Coffee Smith, Kehangatan ala Warung Kopi Duren Tiga
Editor
Mohammad Reza Maulana
Senin, 3 Agustus 2015 20:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Lokasinya memang kurang seksi dan bukan di pusat Ibu Kota, yakni di Duren Tiga, Mampang, Jakarta Selatan. Tapi hal itu tak menciutkan hasrat pencinta kopi untuk beramai-ramai ke Coffee Smith, tempat ngopi yang baru lahir pada pertengahan tahun ini. Pemantiknya apa lagi kalau bukan foto-foto dan testimoni "penggoda iman” yang diunggah ke media sosial, seperti Path dan Instagram.
Kami pun tergiur. Sebab, Instagram tak hanya memampang kopi racikan sang barista, Muhammad Aga, tapi juga menunjukkan aktivitas seru trio pendiri Coffee Smith, Aga, Cindy Herlin Marta, dan Rendy Mahesa, di kedai mereka.
Ya, kehangatan adalah kesan yang terasa begitu menginjakkan kaki ke Coffee Smith. Bagaimana tidak? Si empunya tempat amatlah ramah dan asyik diajak mengobrol, terutama soal kopi. Kita pun bakal merasa nyaman bertanya apa pun soal kopi, termasuk yang tengah nangkring di dapur mereka. Menurut Cindy, ruangan Coffee Smith yang tergolong mungil adalah satu musabab interaksi antara sahibulbait dan pengunjung lebih cair. Luasnya cuma sekitar 20 meter persegi dengan daya tampung 15-an pengunjung. Sedikit lebih luas daripada Goni Coffee di Kemang, Jakarta Selatan.
Sore itu, kami meminta Aga membuat secangkir long black Arjuna, dan dengan berat hati menunda mencicipi kopi Kintamani, Bali. Biji kopi Arjuna didatangkan Cindy dkk langsung dari petani kecil di Malang, Jawa Timur. “Kami memang lebih suka memasok biji kopi langsung dari petani agar kualitasnya bisa kami perhatikan betul,” ujar Cindy, seperti ditulis Koran Tempo, Sabtu, 1 Agustus 2015.
Biji kopi itu lalu diolah sendiri oleh Cindy dkk dengan mesin pemanggang di ruang tamu Coffee Smith. Di tengah persaingan antarkafe di kota besar di Indonesia, memproduksi kopi sendiri menjadi nilai lebih karena membuat hasil racikan sang barista lebih otentik. “Kami ingin kopi di Coffee Smith jadi specialty semua,” kata Cindy, yang tengah belajar meracik kopi. “Jadi, ya, biar orang ke sini karena tahu kopinya enak.”
Secangkir long black Arjuna hangat—suhunya dibikin tak lebih dari 70 derajat Celsius agar tak mengurangi kualitas si biji hitam—menjawab rasa penasaran kami. Hasil racikan Aga—runner up Kompetisi Barista Indonesia 2014—itu disuguhkan dalam cangkir oranye, sehingga Arjuna jadi terlihat seksi. Rasa asamnya dominan, cenderung tak pahit, dan meninggalkan sensasi manis yang bersahaja. Menurut Cindy, Arjuna lebih nikmat jika dibikin menjadi espresso. Ah, ini semacam godaan untuk menjajalnya lagi dalam kunjungan berikutnya.
Jika Anda datang berdua atau dengan kawan segeng, paket monokrom ala Coffee Smith boleh dicoba. Ini adalah paket hemat yang terdiri atas secangkir kopi hitam dan kopi susu yang cara pengolahan dan jenis kopinya bisa kita pilih sendiri. Yang tak kalah menarik untuk dicoba adalah cokelat hangat yang bijinya dipasok Coffee Smith dari kelompok petani kecil di Tabanan, Bali. Teksturnya lembut, dengan rasa manis bawaan cokelat yang pas.
Lebih dari dua jam ngopi di sana, kita akan menyadari mengapa Cindy dkk perlu waktu lebih dari empat tahun untuk mempersiapkan kafe ini. Coffee Smith terlihat dipersiapkan secara matang, baik dari konsep maupun kualitas kopinya. Dan jika mendengar cas-cis-cus Aga dan Cindy soal kopi, kita sudah pasti mendapati satu hal: Coffee Smith didirikan oleh para empunya dengan hati.
ISMA SAVITRI