12 Orang Dilarang Melihat Panda Seumur Hidup akibat Perilaku yang Tidak Beradab

Reporter

Tempo.co

Editor

Mila Novita

Kamis, 20 Juni 2024 17:06 WIB

Xiang Xiang, seekor panda raksasa yang lahir di Jepang pada tahun 2017 dan dipindahkan ke Cina pada bulan Februari tahun 2023, berjalan menuju camilannya untuk ulang tahunnya yang ke 7 tahun, di Ya'an Bifengxia di Pusat Konservasi dan Penelitian Panda Raksasa Cina, selama tur media di Ya'an, provinsi Sichuan, Cina 12 Juni 2024. REUTERS/Tingshu Wang

TEMPO.CO, Jakarta - Panda menjadi daya tarik wisata di banyak kebun binatang di dunia. Meski termasuk jenis beruang, hewan asal Cina ini tergolong tidak berbahaya. Tubuhnya yang gempal dan menggemaskan membuat banyak orang suka melihatnya.

Namun, sebanyak 12 orang dilarang melihat panda seumur hidup di Chengdu Research Base of Giant Panda Breeding di Sichuan, Cina. Tempat ini merupakan salah satu atraksi paling populer di Cina. Larangan ini diberlakukan karena 12 orang itu dianggap memiliki perilaku yang tidak beradab, menurut pengumuman pusat penelitian panda itu dalam pengumuman resmi melalui akun WeChat mereka.

Perilaku Wisatawan yang Tidak Beradab

Larangan seumur hidup dikeluarkan setelah turis berusia antara 26 dan 61 tahun itu kedapatan melemparkan rebung, batang lolipop, dan rokok ke area bermain panda di luar ruangan. Ini tidak hanya terjadi sekali, tetapi dalam berbagai kesempatan antara April dan Juni.

Dalam satu insiden pada 2 Mei, seorang wanita berusia 61 tahun mengabaikan instruksi staf dan memasukkan payung ke pagar pembatas saat mereka tidak melihat. Payung itu jatuh ke dalam kandang dan seekor panda terkena benda itu

Setelah mendapat perilaku tidak beradab dari para pengunjung itu, panda-panda tersebut menjalani pemeriksaan kesehatan. Syukurnya, panda-panda tersebut dalam kondisi normal.

Advertising
Advertising

“Kami akan terus memantau kondisi fisik setiap hewan dan memastikan mereka sehat dan aman,” tulis mereka dalam pengumuman itu.

Taman Panda Didirikan pada 1987

Dikenal sebagai salah satu atraksi paling populer di Tiongkok, taman panda di provinsi Sichuan ini didirikan pada 1987. Sejak itu, taman ini menjadi atraksi wisata yang banyak dikunjungi di Cina. Setiap tahun, tercatat lebih dari 9 juta pengunjung datang ke tempat ini.

Kini, tempat ini menduduki peringkat kedua tertinggi dalam sistem pemeringkatan lima tingkat tempat wisata di negara tersebut sejak 2006.

Regulasi Ketat

Panda termasuk satwa dilindungi di dunia. Regulasi tentang panda sangat ketat, terutama untuk pengunjung.

Dalam situs webnya, pusat penelitian panda itu mengingatkan wisatawan bahwa membuang sampah sembarangan, meludah, dan membuang makanan ke area aktivitas hewan sangat dilarang. Alasannya, perilaku ini membahayakan keselamatan. Pengunjung yang terbukti melanggar peraturan dapat dikenakan larangan masuk selama satu hingga lima tahun, atau bahkan seumur hidup seperti 12 orang tersebut.

CNA | VN EXPRESS

Pilihan Editor: Butuh Lima Tahun untuk Dapat Izin Datangkan Panda dari Cina ke Indonesia

Berita terkait

Gaet Wisatawan Asing, Sandiaga Ajak Agen Travel Cina Perbanyak Paket Wisata ke RI

16 jam lalu

Gaet Wisatawan Asing, Sandiaga Ajak Agen Travel Cina Perbanyak Paket Wisata ke RI

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno mengajak para agen travel di Cina untuk memperbanyak paket wisata ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Asosiasi Produsen Serat dan Benang: 21 Pabrik Tekstil dan Garmen Tutup, 150 Ribu Karyawan Kena PHK

20 jam lalu

Asosiasi Produsen Serat dan Benang: 21 Pabrik Tekstil dan Garmen Tutup, 150 Ribu Karyawan Kena PHK

APSyFI mencatat saat ini 21 industri tekstil di Indonesia gulung tikar. Sementara 31 pabrik terancam tutup. Ada 150 ribu karyawan kena PHK.

Baca Selengkapnya

Menilik Lawan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026: Jepang, Australia, Arab Saudi, Bahrain, Cina

22 jam lalu

Menilik Lawan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026: Jepang, Australia, Arab Saudi, Bahrain, Cina

Timnas Indonesia akan menghadapi lawan-lawan kuat di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Baca Selengkapnya

Ditinggal saat Diving Tengah Laut, Wisatawan Harus Berenang Dua Jam ke Pantai

1 hari lalu

Ditinggal saat Diving Tengah Laut, Wisatawan Harus Berenang Dua Jam ke Pantai

Setelah kejadian tersebut viral, perusahaan kapal yang membawa ke lokasi diving menawarkan kompensasi 10 kali lipat tetapi ditolak.

Baca Selengkapnya

Uni Eropa Ajak Indonesia Bahas Aturan untuk UUV, dari Keamanan sampai Inovasi

2 hari lalu

Uni Eropa Ajak Indonesia Bahas Aturan untuk UUV, dari Keamanan sampai Inovasi

Kemenko Marinves dan Uni Eropa baru saja menggelar pertemuan membahas Kerangka Regulasi untuk Kendaraan Bawah Air Tak Berawak (UUV).

Baca Selengkapnya

Cina Minta Korea Selatan Temukan Penyebab Kebakaran Pabrik Baterai Hwaseong

2 hari lalu

Cina Minta Korea Selatan Temukan Penyebab Kebakaran Pabrik Baterai Hwaseong

Cina meminta agar otoritas di Korea Selatan segera menemukan penyebab kebakaran pabrik baterai litium di Hwaseong

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Profil 6 BUMN yang Akan Dilikuidasi, Jokowi Kaget, Blak-blakan Bos Sritex

2 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Profil 6 BUMN yang Akan Dilikuidasi, Jokowi Kaget, Blak-blakan Bos Sritex

Sebanyak enam BUMN kemungkinan akan dihentikan operasinya.

Baca Selengkapnya

Bos Sritex Blak-blakan soal Pendapatan Perusahaan Anjlok karena Banjir Produk Cina

3 hari lalu

Bos Sritex Blak-blakan soal Pendapatan Perusahaan Anjlok karena Banjir Produk Cina

Manajemen PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex membeberkan kondisi pendapatan perseroan sedang menurun drastis di antaranya karena banjir produk Cina.

Baca Selengkapnya

Suplai Senjata ke Taiwan, Cina Jatuhkan Sanksi ke Lockheed Martin

4 hari lalu

Suplai Senjata ke Taiwan, Cina Jatuhkan Sanksi ke Lockheed Martin

Beijing menjatuhkan sanksi kepada perusahaan keamanan dan kedirgantaraan asal Amerika Serikat (AS) Lockheed Martin karena suplai senjata ke Taiwan

Baca Selengkapnya

Indonesia Masuk 5 Besar Negara yang Catat Penurunan Emisi Energi 2023

5 hari lalu

Indonesia Masuk 5 Besar Negara yang Catat Penurunan Emisi Energi 2023

Indonesia bersama Amerika Serikat, Jerman, Jepang, dan Korea Selatan mencatat penurunan emisi energi pada tahun 2023.

Baca Selengkapnya