Observatorium Nasional Timau di NTT Segera Beroperasi, Begini Potensi Wisatanya

Rabu, 4 September 2024 10:11 WIB

Cermin sekunder dan penyangganya telah terpasang dalam kubah Observatorium Nasional Timau, Nusa Tenggara Timur. (Foto: Abdul Rachman/BRIN)

TEMPO.CO, Jakarta - Observatorium Nasional (Obnas) di Gunung Timau, Nusa Tenggara Timur (NTT), akan segera beroperasi. Saat ini pembangunan tengah memasuki tahap akhir. Menurut peneliti di Direktorat Kebijakan Lingkungan Hidup, Sumber Daya Alam, Kemaritiman, dan Ketenaganukliran Badan Riset Inovasi Nasional Intan Perwitasari, salah satu roadmap pembangunan ini adalah pengembangan wisata dari pengoperasian Observatorium Nasional Timau.

“Pengembangan wisata di Timau ini juga melibatkan pemerintah daerah dan masyarakat lokal,” katanya kepada Tempo, Senin 2 September 2024.

Kunjungan Wisatawan

Menurut Intan, diperkirakan pada akhir tahun ini atau awal tahun depan Obnas telah mulai beroperasi. Seperti di Observatorium Bosscha Lembang, kunjungan ke Obnas Timau akan akan dibuka dengan pengaturan. Pengaturan pengunjung nanti disesuaikan dengan fungsi utama Obnas sebagai wahana riset astronomi.

Pengembangan wisata di luar Obnas Timau dikaji lewat riset awal, misalnya terkait kondisi polusi cahaya serta potensi astrotourism. “Wisata ini untuk menikmati langit gelap di malam hari,” katanya.

BRIN saat ini sedang berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mengembangkan industri wisata baru di sekitar lokasi Obnas Timau.

Zona Obnas Timau

Advertising
Advertising

Zona inti Obnas Timau, kata Intan, seluas 34 hektare. Kemudian sesuai standar internasional, zona inti Obnas juga harus bebas dari polusi cahaya hingga radius 15 kilometer dan bebas dari interferensi frekuensi radio agar tidak mengganggu radio astronomi hingga radius 25 kilometer.

“Kemudian di luar zona inti, ada kawasan penyangga yang kita sebuat sebagai Taman Langit Gelap,” ujarnya.

Taman Langit Gelap merupakan istilah bagi area di mana pengamat termasuk publik bisa melihat benda-benda langit seperti bintang, planet, dan galaksi Bima Sakti secara langsung atau dengan bantuan teropong.

“Timau ini menjadi destinasi yang sangat menarik karena ketika cuacanya sangat bagus, kita bisa melihat langsung langit malam atau dengan kamera,” kata Intan.

Waktu yang bagus untuk melihat langit malam ini antara Juli, Agustus, dan September.

Destinasi Wisata Pendukung

Para pendaki Gunung Timau biasanya juga bermalam untuk menikmati keindahan langit. Setelah matahari terbit atau sunrise, mereka kembali turun. Selain itu menurut Intan, ada aktivitas pendukung bagi wisatawan saat hari terang seperti menikmati hamparan sabana dan kuda-kuda penduduk, serta wisata yang terkait dengan potensi ekonomi masyarakat lokal. Dari hasil kajian riset awal BRIN, Desa Bitobe, Desa Fatumonas, dan Desa Lelogama, berpotensi untuk mengembangkan destinasi wisata pendukung wisata astronomi.

Fasilitas akomodasi, seperti glamping atau homestay di sekitar Observatorium Nasional Timau, menurut Intan bisa disediakan oleh pemerintah daerah bagi masyarakat atau turis yang ingin menikmati langit malam. Selain itu, ada komoditas lokal yang punya nilai jual tinggi, seperti madu hutan dan produk pertanian. BRIN menurut Intan akan menjaga agar pengembangan wisata tidak menghasilkan polusi cahaya juga sampah berlebih.

Pilihan Editor: Observatorium Bosscha Buka Kunjungan Publik, Perang Tiket Masih Berlanjut

Berita terkait

Menggerakkan Roda Ekonomi NTT

9 hari lalu

Menggerakkan Roda Ekonomi NTT

Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur, Ayodhia G. L. Kalake dianggap mampu mendorong perekonomian daerah melalui pengendalian inflasi, penyerapan anggaran, dan pengelolaan badan usaha milik daerah (BUMD).

Baca Selengkapnya

Strategi Mengatasi Kemiskinan Ekstrem

16 hari lalu

Strategi Mengatasi Kemiskinan Ekstrem

Nusa Tenggara Timur mengalami penurunan tingkat kemiskinan dan kemiskinan ekstrem selama 2021-2023.

Baca Selengkapnya

Fenomena Astronomi September Diwarnai Beberapa Konjungsi Planet dan Supermoon

17 hari lalu

Fenomena Astronomi September Diwarnai Beberapa Konjungsi Planet dan Supermoon

Pada September ini akan diwarnai fenomena astronomi mulai darik konjungsi atau kedekatan posisi bulan dengan planet, ekuinoks, hingga Supermoon.

Baca Selengkapnya

Selain Kampung UFO, Yogyakarta Punya Kampung Alien yang Punya Program Edukasi Astronomi

55 hari lalu

Selain Kampung UFO, Yogyakarta Punya Kampung Alien yang Punya Program Edukasi Astronomi

Kampung Alien di Kembang Nanggulan Kulon Progo itu terinspirasi dari cerita warga turun-temurun yang pernah melihat fenomena langit di daerah itu.

Baca Selengkapnya

Sebulan Terakhir Penelitian Astronomi di Observatorium Bosscha Terganggu Lampu Sorot

20 Juli 2024

Sebulan Terakhir Penelitian Astronomi di Observatorium Bosscha Terganggu Lampu Sorot

Penelitian astronomi di Observatorium Bosscha, Lembang, terganggu oleh lampu-lampu sorot seperti senter besar yang mengarah ke langit.

Baca Selengkapnya

Sejarah Observatorium Bosscha yang Lumpuh Akibat Polusi Cahaya di Langit Lembang

19 Juli 2024

Sejarah Observatorium Bosscha yang Lumpuh Akibat Polusi Cahaya di Langit Lembang

Mengintip sejarah perjalanan pembangunan Observatorium Bosscha di Lembang, Bandung Barat yang lumpuh akibat polusi cahaya.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Polusi Cahaya Penyebab Observatorium Bosscha Terganggu?

19 Juli 2024

Apa Itu Polusi Cahaya Penyebab Observatorium Bosscha Terganggu?

Observatorium Bosscha di Lembang, Bandung Barat mengeluhkan lampu sorot yang menyebabkan polusi cahaya di langit. Lantas, apa itu polusi cahaya?

Baca Selengkapnya

Lampu Sorot Pusat Hiburan di Lembang Ganggu Pengamatan Bintang di Observatorium Bosscha

16 Juli 2024

Lampu Sorot Pusat Hiburan di Lembang Ganggu Pengamatan Bintang di Observatorium Bosscha

Lampu sorot dari salah satu pusat hiburan di kawasan Lembang membuat pengamatan bintang di Observatorium Bosscha terganggu.

Baca Selengkapnya

Duta Besar Negara Asing Diajak Mengenal Kuliner Tanah Air di Indonesia Gastrodiplomacy Series di Golo Mori NTT

4 Juli 2024

Duta Besar Negara Asing Diajak Mengenal Kuliner Tanah Air di Indonesia Gastrodiplomacy Series di Golo Mori NTT

Indonesia Gastrodiplomacy Series di Golo Mori memperluas pemahaman keanekaragaman kuliner Indonesia sebagai bagian integral dari diplomasi publik.

Baca Selengkapnya

Bupati Malaka: Program Kartu Malaka Cerdas untuk Ekonomi Lemah

2 Juli 2024

Bupati Malaka: Program Kartu Malaka Cerdas untuk Ekonomi Lemah

Simon Nahak menegaskan program beasiswa yang dibuat Pemkab Malakan bukan untuk anak bupati, DPR, dan pejabat lainnya.

Baca Selengkapnya