin dari karton cokelat yang sejuk dipandang mata dan bergambar karakter wayang yang bersahaja. Cokelat Monggo juga berkesan buat jadi oleh-oleh lantaran punya beragam varian rasa, mulai yang  biasa hingga tak lazim.

Baca Juga:

Beragam varian cokelat Monggo bisa langsung “dijemput” para pelancong di pabrik pembuatan Coklat Monggo. Lokasinya berada di Kota Gede, tepatnya di Jalan Dalem KG III / 978, Purbayan. Patokannya adalah Makam Raja-raja Mataram Kota Gede. Pabrik cokelat ini letaknya tak jauh-jauh amat dari makam legendaris tersebut. Kira-kira, 300 meter setelah makam raja-raja, terdapat plang besi berwarna cokelat yang memandu pelancong menuju lokasi.

Menuju pabrik coklat Monggo, pengunjung kudu melewati jalan sempit yang hanya muat dilalui sepeda motor. Tamu yang membawa mobil bisa memarkir kendaraannya di sekitar makam raja-raja atau Pasar Kota Gede. Lokasi yang “nyempil” di sudut kota membikin pabrik minim polusi suara lalu-lalang kendaraan. Atmosfernya pun nyaman, apalagi didukung dengan bangunan yang mengangkat konsep rumah kejawen.

Di pabrik yang lebih mirip dengan hunian pribadi itu, beragam macam varian coklat Monggo dipajang di etalase. Pengunjung bisa mencicipinya melalui tester. Tiap ukuran punya rasa yang berbeda-beda.

Baca Juga:

Coklat dengan ukuran paling kecil, yakni 40 gram, punya sebelas varian rasa. Ada yang berisi krim, ada pula yang berisi pasta. Ragam isiannya pun berbeda-beda. Misalnya praline atau kacang mete, durian, kurma, mangga, kopi, sampai cabai.

Sedangkan cokelat berukuran 80 gram punya 16 varian rasa. Ada yang manisan, ada pula yang kacang-kacangan, semisal macadamia. Macadamia adalah kacang Australia yang sudah dibudidayakan di Indonesia, seperti di Jember.

Sementara itu, coklat dengan ukuran paling besar, yakni 100 gram, punya jumlah varian yang lebih sedikit, seperti susu, dark, dan praline. Artinya, tidak seekstrem cokelat Monggo berukuran 40 gram yang dikolaborasikan dengan berbagai komplemen rasa.

Harga tiap-tiap ukuran tentu berbeda. Cokelat dengan ukuran 40 gram dijual seharga Rp 20 ribu, 80 gram dibanderol Rp 39 ribu, dan 100 gram dipatok Rp 47 ribu. Ada pula paket berisi sepuluh batang cokelat Monggo 40 gram yang dijual seharga Rp 235 ribu dan paket berisi tiga cokelat berukuran 80 gram yang dihargai Rp 139 ribu.Cokelat Monggo berukuran 100 gram (kiri) dan 80 gram (kanan). Tempo/Francisca Christy Rosana

Di pabrik ini, disediakan pula jenis cokelat Monggo edisi khusus. Artinya, jenis cokelat itu tak dijual di toko oleh-oleh mana pun. Tak juga didistribusikan ke luar kota.

Jenis cokelat itu adalah cokelat pralin. “Pralin berbeda dengan praline. Kalau pralin itu sebutan untuk cara memasaknya, sedangkan praline adalah cokelat yang berisi kacang mete,” kata Vinda, karyawan cokelat Monggo, yang ditemui Tempo pada 29 Desember 2017 di Pabrik Cokelat Monggo, Kota Gede, Yogyakarta. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Cokelat yang dimasak dengan metode pralin hanya dijual di showroom pabrik ini. Istimewanya, cokelat pralin berisi adonan-adonan yang segar, semisal gula merah, markisa, salty caramel, pandan, dan hazelnut. Cokelat pralin juga memiliki bentuk yang unik, sesuai dengan tema yang tengah diusung.

Kala Tempo berkunjung, tema yang sedang diangkat adalah Natal. Maka, cokelat pralin yang tersedia adalah yang berbentuk karakter santa, pohon Natal, dan kartun-kartun lainnya. Cokelat pralin dijual per 12 batang. Ukurannya kecil-kecil. Harga per 12 batang dibanderol Rp 98 ribu.

Cokelat pralin bisa dikemas menjadi oleh-oleh dengan pengepakan khusus. “Asal harus dijaga tetap berada di suhu 5-8 derajat, cokelat bakal aman. Kalau tidak, bisa meleleh,” tutur Vinda.

Di pabrik itu, pengunjung bisa menyaksikan langsung cara pekerja mengolah cokelat. Dapat juga praktek membuat cokelat pralin dengan beragam cetakan unik yang tersedia. Namun, kudu reservasi terlebih dulu. 

Selama liburan, produksi coklat Monggo, kata Vinda, meningkat. Peningkatan produksi mencapai tiga hingga lima kali lipat. “Apalagi untuk produk cokelat pralin yang seasonal,” ucapnya. Jumlah pengunjung yang datang langsung ke pabrik juga lebih banyak dari biasanya. Sejak buka pukul 08.00 hingga 16.00, pabrik Monggo ramai didatangi pelancong.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA (Yogyakarta)

Berita lain:

Panjat Tebing Kini Lebih Mudah di Gunung Parang Purwakarta

Sayang Kalau Dilewatkan, 10 Agenda Wisata Sepanjang 2018 
10 Penginapan di Thailand yang Sesuai Kantong

Iklan


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada