Festival Budaya Kotagede Digelar Akhir Pekan Ini
Editor
Kodrat setiawan
Kamis, 6 September 2012 08:23 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Pekan Wisata Budaya Kotagede bertajuk "Bedhol Keparajan" akan diselenggarakan pada akhir pekan ini mulai 7 sampai 9 September 2012. Kegiatan ini terselenggara dari hasil kerja sama Forum JOGLO Kotagede, Dinas Pariwisata Provinsi DIY, Dinas Kebudayaan Provinsi DIY, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Yogyakarta, serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul.
"Ini untuk pertama kalinya digelar sejak 2005. Setelah gempa, festival seperti ini sempat vakum," kata Suryantoro, Koordinator Forum JOGLO Kotagede, organisasi yang selama ini giat mendorong pelestarian warisan budaya di Kotagede, Rabu, 5 September 2012.
Kata Suryantoro, festival ini akan dibuka dengan arak-arakan karnaval 'Bedhol Keparajan' pada Jumat sore, 7 September 2012, dan akan diikuti sekitar 30 komunitas kesenian dan pegiat kebudayaan dari seluruh kawasan Kotagede. Arak-arakan itu akan berangkat dari Lapangan Karang, memutar ke utara melewati kawasan Ngeksigondo lalu menuju ke arah selatan dan finish di kampung Ndalem yang berada di sebelah selatan pasar Kotagede.
"Semua peserta memakai atribut tradisional Jawa, kemungkinan diikuti ribuan orang karena masyarakat Kotagede kita undang untuk ikut juga," ujar Suryantoro.
Selain karnaval budaya, festival ini juga diisi pementasan kesenian tradisional berupa seni tari, musik tradisional, musik religius, pementasan seni kolaborasi dan drama tradisional. Menurut Suryantoro, pementasan yang dimeriahkan sejumlah komunitas kesenian tradisional Kotagede ini tersebar di empat tempat yaitu gedung eks pembantu wali kota (eks Tuta), kawasan Singosaren, Banguntapan, Bantul, kampung Prenggan, Kotagede, Yogyakarta, dan Pendapa Bumen di kampung Purbayan, Kotagede.
"Untuk bazar dan pameran diadakan di halaman gedung eks Pembantu Wali Kota, isinya pameran semua produk budaya tradisional Kotagede," kata dia.
Menurut Suryantoro, pameran ini bertujuan agar masyarakat peduli terhadap pelestarian warisan budaya Kotagede. Festival ini, kata dia, pasti mendongkrak promosi wisata budaya di kawasan yang banyak menyimpan benda-benda heritage itu. "Kalau skalanya masih sama dengan festival terakhir pada 2005, tahun depan semoga bisa lebih besar dan meriah," ujar dia.
Koordinator Yayasan Kanthil, Muhammad Nasir, yang selama ini juga menjadi salah satu pelaku pelestarian heritage di Kotagede, menganggap festival ini merupakan angin segar yang bisa menghidupkan kembali semangat pelestarian budaya di kawasan Kotagede.
Menurut dia, meski berorientasi pada promosi wisata budaya, festival semacam ini akan bisa mendorong kesadaran masyarakat Kotagede untuk lebih serius memperhatikan potensi warisan budaya di sekitarnya. "Tak hanya warisan budaya yang materiil seperti perak, joglo, situs heritage peninggalan Kraton Mataram Islam atau makanan tradisional tapi juga nilai-nilai kearifan lokal komunitas warga Kotagede," ujar Nasir.
Menurut dia, festival yang sempat mandek setelah gempa bumi pada 2006 perlu menjadi agenda rutin sehingga bisa menjadi awal terbentuknya kesadaran masyarakat untuk memelihara warisan budaya Kotagede. Selama ini, lanjut dia, sebenarnya komunitas masyarakat di kawasan Kotagede sudah banyak melakukan kegiatan untuk memelihara warisan budaya di sana. Namun, kata dia, aktivitas itu masih belum terkoordinasi dan terkonsep secara matang. "Festival ini bisa jadi awal proses itu di masa depan," ujar dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Berita lain:
Diperiksa KPK, Jacobus Bungkam Soal Fee Bhatoegana
Analis: Hati-Hati Beli Saham Kelompok Bakrie
Giliran Foke Dilaporkan ke Panwaslu
Kenapa Solo Sasaran Teroris?
Buku ''Curhat'' Prijanto Lulus Uji Intelektual