Indonesia Juara Destinasi Selam, Hiu-hiu di Raja Ampat  

Reporter

Editor

Elik Susanto

Senin, 13 Februari 2017 06:33 WIB

Keindahan alam yang terancar di Pulai Baer di Kepulauan Dulla, Kota Tual, Maluku. Walau tak seluas Raja Ampat tetapi keindahan panorama di Pulau Baer boleh diadu dengan Raja Ampat yang sangat terkenal di Indonesia hingga di Luar Negeri. TEMPO/ Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Raja Ampat - Saat kapal cepat Saraung X yang membawa Tempo merapat ke pantai Pulau Jaam, Kepulauan Misool, Raja Ampat, Papua Barat, tiba-tiba salah seorang penumpang berteriak. "Itu ada anak hiu!" katanya sambil menunjuk ke sisi kiri kapal.


Segera pandangan 13 pasang mata penumpang kapal langsung menuju arah yang ditunjuk. Di dalam laut nan jernih, seekor anak hiu terlihat jelas meliuk-liuk. Kemunculan hiu yang tiba-tiba itu membuat penumpang tertegun. Inilah liputan Tempo tentang Raja Ampat beberapa tahun lalu.


Baca:


Indonesia Juara Destinasi Selam Tingkat Dunia
D
estinasi Selam Indonesia Langganan Juara Tingkat Dunia


Sebenarnya hiu bukan hewan asing bagi masyarakat kawasan Kepulauan Misool, yang berada di wilayah selatan bentang laut kepala burung Pulau Papua. Di Raja Ampat terdapat paling tidak 17-18 jenis hiu. Sedangkan di kawasan Pulau Jaam, terdapat kira-kira tiga jenis hiu, yaitu hiu karang sirip hitam (black tip reef shark), hiu karang sirip putih (white tip reef shark), dan hiu karang abu-abu. Namun penampakan hiu hidup di daerah Pulau Jaam merupakan kabar yang sangat menggembirakan.


Advertising
Advertising

Maklum, puluhan tahun silam, hiu di pulau yang tidak berpenghuni itu lebih banyak terlihat dalam keadaan mati terbunuh. "Pulau Jaam ini dulu terkenal sebagai tempat utama pemotongan sirip hiu," kata Irwan Pasambo, Misool Outreach Officer The Nature Conservancy, yang menemani kami berkunjung ke pulau itu.




Swafoto di Raja Ampat


Baca juga: Berburu Ubur Ubur di Raja Ampat


Muhammad Yusuf Bahalle, warga Kampung Yellu, yang letaknya tidak jauh dari Pulau Jaam, membenarkan perkataan Irwan. Ketika duduk di bangku sekolah dasar, pria 28 tahun itu mengaku sering melihat nelayan membuat tenda sementara berbahan terpal dan menetap di pulau itu barang satu-dua pekan. Penangkap ikan yang berasal dari dalam dan luar wilayah Misool itu ramai-ramai menangkap hiu dan memotong siripnya untuk dijual. "Terkadang daging hiu juga diambilnya untuk dimakan," kata Yusuf, yang ayahnya dulu salah seorang nelayan yang kerap memburu dan menjual sirip hiu.


Pembantaian hiu di beberapa kawasan Misool, khususnya di Pulau Jaam, memang sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat daerah setempat. Andi Dharmawan alias Cagi, yang juga berasal dari Kampung Yellu, pernah mengalami masa-masa itu. "Sewaktu ada pemotongan hiu itu, jujur saya termasuk pelaku pemotongan hiu," ujarnya. Cagi mengaku, dulu, pada 2001-2004, dia sempat tinggal cukup lama di pulau itu dengan tenda sementara untuk mencari hiu.


Obyek wisata Raja Ampat yang dikenal keindahannya.


Bersama nelayan yang berasal dari dalam dan luar kawasan Kepulauan Misool, Cagi memburu sirip hiu. Mereka tidak membangun rumah tetap di Pulau Jaam karena menangkap hiu merupakan pekerjaan musiman yang dilakukan tergantung kondisi cuaca dan alam daerah itu.


Menurut Cagi, dulu harga sirip hiu sebesar 60 sentimeter bisa mencapai Rp 4 juta di Sorong, yang memakan waktu empat jam menggunakan kapal cepat dari kawasan Misool. Adapun daging hiu setiap kilogram dihargai Rp 1 juta. Kini Cagi dan ayah Yusuf serta para nelayan lain tidak berburu hiu lagi.


Misteri Pulau Jaam


Boleh dibilang, kini populasi hiu di kawasan Misool meningkat pesat. Menurut pantauan yang dilakukan tim dari The Nature Conservancy (TNC) sejak 2009, disebutkan bahwa hiu yang mereka lihat di kawasan konservasi di perairan Misool dan Kofiau itu jumlah dan biomasanya meningkat hampir tiga kali lipat pada 2014. "Kondisi ini merupakan kabar gembira juga bagi kami, para peneliti," kata Purwanto dari tim monitoring TNC.


Peningkatan populasi hiu di kawasan itu berkat kerja keras TNC mengajak masyarakat sekitar dua tahun lalu untuk melakukan pengawasan di daerahnya. Mereka akhirnya berhasil meyakinkan masyarakat untuk menutup sementara beberapa kawasan laut guna menjaga perlindungan biotanya.


Simak: Menguak Keindahan Wisata Laut Pahawang, Raja Ampat


Masyarakat menamai aktivitas itu dengan sebutan sasi. Ini merupakan tradisi masyarakat setempat untuk menetapkan masa jeda eksploitasi laut di satu wilayah penangkapan ikan. Semacam moratorium. Tradisi sasi datang dari Maluku ratusan tahun silam.


Di antara masyarakat setempat yang ikut melakukan pengawasan ada Yusuf dan Cagi. Keduanya bekerja melakukan patroli pengawasan. Yusuf sebagai koordinator patroli masyarakat, sedangkan Cagi wakilnya di kawasan Sektor A Kepulauan Misool. Kepulauan Misool dibagi menjadi tiga sektor. Sektor A menjangkau empat kampung untuk diawasi, sektor B menjangkau lima kampung, sedangkan sektor C mengawasi empat kampung.


Pulau Jaam masuk sektor A. Yusuf bercerita, setiap bulan, setiap kampung di sektor A akan mengirimkan satu orang lelaki untuk melakukan patroli pengawasan. "Satu bulan kami melakukan dua kali patroli. Satu patroli itu dilakukan selama tiga-lima hari," kata pria dari suku Matbat itu. Satu tim terdiri atas empat-lima orang.


Presiden Joko Widodo menikmati keindahan wisata Raja Ampat


Sore itu, Cagi hendak melakukan patroli. Kepada Tempo, ia memperkenalkan tiga anak lelaki yang baru lulus sekolah menengah atas daerah itu untuk melakukan patroli bersamanya. Dengan longboat, Cagi dan timnya akan mengitari beberapa pulau di kawasan itu. Mereka mengawasi keberadaan nelayan yang berasal dari dalam atau luar kawasan Misool yang menangkap ikan di zona terlarang, termasuk di kawasan sekitar Pulau Jaam. "Kami akan menegur mereka atau memberi tahu mereka bahwa ini adalah kawasan larangan tangkap dan memberi tahu mereka agar segera keluar dari zona ini," kata Cagi.


Menurut Cagi, dia bersama timnya tidak memiliki jalur yang sama setiap melakukan patroli. Langkah itu ditempuh agar para nelayan tidak bisa mencium jejak petugas patroli masyarakat sehingga mereka tidak bisa menghindar. Setiap melakukan patroli, petugas mendapat uang pengganti hari kerja Rp 50 ribu. Cagi pun mendapatkan jumlah sama.


Tentu saja jumlah uang itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan pengalamannya bisa menghasilkan pendapatan jutaan rupiah dengan menjual sirip hiu. Namun pria pendatang asal Bugis, Sulawesi Selatan, itu tetap mensyukurinya. Ketika tidak melakukan kegiatan patroli, Cagi mengaku lebih sering berkebun. "Sebenarnya ini kan tempat saya, pulau ini tempat saya. Daripada orang yang jaga, mending saya jaga," ujar ayah satu anak ini.



Wisata Raja Ampat, pantainya yang bersih dan alami.


Perubahan drastis juga dialami Balif Wainsaf. Pria 33 tahun yang kini bekerja di bagian pemantauan TNC itu pernah terang-terangan menolak ajakan TNC untuk menjaga lingkungan. Dulu, selain sebagai buruh pabrik di sebuah perusahaan mutiara di Kampung Yellu, Balif sering menyelam menggunakan kompresor. Mesin yang biasanya digunakan untuk memompa ban itu dijadikan Balif sebagai alat bantu pernapasan saat dia menyelam. Ia juga menggunakan alat itu untuk membius ikan dan biota laut lain agar bisa lebih mudah ditangkap. "Dulu kan saya tidak tahu tentang konservasi," kata Balif.


Balif ingat saat pihak TNC hendak melakukan pendekatan terhadap orang-orang di kampung halamannya, Kampung Fafanlap, Kepulauan Misool, dia salah seorang yang mengusir anggota lembaga swadaya itu. Tapi, setelah beberapa lama, ia pun sadar bahwa kegiatan mencari ikan dengan kompresor dapat merusak ekosistem laut. Ia pun ikut belajar menjaga alam dengan menjadi koordinator petugas patroli masyarakat sektor C pada 2010-2012. "Alam ini kan untuk anak-cucu kita nanti," ujarnya memberi alasan mau belajar menjaga alam.


Bersama timnya dan kawan-kawannya, Balif mengaku pernah menangkap nelayan yang masih memotong sirip hiu di kawasan patrolinya. Setelah dirembukkan di desa, ia dan teman-temannya sempat membawa nelayan asing pencuri ikan hiu itu ke kepolisian Sorong.


Agar Hiu Tak Punah


Yusuf, Cagi, dan Balif merupakan anggota masyarakat setempat yang akhirnya merasa peduli pada lingkungan sekitar. Sebelumnya, menurut Purwanto dari TNC, sebagian besar masyarakat di Kepulauan Misool dan Kofiau kurang peduli pada alam sekitar. Puluhan tahun lalu, selain membunuh hiu, mereka kerap menjebol terumbu karang sebagai bahan dasar bangunan rumah.


Purwanto mengatakan sebenarnya tidak terlalu susah mengajak masyarakat setempat melindungi hiu dan biota laut lainnya. Yang terpenting bagaimana memberikan pemahaman mengenai fungsi ekologi dari hiu dan dampaknya jika hiu punah. "Ketika memahami, mereka malah di garis terdepan untuk melindungi hiu dan biota laut lain," katanya. "Itu terbukti dengan besarnya dukungan masyarakat ketika pemerintah daerah mengeluarkan Peraturan Pelarangan Penangkapan Hiu dan Parimanta serta jenis ikan tertentu di perairan Raja Ampat."


Namun ia tak memungkiri masih ada saja nelayan dari luar daerah yang mencoba-coba menangkap hiu di situ. Mereka menggunakan kapal yang lebih maju dibanding longboat milik petugas patroli warga yang diakomodasi TNC. "Kebanyakan nelayan itu menggunakan kapal cepat. Sedangkan kami memakai longboat yang hanya bisa digunakan untuk wilayah kami," kata Yusuf.


MITRA TARIGAN

Berita terkait

Menilik Keindahan Kabupaten Teluk Wondama yang Siap Jadi Unggulan Papua Barat

22 Mei 2023

Menilik Keindahan Kabupaten Teluk Wondama yang Siap Jadi Unggulan Papua Barat

Kabupaten Teluk Wondama memiliki keunggulan dibandingkan beberapa kabupaten lain di Provinsi Papua Barat.

Baca Selengkapnya

Raja Ampat Raih Penghargaan Must Visit Location 2023 dari Lonely Planet

18 November 2022

Raja Ampat Raih Penghargaan Must Visit Location 2023 dari Lonely Planet

Raja Ampat di Papua Barat terpilih menjadi satu dari enam destinasi global dari seluruh dunia sebagai destinasi yang harus dikunjungi pada 2023.

Baca Selengkapnya

Geopark Raja Ampat Akan Dinilai UNESCO untuk Masuk Global Geopark

11 Oktober 2022

Geopark Raja Ampat Akan Dinilai UNESCO untuk Masuk Global Geopark

Geopark Raja Ampat memiliki berbagai potensi kekayaan alam yang kini menjadi daya tarik wisata tersendiri.

Baca Selengkapnya

Serunya Berenang Bersama Pari Manta di Raja Ampat Papua Barat

25 Maret 2022

Serunya Berenang Bersama Pari Manta di Raja Ampat Papua Barat

Berenang bersama pari manta adalah aktivitas yang aman dan menyenangkan bagi wisatawan selama seluruh ketentuan berinteraksi telah disepakati.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno Sebut Raja Ampat Bukan Destinasi Wisata Massal

28 Oktober 2021

Sandiaga Uno Sebut Raja Ampat Bukan Destinasi Wisata Massal

Setelah menyaksikan keindahan Raja Ampat, Sandiaga Uno sepakat dengan anggapan bahwa wisata ke Raja Ampat lebih bagus daripada wisata ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Desa Wisata Namatota, The Hidden Gem di Kaimana Papua Barat

27 Oktober 2021

Desa Wisata Namatota, The Hidden Gem di Kaimana Papua Barat

Mendekati dermaga desa wisata Namatota, pengunjung disuguhi pemandangan hamparan air laut yang jernih dan penuh ikan dan terumbu karang.

Baca Selengkapnya

Saat Sandiaga Uno Bertemu Hiu Paus di Papua Barat dan Memberinya Nama

27 Oktober 2021

Saat Sandiaga Uno Bertemu Hiu Paus di Papua Barat dan Memberinya Nama

Hiu paus yang dilihat Sandiaga Uno di perairan Teluk Triton itu ternyata dipelihara oleh seorang nelayan setempat.

Baca Selengkapnya

Desa Wisata Swandarek, Raja Ampat, Ada Sambutan Hangat dari Elis dan Pasukannya

17 Oktober 2021

Desa Wisata Swandarek, Raja Ampat, Ada Sambutan Hangat dari Elis dan Pasukannya

Desa Wisata Swandarek di Raja Ampat, Papua Barat, punya pantai pasir putih yang indah. Air laut begitu bersih dan jernih.

Baca Selengkapnya

Wisata ke Pianemo, Sepotong Surga di Raja Ampat Papua Barat

17 Oktober 2021

Wisata ke Pianemo, Sepotong Surga di Raja Ampat Papua Barat

Kabupaten Raja Ampat di Papua Barat juga memiliki gugusan bukit karst yang menarik. Salah satunya adalah Bukit Pianemo.

Baca Selengkapnya

Nikmati Keindahan Alam Papua di 5 Destinasi Wisata Ini

14 Oktober 2021

Nikmati Keindahan Alam Papua di 5 Destinasi Wisata Ini

Butuh waktu berhari-hari untuk bisa mengunjungi berbagai destinasi wisata menarik di Papua, tapi lima destinasi ini bisa cukup mewakili.

Baca Selengkapnya