Asyiknya Wisata Keliling Desa Naik VW Safari di Borobudur
Reporter
Tempo.co
Editor
Mila Novita
Sabtu, 31 Agustus 2024 16:36 WIB
Membatik di Desa Borobudur
Dari Randu Alas, wisata dilanjutkan menyusuri jalan-jalan desa yang mulus, melewati kebun-kebun penduduk yang ditanami cabai, jagung, terong, dan ragam sayuran lainnya. Ini sebenarnya bukan kebun, melainkan sawah karena pada musim hujan lahannya akan ditanami padi, kata Mustanir.
Di antara tanaman-tanaman itu terihat puncak stupa Candi Borobudur. Sesekali mobil berpapasan dengan rombongan wisatawan, di antaranya turis asing, yang mengendarai sepeda atau berjalan kaki.
Tiba di Desa Borobudur, wisatawan diajak membatik di Rumah Batik Borobudur. Workshop sekaligus toko ini dikelola oleh sekelompok perempuan pembatik.
Wisatawan yang ingin mencoba membatik akan diberi kain putih berukuran sekitar 40x40 cm yang sudah ada sketsanya. Ada beberapa kompor kecil dengan wajan mini berisi malam atau lilin panas dan canting yang sudah disiapkan. Sebelum memulai, salah satu anggota kelompok rumah batik itu, Nur Fatikah, memberikan sedikit teori membatik.
"Santai saja, sambil dinikmati. Pakai feeling, kalau terlalu dingin, lilinnya tidak bisa jalan, sedangkan kalau terlalu panas akan beleber," kata dia sambil menunjukkan caranya.
Proses membatik ini susah-susah gampang dan butuh kesabaran. Terkadang sudah berhati-hati pun, canting melenceng dari pola dan lilinnya beleber.
"Pantas saja batik tulis harganya mahal, bikinnya susah," kata salah satu peserta sambil tertawa.
Proses membatik yang diikuti wisatawan hanya sampai mencanting, sedangkan pewarnaan dan pencelupan dilakukan oleh anggota kelompok rumah batik itu. Namun, hasil membatik ini boleh dibawa pulang.
Bikin Gerabah
Spot terakhir dalam wisata VW Safari ini adalah membuat gerabah di Sentra Gerabah Desa Wisata Karanganyar. Sentra gerabah ini berada di bangunan terbuka di pinggir sawah di belakang rumah penduduk.
Ayu, salah satu pengelola sentra gerabah itu, mengatakan bahwa tradisi membuat gerabah ini merupakan warisan turun-temurun di desa mereka.
"Di Candi Borobudur ada relief pembuatan gerabah, semua pembuatnya perempuan. Sama persis dengan di sini, dari cara pembuatannya yang masih tradisional, pembakarannya, juga pembuatnya yang semua perempuan," kata Ayu.
Dia juga membuka kelas gerabah untuk anak-anak sekolah dasar untuk regenerasi tradisi ini. Menurut Ayu, pembuat gerabah berusia muda di desa ini semakin sedikit karena banyak yang memilih bekerja di luar daerah.
Wisatawan yang belajar membuat gerabah bisa memilih bentuk yang diinginkan, seperti gelas, mangkuk, miniatur stupa Candi Borobudur, atau bentuk lain untuk pajangan. Hasilnya bisa dibawa pulang, tetapi setelah melalui proses finishing, penjemuran, dan pembakaran yang membutuhkan waktu seharian.
Perjalanan wisata dengan VW Safari ini menjadi bagian dari wisata Borobudur Trail of Civilization atau BToC yang dilluncurkan pada 2021 lalu. Wisata ini mengajak pengunjung menelusuri jejak peradaban yang terinspirasi dari relief Candi Borobudur.
Pilihan Editor: Mengenal Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur yang Kemudian Ditutup