Trend Wisata Mbangun Desa. Model Apa Lagi Ini?

Reporter

Kamis, 16 Februari 2017 11:35 WIB

Desa Wisata Ngalnggeran, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta memperoleh penghargaan sebagai Desa Wisata Terbaik ASEAN 2017, di umumkan di Singapura, Jumat 20 Januari 2017. Foto. Dok. Sugeng Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak kawasan yang dulunya seakan tak punya potensi wisata mampu bersalin rupa menjadi kawasan yang menarik perhatian para turis. Contohnya, kawasan ekowisata gunung api purba Nglanggeran, Yogyakarta. Sebelum dikelola secara serius sebagai kawasan ekowisata, masyarakat setempat kerap mencari kayu dan batu untuk dijual guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Saat itu, tak banyak warga yang peduli akan pengembangan wisata sebagai sumber perekonomian.


Kini, kawasan tersebut menjadi kebanggaan masyarakatnya. Bahkan, untuk menunjukkan ciri khas kawasan, nama asli mereka ditambah dengan kata “purba”, seperti marga suku Batak. Misalnya, Sugeng Handoko Purba. "Kata purba menjadi ciri khas kami di media sosial," kata Sugeng, salah seorang penggerak dan pengelola kawasan ekowisata gunung api purba Nglanggeran, kepada Tempo.

Pemahaman masyarakat soal konservasi alam semakin meningkat setelah gempa Yogyakarta pada 2006. Seiring dengan waktu dan usaha para pemuda setempat, kawasan wisata ini kian berkembang. Setelah 2008, berbagai kegiatan mulai aktif dilakukan, antara lain penyediaan rumah warga yang dapat dihuni oleh para pelancong. Hingga saat ini, tercatat ada sekitar 80 rumah tinggal yang berkapasitas total 250 orang.

Dari sisi alam, kawasan gunung api purba Nglanggeran menyuguhkan keindahan yang luar biasa. Di sana ada Air Terjun Njuruk Talang dengan bebatuan berundak yang sangat indah di kala musim hujan. Hamparan terasering sawah menjadi pemandangan yang alami di sekitar gunung api purba.


Pegunungan yang berada di ketinggian 200-700 meter di atas permukaan laut ini berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Yogyakarta. Jarak itu bisa ditempuh dalam waktu satu jam jika kondisi jalan normal.

Pada hari biasa, jumlah pengunjung mencapai 300-500 orang. Adapun pada hari libur, jumlah turis bisa lebih dari 1.000 orang per hari. Hasil penjualan tiket masuk dikelola oleh para pemuda untuk pengembangan wisata, insentif pengelola, kas desa, dan sebagian kecil masuk ke kas pemerintah daerah.

Berbagai kegiatan dapat dipilih wisatawan saat berkunjung ke kawasan ini, antara lain outbound, pendakian gunung, panjat tebing, flying fox, serta paket wisata budaya, seperti wisata bertani, pelatihan karawitan, dan pembuatan batik topeng. “Tamu bisa berinteraksi dengan warga sambil disuguhi makanan khas Gunungkidul," kata Sugeng.


Selanjutnya:Turun Ke Sawah Hingga Membatik Topeng


<!--more-->


Advertising
Advertising


Persawahan juga dimanfaatkan sebagai sarana edukasi bagi wisatawan. Orang kota yang tidak pernah merasakan bercocok tanam bisa berpartisipasi, seperti membajak sawah serta menanam padi. Jika masa panen datang, mereka juga bisa ikut memanen hasil tanaman.

Ada juga wisata membatik topeng yang menjadi salah satu kerajinan unggulan di desa itu. Kebun kakao pun cukup menjadi tumpuan. Warga setempat mengolah kakao menjadi minuman cokelat, dodol cokelat, dan cokelat batangan.

Belum lama ini, Desa Wisata Nglanggeran diganjar dengan penghargaan ASEAN Community Based Tourism Award 2017. Capaian tersebut diberikan sebagai penghargaan atas kegiatan wisata yang memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaannya.


Selain itu, upaya ekowisata ini sukses meningkatkan kualitas lingkungan, mendorong interaksi antara masyarakat lokal dan pengunjung, serta mampu menyediakan jasa perjalanan wisata dan pramuwisata yang berkualitas. Yang juga diukur adalah kualitas makanan, minuman, akomodasi, dan kinerja friendly tour operator.


Kesadaran dalam memperbaiki kondisi pun terjadi di kawasan lindung Pemuteran, Buleleng, Bali. Sebelum menjadi kawasan pengembangan terumbu karang seperti saat ini, kondisi terumbu karang di sana hancur-lebur. Biota laut nyaris tak bersisa akibat penangkapan ikan yang menggunakan racun dan peledak.

Kesadaran melestarikan lingkungan lantas muncul dari segelintir pihak. Perlahan para nelayan dan masyarakat membentuk pecalang laut yang mengawasi seluruh aktivitas di pantai dan laut.


Metode biorock yang diinisiasi oleh pakar biologi asal Amerika Serikat, Tom Goreau dan asal Jerman, Wolf Hilbertz, pun sukses mengembalikan terumbu karang yang rusak. Kini puluhan struktur besi sudah diturunkan ke perairan Pemuteran. Ratusan jenis biota mulai kembali mengisi dan mewarnai laut di sana.

Dampak lebih luas lagi dirasakan penduduk begitu desa mereka berkembang menjadi kawasan ekowisata. Banyak layanan penunjang wisata yang disediakan dan melibatkan warga lokal, misalnya penyediaan penginapan, tempat makan, pemandu wisata, layanan transportasi, jasa mencuci baju, serta penerjemah. Dua kawasan tadi merupakan contoh penerapan ekowisata yang bermanfaat bagi masyarakat dan alam.



MUH. SAIFULLAH | AISHA | BERBAGAI SUMBER

Berita terkait

Jelang Libur Nataru, Taman Pintar Yogyakarta Sudah Dibanjiri Wisatawan

14 Desember 2023

Jelang Libur Nataru, Taman Pintar Yogyakarta Sudah Dibanjiri Wisatawan

Kunjungan wisata di wahana keluarga Taman Pintar Yogyakarta tercatat mengalami peningkatan menjelang libur Nataru

Baca Selengkapnya

Libur Akhir Tahun, Produsen Bakpia di Yogyakarta Beroperasi 24 Jam dan Siapkan Bioskop Mini

30 November 2023

Libur Akhir Tahun, Produsen Bakpia di Yogyakarta Beroperasi 24 Jam dan Siapkan Bioskop Mini

Produsen bakpia juga telah eksis di empat kabupaten lain Daerah Istimewa Yogyakarta dengan mengusung keunikannya sendiri.

Baca Selengkapnya

Tebing Breksi Jogja, Jam Buka, Harga Tiket Masuk dan Rutenya

3 November 2023

Tebing Breksi Jogja, Jam Buka, Harga Tiket Masuk dan Rutenya

Nikmati keindahan seni relief sampai matahari terbenam di Tebing Breksi Jogja, simak jam buka, harga tiket masuk, serta rute perjalanan.

Baca Selengkapnya

Jadi Kuliner Khas Murah Meriah, Yogyakarta Branding Angkringan dengan Jargon Echo

31 Oktober 2023

Jadi Kuliner Khas Murah Meriah, Yogyakarta Branding Angkringan dengan Jargon Echo

Branding dilakukan untuk meningkatkan kualitas angkringan, dilakukan dengan beberapa indikator.

Baca Selengkapnya

8 Rekomendasi Wisata Pantai Gunung Kidul yang Bagus

2 Oktober 2023

8 Rekomendasi Wisata Pantai Gunung Kidul yang Bagus

Di antara berbagai Pantai Gunung Kidul, ada beberapa lokasi yang masih belum banyak diketahui oleh wisatawan. Berikut rekomendasinya.

Baca Selengkapnya

Tak Punya Destinasi Alam, Kota Yogyakarta Gelar Banyak Event Kreatif untuk Menarik Wisatawan

20 Agustus 2023

Tak Punya Destinasi Alam, Kota Yogyakarta Gelar Banyak Event Kreatif untuk Menarik Wisatawan

Sepanjang 2023, Kota Yogyakarta memilki 60 kegiatan wisata budaya yang tercatat dalam Calendar of Event.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Gelar Keroncong Plesiran di Destinasi Alternatif yang Kurang Populer

8 Agustus 2023

Yogyakarta Gelar Keroncong Plesiran di Destinasi Alternatif yang Kurang Populer

Di lokasi destinasi alternatif, Keroncong Plesiran berhasil memikat tidak hanya para penggemar musik keroncong, tetapi juga masyarakat umum.

Baca Selengkapnya

Kotabaru Heritage Festival di Yogyakarta, Bisa Lihat Banyak Pentas Hingga Nonton Film Sambil Naik Becak

26 Juni 2023

Kotabaru Heritage Festival di Yogyakarta, Bisa Lihat Banyak Pentas Hingga Nonton Film Sambil Naik Becak

Kotabaru Heritage Festival menjadi bagian membranding Kotabaru sebagai kawasan wisata baru di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Wisatawan Malioboro Diminta Foto dan Laporkan Pengamen yang Intimidatif

16 Juni 2023

Wisatawan Malioboro Diminta Foto dan Laporkan Pengamen yang Intimidatif

Beberapa waktu terakhir sempat muncul adanya keluhan pengamen di Malioboro yang operasinya masif, bahkan diduga mabuk.

Baca Selengkapnya

Status Pandemi Segera Jadi Endemi, Sultan HB X Ingatkan Konsekuensinya

15 Juni 2023

Status Pandemi Segera Jadi Endemi, Sultan HB X Ingatkan Konsekuensinya

Rencana pencabutan status pandemi itu menyusul pernyataan Jokowi pada Rabu, 14 Juni 2023 yang menyatakan bahwa saat ini Indonesia sudah masuk endemi.

Baca Selengkapnya