TEMPO Interaktif,- Pengin beli keripik pedas dari Bandung sebagai oleh-oleh? Kali ini agak repot memilihnya. Soalnya, Keripik pedas olahan rumah tangga di Bandung semakin marak.
Dalam setahun ini, sudah ada puluhan jenis dan merek kudapan berbubuk cabai itu yang beredar di jalanan, toko, juga dunia maya. Label nama dan lambangnya ada yang mirip-mirip hingga menggelitik.
Di Jalan Dago tiap Ahad pada jam Car Free Day antara pukul 06.00-10.00 WIB, misalnya, tak kurang dari 10 merek keripik menggoda mata lewat spanduk di gerobak atau mobil dagangan. Sebagian hanya dijajakan sederhana dengan tumpukan kardus di atas trotoar. Namanya mulai dari keripik Maicih, Maedeh, Maemeh, Ceu Tety, Jenong, Cipuy, Kribo, juga Karuhun.
Pembelinya dari kalangan remaja hingga orang tua. Paling banyak orang Bandung dan Jakarta. Biasanya, kata Yuyun, mereka memborong 5-10 bungkus untuk dikudap sendiri atau sebagai oleh-oleh.
Di Toko Serba Lada atau Toserda di Jalan Pajajaran 4 Bandung, lebih dari 20 merek keripik pedas berkumpul rapi di rak. Lada, dari bahasa Sunda yang artinya pedas itu diantaranya keripik Kurutuk yang diproduksi artis Rida, Siripik Kingkong, juga Kutang Janda size 36. "Keripik pedas jadi makin banyak setelah booming Maicih awal 2011," kata pemilik toko, Willy Hono, 28 tahun.
Sejak itu, hampir setiap pekan ada 1-2 pembuat keripik pedas yang menawarkan produknya. Namun tak semua olahan industri rumahan itu bisa dijual di tokonya. Sarjana Matematika dari Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, itu mengaku banyak menolak contoh kiriman karena rasanya kurang mantap, harganya dinilai mahal, atau kemasannya kurang baik sehingga keripik dikhawatirkan cepat melempem.
Uji produk itu juga melibatkan istri, dua karyawannya, serta rekan-rekannya. Willy sempat menjadi korban saat mencicipi keripik contoh. "Pernah langsung sakit radang tenggorokan," katanya. Walau begitu, ia tak mewajibkan para pembuat keripik pedas harus punya izin Departemen atau Dinas Kesehatan karena biayanya mahal. "Saya juga ingin bantu home industry," katanya.
Sejak toko berdiri akhir tahun lalu, ia juga menjual keripik lewat jalur online. Pembeli keripik per hari rata-rata ada 10 orang. Tiap bulan, omzet penjualan keripik pedasnya mencapai Rp 20-25 juta.
Setelah itu, pembuat keripik singkong pedas lainnya mengolah racikan dengan tingkat kepedasan berbeda. Selain itu juga kemasan dan cara penjualannya ikut memanfaatkan jejaring sosial di Internet. Sejak awal 2011, keripik pedas jadi barang buruan. “Penasaran awalnya, kok pakai level-levelan segala, ternyata sama seperti pikset tapi harganya lebih mahal,” kata Yuli Saputra, ibu rumah tangga berusia 34 tahun.
Penyuka keripik pedas itu mengaku sudah biasa mengalami panas mulut dan perut setelah makan keripik. Agar tak sampai mulas, ia memilih cara makan keroyokan bersama teman sambil ngobrol. “Namanya makanan pedas itu kan susah berhenti ya, jadi harus sedikit-sedikit dan makannya ramean,” ujarnya.
Kini jenis keripik pedas tak cuma dari singkong, tapi juga kentang, talas, tahu, dan kerupuk seperti gurilem, dorokdok (kerupuk kulit), keripik cireng (aci digoreng), serta basreng (baso goreng). Walau sama-sama dijamin pedas, masing-masing punya rasa, aroma, dan bumbu berbeda. Buat yang suka tantangan dan penasaran makanan pedas, siapa yang tak tergoda?
ANWAR SISWADI
Berita terkait
3 Hal yang Paling Banyak Dikeluhkan Wisatawan saat ke Korea Selatan
4 jam lalu
Korea Tourism Organization mencatat 902 pengaduan dari wisatawan selama tahun 2023
Baca SelengkapnyaWisatawan Indonesia Paling Senang Belanja di Singapura
2 hari lalu
Singapura telah menerima lebih dari 664 ribu pengunjung Indonesia. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 33,8 persen dibandingkan tahun lalu.
Baca SelengkapnyaTop 3 Tekno Berita Hari Ini: YouTube Perkuat Fitur Layanan Belanja, HyperOS Terpasang di Redmi Note 13, Fakta Gunung Ruang
14 hari lalu
Topik tentang YouTube mengembangkan fitur belanja baru yang bersaing dengan TikTok Shop menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.
Baca SelengkapnyaPemicu Orang Kebelet BAB saat Sedang Belanja
21 hari lalu
Jangan malu dan sungkan bila tiba-tiba kebelet BAB ketika sedang belanja. Pakar menjelaskan fenomena tersebut.
Baca SelengkapnyaBelanja Pemerintah Sentuh Rp 470 T, Didorong Pemilu
47 hari lalu
Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyampaikanbelanja pemerintah telah terealisasiRp 470,3 triliun hingga pertengahan Maret ini.
Baca SelengkapnyaSahur Jadi Waktu Check-Out Favorit Konsumen Lazada
52 hari lalu
Senior Vice President Campaigns, Traffic, and Onsite Marketing Lazada Indonesia Amelia Tediarjo, mengatakan aktivitas transaksi banyak saat sahur.
Baca SelengkapnyaPusat Grosir Solo Siapkan Konsep Baru Jadi Kawasan One Stop Shopping, Pedagang Bakal Difasilitasi Aplikasi CRM
6 Maret 2024
Manajemen Pusat Grosir Solo (PGS) sedang mempersiapkan konsep baru wisata belanja di Kota Solo yang akan diterapkan mulai tahun 2026.
Baca SelengkapnyaProgram Makan Siang Gratis Menuai Kritik, Apa Kata Para Ekonom?
4 Maret 2024
Program makan siang gratis dinilai para ekonom akan menggerus dana pendidikan dan membebani APBN.
Baca SelengkapnyaDestinasi Favorit Anya Geraldine di Singapura dari Wisata Kuliner hingga Belanja
29 Februari 2024
Anya Geraldine menceritakan pengalaman mengeksplorasi Singapura
Baca SelengkapnyaRealisasi Belanja Bansos Capai Rp 12,45 T per Januari 2024, Naik 220 Persen
28 Februari 2024
Kementerian Keuangan mencatat realisasi belanja bansos mencapai Rp 12,45 triliun per 31 Januari 2024 atau naik 220,87 persen secara tahunan.
Baca Selengkapnya