Cerita Sasi dan Keindahan di Raja Ampat

Reporter

Senin, 9 November 2015 09:00 WIB

Sebuah Kapal Boat patroli masyarakat Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kawe melintas di Wayag Raja Ampat (13/05). Tempo/Amston Probel

TEMPO.CO, Raja Ampat - Elissa Mom mengalungkan alat pemutar musik berwarna putih dengan motif tentara di lehernya. Dua speaker kecilnya terus mendendangkan lagu-lagu berbahasa Portugis yang membelah kesunyian tengah malam itu. Di depan pemuda berusia 23 tahun ini, Selvianus Fallom dan Rival Sandro, berjalan beriringan hingga bibir pantai sambil membawa petromaks.

Sampai di bibir pantai yang berpasir kecokelatan itu, Selvianus dan Rival berpisah. Surutnya air laut, membuat dua pemuda yang tinggal di Kampung Limalas, Distrik Misool Timur, Raja Ampat, ini berani berjalan hingga 100 meter dari bibir pantai. Dibantu dengan sinar petromaks, tangan Elissa dengan cekatan mengambil beberapa teripang yang hidup di sekitar pantai itu."

Dalam waktu kurang dari 15 menit, di tangan pemuda berkulit hitam ini terdapat 9 teripang dengan berbagai ukuran. "Teripang ini sudah bisa diambil saat nanti pembukaan sasi," ujar Rival, Kamis tiga pekan lalu, 22 Oktober 2015.

Malam itu, Tempo dan lima warga Limalas melakukan pengawasan pada habitat teripang. Kendati malam itu banyak teripang yang bisa dibawa pulang, warga Limalas dan seluruh penduduk Pulau Misool memilih untuk tidak melakukannya. Musababnya, saat itu, belum saatnya untuk membuka sasi.

<!--more-->

Sasi merupakan tradisi menetapkan masa jeda eksploitasi laut di satu wilayah penangkapan ikan. Tradisi ini merupakan salah satu kearifan lokal yang masih terjaga di kawasan kepulauan Raja Ampat. Dalam melakukan sasi, masyarakat melibatkan tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat lain. Masyarakat percaya dengan adanya sasi, sumber daya laut akan melimpah. Selain itu, sasi diyakini akan memperbaiki kehidupan biota laut.

Masyarakat percaya, siapapun yang melanggar sasi akan mendapatkan malapetaka. "Jika ada warga yang nekat untuk mengambil hasil laut seperti teripang dan udang, padahal belum saatnya untuk buka sasi, pasti dia akan terkena bala," tutur salah satu warga Limalas, Marten Fallon.

Pria bermarga Fallon ini menuturkan, beberapa waktu lalu ada warga Limalas yang sakit perut dan kepala lantaran nekat mengambil udang dan teripang. Saat itu, sasi belum dibuka. Bahkan, tahun lalu ada nelayan dari Pulau Buton yang meninggal lantaran berkukuh tak mengakui jika dia melanggar sasi.

Menurut Marten, sasi sangat efektif untuk memberikan peringatan pada warga Pulau Misool agar tak mengekspolitasi hewan yang ada di laut. "Sebagian besar warga sangat yakin, bahwa sasi merupakan pejanjian antara masyarakat dengan Tuhan," ujar pria berkulit hitam ini.

<!--more-->

Dampak dari penerapan sasi, kata Marten, ialah adanya peningkatan sumber daya laut seperti teripang. Apalagi setelah masyarakat mendapatkan pendampingan untuk melakukan pemetaan wilayah sasi dari The Nature Conservancy (TNC).

Marten menjelaskan, sebelum adanya pemetaan wilayah sasi, produksi hasil laut seperti teripang dan udang kurang optimal. Hal itu disebabkan warga hanya melakukan sasi tanpa melihat apakah di lokasi tersebut merupakan habitat hewan laut, seperti udang maupun teripang. "Dulu sebelum adanya pemetaan, setelah buka sasi, dalam sehari kami hanya mendapatkan seratus teripang. Namun pasca adanya zonasi, dalam sehari kami bisa memperoleh seribu teripang," tuturnya.

Teripang hasil panen, imbuh Marten, biasanya dijual dengan harga Rp 1,2 juta per kilogram. Teripang tersebut dijual pada seorang pengepul. Pengepul itu lantas mengekspor teripang tersebut ke berbagai rumah makan di Cina.

Koordinator Program Pengawasan dan Evaluasi TNC Raja Ampat Awaludinnoer mengatakan, kendati sasi merupakan warisan leluhur, banyak warga Misool yang tak mengetahui di mana saja, mereka harus melakukan sasi. "Dulu masyarakat kerap salah saat memilih lokasi sasi, dampaknya, sumber daya laut yang disasi tak maksimal." tutur pria yang akrab disapa Wawan.

Selain itu, TNC, imbuh Wawan, juga mensosialisasikan ukuran tangkapan teripang maupun udang. Musababnya, jika warga mengambil seluruhnya tanpa adanya pemilahan, tak ada kesempatan bagi teripang dan udang untuk berkembang biak.

<!--more-->

Berdasarkan hasil pengawasan kesehatan karang di Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Misool yang dilakukan oleh TNC dan Dinas Kelautan dan Perikanan Raja Ampat yang dirilis tahun lalu, pada tahun 2009 dan 2011, rata-rata total biomassa ikan di KKPD Misool adalah 54,8 kilogram per hektare.

Pada 2009, biomassa ikan hanya sebesar 38,9 kilogram per hektare, tapi pada 2011 biomassa ikan menjadi 60,1 kilogram per hektare. Kenaikan tersebut mencakup beberapa ikan yang sering dikonsumsi warga Misool seperti, ikan gutila (lethrinidae); ikan raja bau (haemulidae);ikan kulit pasir (achanthuridae), dan ikan kakatua (scarini).

Mengingat malam itu belum saatnya untuk membuka sasi, Ellisa, Selvianus, Rival, dan Marten pun segera mengembalikan teripang ke laut. "Sabar, awal November ini kami buka sasi," ujar Marten.

GANGSAR PARIKESIT

Berita terkait

4 Desember 2023 Hari Apa? Ini Informasinya

4 Desember 2023

4 Desember 2023 Hari Apa? Ini Informasinya

Tanggal 4 Desember 2023 hari apa? Hari besar yang diperingati berkaitan tentang perlindungan satwa liar dan TNI AD, ini penjelasan selengkapnya.

Baca Selengkapnya

Pesona Kali Biru, Sepotong Surga di Tanah Raja Ampat Papua Barat

11 November 2023

Pesona Kali Biru, Sepotong Surga di Tanah Raja Ampat Papua Barat

Disebut Kali Biru karena sungai di tanah Raja Ampat ini memiliki air jernih yang memancarkan warna biru dari dasarnya.

Baca Selengkapnya

Hari Konservasi Alam, Belantara Ajak Generasi Muda Kampanye Pelestarian Keanekaragaman Hayati

11 Agustus 2023

Hari Konservasi Alam, Belantara Ajak Generasi Muda Kampanye Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Inovasi bioteknologi untuk mendukung pelestarian keanekaragaman hayati sudah sangat diperlukan.

Baca Selengkapnya

Kapal Kargo Inggris Kandas di Perairan Koservasi Raja Ampat karena Alami Kebocoran

27 April 2023

Kapal Kargo Inggris Kandas di Perairan Koservasi Raja Ampat karena Alami Kebocoran

Sejauh ini tidak ditemukan kebocoran minyak pada kapal kargo tersebut. Sebanyak 22 ABK dilaporkan selamat.

Baca Selengkapnya

Peran Besar Perempuan Dalam Konservasi Alam yang Perlu Disadari

23 Desember 2022

Peran Besar Perempuan Dalam Konservasi Alam yang Perlu Disadari

Perempuan ternyata punya peran besar dalam konservasi dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

Wisata Alam ke Pulau Curiak, Belajar tentang Bekantan dan Tanam Buah Rambai

1 Juni 2022

Wisata Alam ke Pulau Curiak, Belajar tentang Bekantan dan Tanam Buah Rambai

Tim SBI dan ULM didukung pemerintah daerah serta sektor lainnya berkomitmen mengembangkan wisata alam minat khusus Pulau Curiak.

Baca Selengkapnya

Ikon Wisata Great Barrier Reef Australia Terancam Pemutihan Terumbu Karang

30 Maret 2022

Ikon Wisata Great Barrier Reef Australia Terancam Pemutihan Terumbu Karang

Kehidupan terumbu karang sepanjang 500 kilometer di Great Barrier Reef tersebut mulai kehilangan warna.

Baca Selengkapnya

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Resmikan Pembukaan Orchidarium Ranu Darungan

26 Maret 2022

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Resmikan Pembukaan Orchidarium Ranu Darungan

Orchidarium Ranu Darungan dibuka untuk umum sebagai destinasi wisata minat khusus, seperti penelitian anggrek dan flora lain serta pemantauan burung.

Baca Selengkapnya

Desa Wisata Swandarek, Raja Ampat, Ada Sambutan Hangat dari Elis dan Pasukannya

17 Oktober 2021

Desa Wisata Swandarek, Raja Ampat, Ada Sambutan Hangat dari Elis dan Pasukannya

Desa Wisata Swandarek di Raja Ampat, Papua Barat, punya pantai pasir putih yang indah. Air laut begitu bersih dan jernih.

Baca Selengkapnya

Wisata ke Pianemo, Sepotong Surga di Raja Ampat Papua Barat

17 Oktober 2021

Wisata ke Pianemo, Sepotong Surga di Raja Ampat Papua Barat

Kabupaten Raja Ampat di Papua Barat juga memiliki gugusan bukit karst yang menarik. Salah satunya adalah Bukit Pianemo.

Baca Selengkapnya