Peringati 12 Tahun UU Keistimewaan, Yogyakarta Siapkan 487 Acara Selama 30 Hari
Reporter
Pribadi Wicaksono (Kontributor)
Editor
Mila Novita
Selasa, 3 September 2024 09:10 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tengah merayakan peringatan 12 tahun lahirnya Undang-Undang No 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta pada Agustus hingga September 2024 ini. Undang-undang itu dianggap sakral karena menjadi fondasi pemerintahan hingga kehidupan sosial budaya di Yogyakarta. Untuk memperingati lahirnya UU Keistimewaan Yogyakarta, ratusan event pun digelar.
Total ada 487 event yang digelar selama 30 hari, mulai 12 Agustus hingga 12 September 2024. Event itu tersebar di lima kabupaten/kota se-DIY dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Adapun acaranya antara lain perhelatan konser musik, sport tourism, workshop batik, pameran seni, hingga atraksi wayang dan berbagai atraksi seni budaya lokal.
Teman Andakara Kerta Raharja
Kepala Bidang Perencanaan dan Pengendalian Urusan Keistimewaan Paniradya Keistimewan DIY Tri Agus Nugroho mengatakan, peringatan ini mengangkat tema Andakara Kerta Raharja. "Andakara Kerta Raharja mempunyai makna UU Keistimewaan Yogyakarta sebagai matahari yang tanpa pamrih memberikan sinar untuk masyarakat luas," kata Tri Agus pada Senin, 2 September 2024.
Sebagai wilayah dengan status istimewa, ujar dia, Yogyakarta memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan keistimewaan ini memberikan manfaat bagi masyarakat. Keistimewaan Yogyakarta itu memuat lima tujuan utama, mulai tata kelola pemerintahan yang baik, pelestarian budaya, pemanfaatan tanah Kasultanan dan Kadipaten, pengembangan pendidikan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pelestarian Budaya di Yogyakarta
Pelaksana Harian Asisten Setda DIY Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat Aris Eko Nugroho mengatakan, selama 12 tahun lahirnya UU Keistimewaan, cukup banyak hal yang bisa diraih Yogyakarta.
Di bidang pelestarian budaya misalnya, Yogyakarta bisa menggelar berbagai program tak hanya Festival Budaya Yogyakarta di lima kabupaten/kota secara lebih intens dan berkala.
"Namun juga merevitalisasi situs-situs bersejarah, termasuk meraih Sertifikat Warisan Dunia dari UNESCO untuk kawasan Sumbu Filosofi," kata dia.
Pilihan Editor: Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan