Telur Penyu Dijual Bebas di Pantai Padang

Reporter

Editor

Selasa, 20 Maret 2012 14:33 WIB

Telur penyu yang dijual bebas di Pantai Muaro, Padang, Sumatera Barat. TEMPO/Febrianti

TEMPO.CO , Padang - Pagi-pagi aktivitas di kawasan Muaro, Pantai Padang, mulai menggeliat, terutama kesibukan di belasan warung-warung kecil yang menjual telur penyu di tepi jalan di Pantai Padang. Telur penyu hijau ukuran bola pingpong terlihat mencolok ditempatkan dalam kantong plastik transparan dalam onggokan yang tinggi di meja warung.

Salah seorang pedagang telur penyu, Deswati, terlihat merebus ramuan, Ahad, 18 Maret 2012. Ramuan itu berisi daun pandan, daun jeruk purut, dan daun kunyit dengan sedikit air di atas kompor minyak tanah. Tangan Deswati cekatan sambil memasukkan tiga butir telur penyu hijau ke dalam panci.

“Ini untuk pelanggan yang sebentar lagi datang, habis olah raga pagi, “ katanya. Satu telur penyu yang sudah diolah itu dibanderol Rp 7.000. “Ukuran telurnya sekarang sudah kecil-kecil dan tidak lagi banyak seperti dulu. Jadi harganya mahal. Kalau dulu satu butir harganya Rp 4.000 sampai Rp 5.000.”

Setiap minggu Deswati mampu menjual 200-300 butir telur penyu untuk wisatawan yang datang ke Pantai Padang. Telur-telur penyu itu dipasok dari Pulau Penyu di Pesisir Selatan, dan pulau-pulau kecil lainnya dan pantai di sekitar Padang. Bahkan, telur penyu juga didatangkan dari provinsi tetangga seperti Riau.

Pantai Muaro Padang sudah menjadi pasar regional penjualan telur penyu sejak 1942. Awalnya hanya dari warga yang hobi nongkrong di pinggir pantai sore-sore dan mencari telur penyu di Pantai Muaro Padang. Lama-lama pasar telur penyu terbentuk di tempat itu hingga saat ini.

Di Pantai Muaro Padang penjualan telur penyu begitu terbuka. Bahkan, akhirnya menjadi maskot wisata Kota Padang karena masuk ke dalam panduan wisata kuliner Dinas Pariwisata Sumatera Barat. Dalam panduan itu, disebutkan bila ingin makan telur penyu datanglah ke Pantai Muaro Padang.

Ketua Pusat Informasi Data dan Penyu Sumatera Barat Harfiandri Damanhuri mengatakan eksploitasi telur penyu di Sumatera Barat semakin tinggi setiap tahun. Ia menyayangkan Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat belum tegas melindungi penyu. Padahal sudah ada Undang-Undang Perikanan Tahun 2007 yang melarang perdagangan penyu dan telurnya karena penyu termasuk hewan yang dilindungi.

“Di Indonesia, pasar yang sangat terbuka menjual telur penyu hanya ada di Padang. Bahkan dijadikan andalan wisata. Makanya orang berbondong-bondong beli telur penyu ke sini. Kalau dibiarkan terus, dalam waktu beberapa tahun lagi penyu akan habis,” kata Harfiandri.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat Yosmeri mengatakan sudah meminta pada pemilik pulau Penyu dan pulau kecil lainnya agar menangkarkan telur penyu dan melepaskan anak tukik minimal 30 persen dari telur yang diambil. “Itu sudah dilakukan di Pulau Penyu dan di Pariaman. Pemerintah sendiri juga punya penangkaran telur penyu di Pulau Karabak di Pesisir Selatan. Ini untuk upaya melestarikan penyu," kata Yosmeri.

Untuk melarang penjualan telur penyu, menurut dia, masih susah dilakukan. Sebab, penjualan telur penyu ini sudah dilakukan puluhan tahun lalu di Sumatera Barat. Apalagi pulau-pulau kecil juga dikuasai oleh ulayat, tanah masyarakat.

“Kami juga sedang minta surat edaran pada gubernur ke bupati dan wali kota di pesisir agar mencari mata pencarian alternatif untuk penjual telur penyu agar punya pekerjaan lain. Tidak tergantung lagi pada telur penyu karena penyu kan sudah dilindungi undang-undang,” katanya.

Ia menyayangkan brosur pariwisata Padang dan Sumatera Barat yang dikeluarkan pemerintah masih menjadikan penyu untuk kuliner wisata di Padang. “Ini karena pemahaman mereka tentang konservasi masih kurang,” katanya.

FEBRIANTI

Berita terkait

Pengelolaan Kebun Raya Cibodas Akan Dilelang  

20 Agustus 2013

Pengelolaan Kebun Raya Cibodas Akan Dilelang  

Ada empat lokasi wisata yang memiliki daya tarik tertinggi di kawasan Cianjur, yaitu Kebun Raya Cibodas, Pantai Jayanti, Ziarah Makam Cikundul, dan Waduk Cirata.

Baca Selengkapnya

300 Wisatawan Parangtritis Disengat Ubur-ubur  

11 Agustus 2013

300 Wisatawan Parangtritis Disengat Ubur-ubur  

Ubur-ubur datang bersamaan dengan datangnya musim kemarau

Baca Selengkapnya

100 Ribu Pengunjung Padati Kawasan Wisata Ancol

9 Agustus 2013

100 Ribu Pengunjung Padati Kawasan Wisata Ancol

Untuk lebaran tahun ini, Ancol dipadati sekitar 100 Ribu pengunjung.

Baca Selengkapnya

Hari Ini, Pengunjung Ragunan Diprediksi Membludak

9 Agustus 2013

Hari Ini, Pengunjung Ragunan Diprediksi Membludak

Tahun lalu, puncak kunjungan ada di H+2 ketika pengunjung Ragunan mencapai 142.999 orang.

Baca Selengkapnya

Borobudur Lebih Ketat Jelang Idul Fitri

8 Agustus 2013

Borobudur Lebih Ketat Jelang Idul Fitri

Pengelola Candi Borobudur juga memasang close circuit television atau kamera CCTV di sejumlah titik di kawasan candi.

Baca Selengkapnya

Payung-payung Cantik Warnai Langit Agueda Portugal  

26 Juli 2013

Payung-payung Cantik Warnai Langit Agueda Portugal  

Payung-payung tersebut membuat turis yang berkunjung ke Agueda, Portugal, terkagum-kagum.

Baca Selengkapnya

Jatim Park Group Bagi-bagi Tiket Gratis

10 Juli 2013

Jatim Park Group Bagi-bagi Tiket Gratis

Promo diberikan untuk menjaga tingkat kunjungan wisata yang menurun saat bulan puasa.

Baca Selengkapnya

Layak Dicoba, Resor Mewah Milik Bos Virgin Air

5 Juli 2013

Layak Dicoba, Resor Mewah Milik Bos Virgin Air

Untuk menginap di resor mewah ini, Anda harus siap mengeluarkan
biaya sebesar US $ 60 ribu atau sekitar Rp 596 juta per
malamnya. Apa fasilitasnya?

Baca Selengkapnya

Tantangan Penjelajah Kaldera Tambora

5 Juli 2013

Tantangan Penjelajah Kaldera Tambora

Lama waktu tempuh turun sejauh 2,8 kilometer ini diperhitungkan delapan jam dan pulangnya memerlukan waktu lebih lama, sekitar 12 jam.

Baca Selengkapnya

BBM Naik, Lokasi Wisata Bogor Padat Pengunjung

23 Juni 2013

BBM Naik, Lokasi Wisata Bogor Padat Pengunjung

Riska bahkan sudah menyiapkan uang untuk membeli ole-ole dan biaya makan di restroran untuk keluarganya.

Baca Selengkapnya