Menyusuri Pangka Lengkonge  

Reporter

Rabu, 28 Agustus 2013 16:07 WIB

Menyusuri sungai Lengkonge menggunakan Jolloro (perahu tempel) di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. TEMPO/Kink Kusuma Rein

TEMPO.CO, Makassar - Terik matahari menemani langkah menapaki pematang-pematang tambak di Desa Talaka, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkajene, Kepulauan (Pangkep), Selasa pekan lalu. Angin yang bertiup lembut menerpa menjadi penyemangat. Tapi sebaiknya Anda berhati-hati dalam melangkah. Perhatikan jalan! Salah melangkah, bisa-bisa Anda tercebur ke dalam empang.

Tak sampai 10 menit berjalan kaki, kami sampai di tepi Sungai Lengkonge. Di sana, dua perahu jolloro sudah menunggu, siap menyeberangkan kami ke empang Tala, tempat Asdar Muis RMS—esais, novelis, dan penyiar radio—menjamu tamunya. Untuk naik ke perahu, Anda harus ekstra-hati-hati dalam melangkah jika tak ingin kaki Anda dilumat lumpur.


Saya memilih meniti akar-akar bakau agar tak menjejak lumpur. Setelah bersusah-payah, saya akhirnya berhasil naik ke perahu, tapi jantung tetap berdebar-debar. Sedikit saja bergoyang, perahu akan oleng dan bisa-bisa terbalik. Perahu hanya muat untuk enam penumpang, ditambah nakhoda. Jumlah ini ternyata sudah cukup berat, perahu agak kandas, sehingga kami harus membantu mendayung perahu. Setelah sampai di tengah sungai, barulah mesin dinyalakan. Dan mulailah petualangan menyusuri sungai berdinding bakau.

Pangkep adalah kependekan dari Pangkajene Kepulauan. Konon asal kata Pangkajene sendiri berarti sungai besar yang membelah Kota Pangkep. Pangka berarti cabang dan je’ne berarti air. Cukup pas, karena ada banyak cabang sungai di Pangkep, termasuk Sungai Lengkonge ini.


Pangkep punya lima sungai cukup besar yang mengalir dari timur ke barat Kabupaten Pangkep, yakni Sungai Tabo-tabo yang terletak di Kecamatan Labbakang, Sungai Segeri di Segeri, Leang Lonrong di Minasate’ne, Bantimaka di Tondong Tallasa, dan Sangkara di Minasate’ne. Muara semua sungai ini langsung ke laut, sehingga airnya masih dipengaruhi kondisi pasang-surut.

Laju perahu jolloro yang saya tumpangi semakin kencang, tapi sesi pengambilan gambar alias foto-foto tak terlewatkan. Apalagi jika kami berpapasan dengan bangau putih yang bertengger di antara pohon-pohon bakau. Beberapa rumah panggung juga berdiri di tepi sungai, tapi jumlahnya tak banyak, itu pun saling berjauhan satu sama lain.


Di perjalanan, kami berpapasan dengan perahu milik warga: ada yang membawa hasil tangkapan ikan, rumput laut, bahkan ada yang mengangkut anak sekolah. Perahu kami juga melintasi terowongan di bawah jembatan penyeberangan. Kurang dari 15 menit, perjalanan singkat yang menyenangkan dengan perahu jolloro berakhir di dermaga kecil, tepat di belakang rumah panggung milik keluarga yang punya gawe.

Belum sempat turun dari perahu, aroma ikan bakar dan sambal kacang tomat sudah menyambut. Yummy, karena lapar, dengan sigap saya mengambil piring, lalu ke tepi empang, tempat ikan-ikan itu dibakar. Pilihannya ikan mas dan bandeng. Karena potongan ikan masnya cukup besar, saya akhirnya memilih tak makan nasi. Mengingat Pangkep terkenal dengan suguhan ikan bakarnya yang tiada tanding.


Langit biru menyelimuti siang yang begitu terik, tapi hawanya tak begitu panas, karena angin bertiup begitu ramah. Setelah menikmati seekor ikan, santap siang saya lanjutkan dengan menikmati es buah. Tak hanya itu, sang tuan rumah juga menyuguhkan penganan-penganan tradisional, seperti putu cangkir, pisang goreng, dan singkong goreng.

Lengkap sudah perjalanan saya hari ini. Selain objek wisata agro hutan bakau, Pangkep menawarkan beberapa objek lain, seperti taman rekreasi dan permandian alam Mattampa, Tombolo, Leang Surukang, serta Amputtang. Ada pula Taman Purbakala Sumpang Bita di Kecamatan Balocci. Selain itu, objek wisata prasejarah Leang Alle Masigi, Leang Lompoa, Leang Kajuara, Leang Camming Kana, dan Gua Batara Lamara.


Advertising
Advertising

Ada juga suguhan wisata budaya Pa’Bissu—pendeta ala Bugis—yang terkenal dengan tari Maggiri, yakni tarian yang memamerkan kekebalan para bissu dengan menancapkan keris ke perut dan lehernya. Karena wilayah Pangkep mayoritas kepulauan, daerah ini memiliki potensi wisata bahari yang besar, di antaranya taman laut Kapoposang.

IRMAWATI

Terhangat:
Suap SKK Migas | Konvensi Partai Demokrat | Pilkada Jatim

Berita Terkait

Dua Bulan Kerja Lurah Camat Terapkan Transparansi
Jokowi Akan Rotasi Camat-Lurah Lelang Desember

Warga Penolak Lurah Susan Juga Akan Demo Jokowi

Demo Lurah Susan, Polisi Tak Mau Kecolongan

Berita terkait

8 Destinasi Wisata Seru di Kepulauan Andaman dan Nikobar

28 Juli 2023

8 Destinasi Wisata Seru di Kepulauan Andaman dan Nikobar

Tak cuma menikmati keindahan pantai saja di Kepulauan Andaman dan Nikobar Anda bisa mengunjungi beberapa tempat yang sangat seru

Baca Selengkapnya

5 Rekomendasi Destinasi Wisata di Bengkulu: Dari Benteng Marlborough hingga Kebun Teh

23 Juli 2023

5 Rekomendasi Destinasi Wisata di Bengkulu: Dari Benteng Marlborough hingga Kebun Teh

Pantai Panjang, berlokasi di Kota Bengkulu, adalah salah satu pantai paling populer di provinsi ini.

Baca Selengkapnya

Buah Pedada Sering Dibuang, Ternyata Manfaatnya Bisa Tingkatkan Sistem Imun Tubuh

18 Juni 2023

Buah Pedada Sering Dibuang, Ternyata Manfaatnya Bisa Tingkatkan Sistem Imun Tubuh

Masyarakat jarang mengkonsumsi langsung buah pedada karena rasanya yang asam. Tapi ternyata, manfaat buah ini sangat baik.

Baca Selengkapnya

Lima Tujuan Wisata di Surabaya yang Patut Dijajal

1 Oktober 2022

Lima Tujuan Wisata di Surabaya yang Patut Dijajal

Monumen Prasamana terletak dalam satu kawasan dengan kantor gubernur sekaligus menjadi penanda Titik Nol Kilometer Surabaya, ibu kota Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Menyusuri Keindahan Teluk Youtefa, Destinasi Bahari yang Komplit

30 Agustus 2022

Menyusuri Keindahan Teluk Youtefa, Destinasi Bahari yang Komplit

Teluk Youtefa di Papua memiliki keindahan yang siap memanjakan setiap wisatawan yang berkunjung. Destinasi wisata bahari apa saja di sana?

Baca Selengkapnya

Nestapa Teluk Youtefa: Kawasan Hutan Bakau Terancam dan Kehilangan Habitat Biota Laut

29 Agustus 2022

Nestapa Teluk Youtefa: Kawasan Hutan Bakau Terancam dan Kehilangan Habitat Biota Laut

Teluk Youtefa terancam mengalami kehilangan habitat biota lautnya karena jumlah hutan bakau semakin sempit. Siapa yang peduli?

Baca Selengkapnya

6 Jenis Kerang Laut yang Aman Dikonsumsi, Pernah Cicipi Kerang Bambu?

6 Agustus 2022

6 Jenis Kerang Laut yang Aman Dikonsumsi, Pernah Cicipi Kerang Bambu?

Kerang laut merupakan salah satu jenis makanan laut yang banyak digemari. berikut 6 jenis kerang yang aman dikonsumsi, salah satunya kerang bambu.

Baca Selengkapnya

Perluasan Degradasi Lahan Jadi Isu Unggulan di G20

13 Juli 2022

Perluasan Degradasi Lahan Jadi Isu Unggulan di G20

Pembahasan ini merupakan agenda lanjutan dari Presidensi G20 yang sebelumnya diselenggarakan di Arab Saudi pada 2020 dan di Italia pada 2021.

Baca Selengkapnya

Formula 1 di Bintan Mengusung Konsep Green Circuit, Berdekatan dengan Hutan Mangrove

22 Juni 2022

Formula 1 di Bintan Mengusung Konsep Green Circuit, Berdekatan dengan Hutan Mangrove

Salah satu keunikan sirkuit Formula 1 di Bintan, Kepulauan Riau, adalah berdekatan dengan hutan bakau atau konservasi mangrove.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Pencegah Erosi Laut, Berikut Manfaat Mangrove untuk Kesehatan

8 Juni 2022

Tak Hanya Pencegah Erosi Laut, Berikut Manfaat Mangrove untuk Kesehatan

Cacahan kayu mangrove dapat menghentukan pendarahan pada luka baru.

Baca Selengkapnya