Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tari Minang Rantau Berbisik Disambut Hangat Publik Austria

Reporter

image-gnews
Seorang penari menunjukan salah satu gerakan dalam karya tari berjudul Rantau Berbisik. Pertunjukan Rantau Berbisik adalah karya koreografi yang menceritakan tentang dinamika, pasang surut dan perjuangan para perantau dari Minang di seluruh Nusantara.  Jakarta, 14 September 2015. TEMPO/Nurdiansah
Seorang penari menunjukan salah satu gerakan dalam karya tari berjudul Rantau Berbisik. Pertunjukan Rantau Berbisik adalah karya koreografi yang menceritakan tentang dinamika, pasang surut dan perjuangan para perantau dari Minang di seluruh Nusantara. Jakarta, 14 September 2015. TEMPO/Nurdiansah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam rangkaian Festival Europalia Indonesia, kali ini giliran tari kontemporer Rantau Berbisik beraksi di depan publik Austria. Tari Minang ini menggambarkan tradisi merantau orang Minangkabau dan dipertunjukkan dengan mengambil elemen-elemen dasar dari silat dan tradisi Minangkabau lainnya.

Festival Europalia Indonesia berlangsung sejak Oktober 2017 hingga Januari 2018 mendatang di sejumlah negara Uni Eropa.

Baca juga: Gebu Minang, Ajang Silaturahmi Masyarakat Minang di Eropa

Tari Rantau Berbisik dibawakan dengan dinamis oleh enam penari dari grup Nan Jombang, sebuah grup tari asal Padang pimpinan Ery Mefri. Pertunjukan diadakan Weltmuseum sebagai partner Festival Europalia Indonesia didukung KBRI Wina pada 11 Desember lalu.

Weltmuseum adalah museum antropologi terbesar di Austria yang didirikan tahun 1876. Sejak beberapa tahun silam, Weltmuseum bekerjasama KBRI Wina mementaskan pertunjukan dan penerbitan buku mengenai sejarah dan seni budaya Indonesia.Suasana pementasan tari kontemporer bertajuk Rantau Berbisik. Pertunjukan Rantau Berbisik adalah karya koreografi yang menceritakan tentang dinamika, pasang surut dan perjuangan para perantau dari Minang di seluruh Nusantara. Jakarta, 14 September 2015. TEMPO/Nurdiansah

Baca Juga:

Penampilan Rantau Berbisik antara lain mnampilkan gerakan-gerakan silat yang dinamis. Mereka diirirngi ilustrasi musik  manual. Para penari memukul beberapa perangkat makan seperti gelas dan piring di atas panggung, dan menghasilkan alunan musik yang dinamis.

Apresiasi penonton terhadap pertunjukan Rantau Berbisik sangat baik. Selain masyarakat di Wina, hadir juga juga sejumlah undangan KBRI Wina dari kalangan akademisi. Tampak, antara lain, akademisi dari Technische Universit Wien dan University of Music and Performing Arts Vienna. Selain itu hadir juga kalangan pecinta seni budaya Indonesia.

Para penonton memuji penampilan Nan Jombang yang sangat ekspresif. Iringan music manual pun dinilai sangat luar biasa.

Ketua Asosiasi Pencak Silat di Austria, Stephan Taibl, yang menonton bersama keluarganya mengatakan gerakan tari mereka sangat indah. "Saya paham sekali gerakan yang diperagakan sebagian besar merupakan teknik Silat dan itu tidak mudah dilakukan. Teknik pernapasan yang digunakan luar biasa," ujar Stephan Taibl,

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketua Lembaga Persahabatan Indonesia - Austria dan akademisi dari Technische Universit?t Wien, Prof. A Min Tjoa, memuji penampilan para penari. "Saya yakin pertunjukan tari kontemporer semacam ini dinikmati publik luas di Austria. Mereka pasti bisa pentas di event yang lebih besar di Austria seperti festival tari kontemporer internasional Impulstanz," ujarnya.

Dubes RI untuk Republik Austria, Dr. Darmansjah Djumala, dalam acara pembukaan pertunjukan mengatakan merantau adalah salah satu tradisi suku Minangkabau yang amat terkenal. Motivasi merantau tidak hanya soal ekonomi, namun mempersiapkan pemuda Minangkabau menjadi lelaki tangguh yang kaya akan pengalaman hidup.

Tiap keluarga di Minang mempersiapkan anak lelaki mereka untuk merantau dengan memberikan bekal, antara lain, dasar agama yang kat, pendidikan, dan kemampuan bela diri.

ANTARA

Berita lain:

Libur Akhir Tahun, Melihat Koleksi Baru SEA Aquarium Singapura

Perhatikan Dua Larangan Ini Saat Melancong ke Jepang

10 Destinasi Favorit Liburan Akhir Tahun

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Acara Akhir Pekan, Ada Pertunjukan Animal Pop Komodo di Stasiun MRT Jakarta

29 Mei 2021

Sejumlah warga melakukan tarian adat dalam pawai budaya pembukaan Sail Komodo 2013 di Labuan Bajo, Flores, NTT, (8/5). Kegiatan ini akan dihadiri oleh 47 negara. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Acara Akhir Pekan, Ada Pertunjukan Animal Pop Komodo di Stasiun MRT Jakarta

Animal Pop Komodo Goes To Jakarta merupakan dukungan kegiatan promosi untuk membantu memperkenalkan produk pariwisata lokal Labuan Bajo.