Kampung Warna Warni Balikpapan Mulai Memikat Pelancong
Editor
Tulus widjanarko
Minggu, 5 Maret 2017 12:47 WIB
TEMPO.CO, Balikpapan - Siti Aminah duduk selonjor diatas dipan kayu rumah panggungnya. Sesekali, dia tersenyum ramah ke setiap orang yang memasuki Kampung Wisata, Teluk Seribu, Balikpapan, Kalimantan Timur.
“Iya mas, sedang bersantai dengan tetangga nih,” kata dia sembari menengok tetangganya yang berdiri di samping pagar perkampungan nelayan Kelurahan Manggar ini, Rabu (1/3).
Perempuan paruh baya ini sudah terbiasa dengan lalu lalang warga yang penasaran dengan revitalisasi Teluk Seribu Balikpapan. Kawasan yang dulunya kumuh, kini disulap menjadi tujuan wisata kampung nelayan Balikpapan. “Semenjak diresmikan Wali Kota Balikpapan kampung jadi ramai sekarang,” kata Siti Aminah. (Baca: Kampung Yang Mewarnai Teluk Seribu Di Balikpapan)
Wali Kota Balikpapan, Rizal Effendy meresmikan kampung nelayan Teluk Seribu sebagai tujuan wisata wisata alam asli Kalimantan. Pelancong diajak menyusuri Sungai Manggar beserta suguhan kerimbunan hutan mangrove, primata bekantan, dan buaya muara yang panjangnya mencapai lima meter. “Upaya kami lakukan secara bertahap agar Teluk Seribu layak menjadi lokasi wisata baru di Balikpapan,” kata Rizal.
Memang bukan perkara gampang menyulap perkampungan kumuh menjadi lebaih menarik. Rumah panggung nelayan pun di cat warna warni untuk memberikan keceriaan suasana. “Kami melakukan upaya pengecatan dengan swadaya masyarakat.Terinspirasi kampung warna warni di Jodipan Malang,” kata Rizal.
Pengecatan 235 unit rumah Teluk Seribu menghabiskan 5 ribu liter cat dominasi warna ngejreng dan mencolok. Pengecetan dilakukan semenarik mungkin demi mengubah citra kampung yang dulunya jorok menjadi lebih bersih dan penuh rona
Setelah dijadikan kampong wisata, kata Rizal, kunci utama kini terletak pada masyarakat di sana. Warga Teluk Seribu, kata Rizal, harus mampu menjaga kebersihan lingkungan. “Jangan membuang sampah di sungai. Karena mengarungi sungai disini bisa menjadi obyek wisata menjanjikan di Balikpapan,” ujar dia.
Selanjutnya: Berlayar Satu Jam Di Sungai Manggar
<!--more-->
Kepala Dinas Olahraga dan Pariwisata Balikpapan, Oemy Facessly mengatakan, pengecatan perkampungan Teluk Seribu melibatkan ratusan sukarelawan yang punya keterampilan graffiti. Sejak November lalu, katanya para seniman memoles dinding pembatas sepanjang 50 meter dengan lukisan mural penuh makna.
Beberapa lukisan bernuansa tiga demensi menjadi ajang swafoto pengunjung Teluk Seribu.
Lukisan dinding graffiti ini sepertinya bakal menjadi ikon di sana. Para pelukis mampu menampilkan karya seni yang mencerminkan kepribadian Balikpapan.
“Ada karya seni kerimbunan pohon mangrove, sayap raksasa hingga burung asli Kalimantan, Enggang. Semuanya harus bisa memberikan kegembiraan pada pengunjung,” tutur Oemy.
Salah satu pemandu wisata Teluk Seribu, Nanang Hamdani mengatakan , wisata di sungai Manggar bia ditempuh dalam 1 jam. Sungai ini memiliki arus arus yang tenang menuju lautan. Selama perjalanan 1 jam itu pelancong bisa menemui keragaman habitat alam flora fauna Kalimantan.
“Pada saat tertentu akan terlihat primata bekantan berlompatan di atas pohon mangrove. Terkadang juga buaya muara yang ukurannya besar sedang berjemur,” tutur Nanang.
Keindahan alam itu belum terekspos pemberitaan media massa. Hanya para nelayan Balikpapan yang kerap menikmati keanegakaragaman flora fauna di pagi dan sore hari.
Nanang berharap pemberdayaan Teluk Seribu tidak hanya berumur pendek. “Jangan hanya sekali saja gegap gempitanya. Karena biasanya hangat hangat tai ayam. Ramai awalnya dan seterusnya tidak ada tindakan.”
Saat ini, masyarakat Teluk Seribu masih menunggu penuntasan proses pengecatan rumah yang masih tersisa. Selain itu, dibutuhkan kapal ukuran sedang guna melayani turis yang hendak menikmati wisata menyusuri Sungai Manggar.
Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Timur, Syarifuddin Pernyata mengapresiasi kebijakan mendandani kawasan kumuh nelayan menjadi destinasi wisata Balikpapan. Menurutnya, pemerintah kota/kabupaten harus kreatif dalam memaksimalkan potensi dimilikinya saat ini. “Saat minim anggaran, pemda harus kreatif dalam mempercantik potensi wisatanya,” ujar dia.
Syarifuddin mengatakan, pemda terganjal minimnya anggaran promosi guna memperkenalkan potensi wisatanya masing masing. Salah satu contohnya adalah minimnya anggaran pariwisata Pemprov Kaltim sebesar Rp 4 miliar dari sebelumnya Rp 16 miliar. “Ini terjadi pula di seluruh kota/kabupaten di Kaltim. Praktis anggaran yang ada dipergunakan untuk pembiayaan rutin pegawai saja. Kami tidak bisa promosi wisata seperti dulu,” keluhnya.
SG WIBISONO (Balikpapan)