Ruwatan Nyiar Lumar Menapaki Sejarah Sunda  

Reporter

Editor

Selasa, 10 Juli 2012 07:44 WIB

Para peserta berbusana tradisional berjalan kaki dari menuju Situs Astanagede pada acara Ruwatan "Nyiar Lumar" di Astanagede Kawali, Jawa Barat, (7/7). TEMPO/Deden Abdul Aziz

TEMPO.CO, Ciamis - Situs Astanagede di Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, bersolek pada Sabtu, 7 Juli 2012. Sejak siang hari, orang-orang dari berbagai penjuru mata angin berdatangan ke kota kecil di utara Ciamis yang dulu menjadi ibu kota Kerajaan Galuh ini. Mereka datang dari Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Kuningan, Cirebon, Bandung, bahkan Jakarta.

Malam harinya, di Astanagede itu digelar ruwatan budaya dua tahunan yang dikenal dengan sebutan "Nyiar Lumar". "Ruwatan Nyiar Lumar ini bukan untuk memanjangkan dendam, tapi bagian dari pengenalan perjalanan sejarah kami. Di sini, di Astanagede, dipendam abu jenazah Prabu Linggabuana, Dyah Pitaloka, dan semua yang gugur di Perang Bubat," ujar Daday Hidayat, salah seorang tokoh warga setempat.

Kegiatan yang digagas Teater Jagat Kawali dan Studio Titik Dua Ciamis tahun 1998 silam ini telah menginjak perhelatan yang kedelapan tahun ini. Selain menjadi hajatan bagi para seniman dan budayawan, kegiatan ruwatan ini pun menjadi daya tarik bagi warga sekitar yang bangga sebagai trah Prabu Linggabuana dan Putri Dyah Pitaloka, yang binasa di Palagan Bubat.

Daday menjelaskan bahwa setelah kematian raja dan putri pada Perang Bubat akibat kesalahpahaman, Kerajaan Galuh menjadi satu-satunya kerajaan yang tidak takluk kepada Majapahit.

"Usai perang itu, Kerajaan Galuh mencapai kejayaan dipimpin Prabu Niskala Wastukancana, putra mahkota yang ditinggal mati ayahnya, Prabu Linggabuana, saat berusia 8 tahun," tutur Daday.

Dalam acara Nyiar Lumar, para pelancong diajak mengitari situs seluas 4 hektare lebih.
Untuk mengikuti kegiatan Nyiar Lumar, para peserta, kecuali warga setempat, diharuskan menggunakan busana yang bernuansa etnis. Kaum perempuan mengenakan kebaya, sedangkan laki-laki menggunakan pantalon dan beskap atau pangsi.

Setelah dibuka dengan pantun rajah yang berisi uraian sejarah Kerajaan Galuh, para peserta diajak berjalan kaki sejauh 2 kilometer menuju lokasi situs. Perjalanan yang disebut ngaraas ini berupa arak-arakan obor melintasi jalan setapak, persawahan, dan melintasi bebatuan Sungai Cikadongdong.

Tiba di pintu gerbang Situs Astanagede, para peserta disuguhi kesenian tradisional Gondang Buhun, Genjring Ronyok, dan tarian Buka Lawang dari para penari Studio Titik Dua Ciamis.

Memasuki areal situs, peserta diajak berkeliling menyaksikan batu-batu tulis peninggalan Kerajaan Galuh. Batu-batu itu memiliki nama dan sejarah. Ada batu Pangeunteungan, tempat abu jenazah Dyah Pitaloka disemayamkan. Konon batu tersebut adalah tempat putri berhias karena kata pangeunteungan berarti tempat bercermin (eunteung = cermin).

Ada juga batu Linggahiang, tempat disemayamkan abu permaisuri, dan batu Panyandungan, tempat disemayamkan abu Prabu Linggabuana. Selain itu, ada pula batu-batu lain yang merupakan prasasti berisi tulisan, seperti pada batu Linggabingba dan batu Panyandaan. Seluruh batu peninggalan berada di satu lokasi yang sudah diberi tanda oleh Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Ciamis.

Ada pula panggung yang ditata untuk pementasan teater, performance art, dan pembacaan puisi dan fiksimini, khusus berbahasa Sunda. "Pembacaan karya ini sengaja dilakukan di areal situs untuk mengingatkan bahwa di sini ada karya tulis adiluhung yang terpahat di batu-batu," ujar Godi Suwarna, seniman dan budayawan Sunda yang juga penggagas acara Nyiar Lumar ini.

Ruwatan yang digelar semalam suntuk ini ditutup dengan pementasan Ronggeng Gunung Nyai Raspi di kompleks Cikawali, tak jauh dari mata air tempat putri keraton mandi pada masa kejayaan Kerajaan Galuh. Di areal tersebut, setiap ruwatan Nyiar Lumar, selalu digelar ronggeng gunung, sebuah kesenian tradisional khas Ciamis yang nyaris punah.

"Ronggeng gunung sengaja menjadi penutup kegiatan sebagai bagian dari pelestarian seni tradisi yang hampir hilang. Para peserta dipersilakan menari bersama para penari ronggeng gunung sampai fajar tiba," kata seniman yang pernah diundang untuk membacakan puisi-puisi berbahasa Sunda di Berlin, Amsterdam, dan Melbourne ini.

Nyiar Lumar sendiri, kata Godi, secara definisi bisa diartikan mencari jamur (bahasa Sunda). Nyiar artinya mencari, sedangkan lumar adalah sejenis jamur yang tumbuh di hutan dan memancarkan cahaya.

"Jamur jenis ini tak bisa sembarang ditemukan. Hanya orang-orang yang memiliki hati bersih yang bisa kawenehan (kebetulan) menemukannya. Acara Nyiar Lumar ini bisa diibaratkan orang mencari cahaya untuk bekal hidup dengan belajar dari sejarah," ujar Godi.

DEDEN ABDUL AZIZ

Berita terkait

Sebagian Artefak Terdampak Kebakaran Museum Nasional Sudah Dievakuasi, Polisi: Banyak yang Masih Utuh

19 September 2023

Sebagian Artefak Terdampak Kebakaran Museum Nasional Sudah Dievakuasi, Polisi: Banyak yang Masih Utuh

Artefak yang berhasil teridentifikasi usai kebakaran Museum Nasional sudah dievakuasi ke tempat yang aman.

Baca Selengkapnya

Kebakaran Museum Nasional, Polisi Akui Sulit Bedakan Antara Benda Bersejarah dan Reruntuhan

17 September 2023

Kebakaran Museum Nasional, Polisi Akui Sulit Bedakan Antara Benda Bersejarah dan Reruntuhan

Polisi mengakui kesulitan melakukan identifikasi benda sejarah di Museum Nasional atau Museum Gajah

Baca Selengkapnya

Kelompok Hindu India Ajukan Petisi Larang Muslim Masuk Masjid Kuna, Ini Sebabnya

19 Mei 2022

Kelompok Hindu India Ajukan Petisi Larang Muslim Masuk Masjid Kuna, Ini Sebabnya

Kelompok Hindu India mengajukan petisi melarang Muslim memasuki masjid bersejarah di Mathura karena menduga ada peninggalan Hindu di dalamnya

Baca Selengkapnya

Kota Emas 3.000 Tahun yang Hilang Telah Ditemukan di Mesir

9 Maret 2022

Kota Emas 3.000 Tahun yang Hilang Telah Ditemukan di Mesir

Sebuah tim yang berisikan para arkeolog pada September 2020 memulai pencarian kuil kamar mayat di tepi barat Luxor di Mesir.

Baca Selengkapnya

7 Situs Warisan Dunia UNESCO yang Ada di Ukraina

2 Maret 2022

7 Situs Warisan Dunia UNESCO yang Ada di Ukraina

Ukraina terkenal akan budaya dan tradisinya yang kaya dan merupakan rumah bagi tujuh situs warisan dunia UNESCO.

Baca Selengkapnya

Bunker Peninggalan Perang Dunia II di Simeulue akan Dijadikan Objek Wisata

30 Oktober 2021

Bunker Peninggalan Perang Dunia II di Simeulue akan Dijadikan Objek Wisata

Bunker peninggalan Jepang yang biasa disebut korok-korok oleh warga Simeulue diantaranya ada di Desa Labuan Bakti dan Desa Labuan Bajau.

Baca Selengkapnya

3 Benda Bersejarah Indonesia yang Selamat dari Perdagangan Ilegal Barang Antik

31 Agustus 2021

3 Benda Bersejarah Indonesia yang Selamat dari Perdagangan Ilegal Barang Antik

Nilai tiga barang antik berupa patung Seated Shiva, patung Seated Parvati, dan patung Seated Ganesha, ini sebesar Rp 1,23 triliun.

Baca Selengkapnya

Bekas Tambang Hingga Museum Purba di Indonesia Masuk Daftar Situs Warisan Dunia

7 Agustus 2021

Bekas Tambang Hingga Museum Purba di Indonesia Masuk Daftar Situs Warisan Dunia

Indonesia turut menyumbang beberapa tempat ke dalam situs warisan dunia UNESCO.

Baca Selengkapnya

Keunikan Arslantepe Mound di Turki yang Jadi Situs Warisan Dunia Terbaru UNESCO

6 Agustus 2021

Keunikan Arslantepe Mound di Turki yang Jadi Situs Warisan Dunia Terbaru UNESCO

Masuknya The Arslantepe Mound menjadi tempat ke-18 yang menjadi Situs Warisan Dunia dari Turki.

Baca Selengkapnya

Makna 6 Monumen Simbol Persahabatan ASEAN di Taman Suropati

9 Juli 2021

Makna 6 Monumen Simbol Persahabatan ASEAN di Taman Suropati

Enam monumen bersejarah itu mulanya akan disebar di beberapa temoat, namun akhirnya diputuskan disimpan di Taman Suropati.

Baca Selengkapnya