4 Indikasi Bali Sedang 'Dijajah' Menurut Wanda Ponika
Reporter
Melinda Kusuma Ningrum
Editor
Hisyam Luthfiana
Rabu, 29 Mei 2024 09:27 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai salah satu daerah pariwisata, Bali terkenal dengan keindahan alam, budaya yang kaya, dan keramahan penduduknya. Pariwisata di Bali diketahui mulai dipopulerkan zaman Hindia Belanda. Kedatangan Thomas Stamford Raffles pada tahun 1815 ke Bali menjadi awal mula daerah itu dikembangkan jadi daerah wisata.
Dilansir dari buku Revolusi Tak Kunjung Selesai karya Remy Madinier, keindahan alam nusantara termasuk Bali memikat banyak pelancong Eropa. Pada abad ke-19, sejumlah catatan perjalanan yang disertai ilustrasi keindahan alam Bali terbit di Eropa. Kisah perjalanan Comte de Bouvoir (1871) dan Thomas Stamford Raffles (1824) misalnya dianggap berandil besar menyiarkan potret-potret wisata perdana di Bali.
Sejak saat itu, Bali mulai dipromosikan menjadi tempat wisata yang eksotis, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menerapkan kebijakan melestarikan budaya dan tradisi Bali untuk menarik minat wisatawan Eropa. Tren itu terus berkembang hingga Bali menjadi sangat populer di dunia.
Dilansir dari kemenparekraf.go.id, oleh situs perjalanan TripAdvisor dalam Choice Award for Destinations, pada tahun 2023 Bali bahkan menempati peringkat kedua sebagai destinasi wisata terpopuler di dunia.
Tentunya banyak hal positif yang dapat diambil seperti halnya devisa negara yang kian meningkat, ekonomi daerah naik pesat, hingga diliriknya secara perlahan budaya Indonesia oleh dunia.
Tetapi, akan selalu ada sisi negatif dari masuknya warga negara asing di Bali salah satunya menularkan gaya hidup, hingga menetap dan membuat 'rumahnya' sendiri di Bali. Hal tersebut disorot oleh salah satu akun X dengan nama Wanda Ponika. Diungkap dalam sosial media pribadinya, WNA yang datang mulai tertarik untuk berbisnis di Bali mulai dari penyewaan sepeda motor, mengajar tari, hingga mendirikan pabrik narkoba. Berikut sejumlah fakta-faktanya.
1. Menyerobot Profesi Warga Lokal Bali
Menurut desainer perhiasan kondang Wanda Ponika, turis asing yang menetap di Bali bahkan ada yang menyerobot profesi warga lokal dengan membuka usaha seperti mengajari tari, membuka resto, salon, jasa tato, spa, bahkan ada yang membuka jasa menjadi arsitek.
Dikutip dari Antara, fakta ini benar adanya karena pada 2023 lalu Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha bahkan menertibkan usaha WNA yang dengan berani merampas lahan usaha masyarakat. Mereka mendirikan pusat perbelanjaan Living World di Denpasar, diungkap pula para turis tersebut melanggar izin usaha dan izin tinggal, Ubud disebut paling banyak ditinggali WNA.
2. Berdirinya New Mockba di Bali
Nama New Mockba muncul di pencarian peta digital yang berada di kawasan Canggu, Kabupaten Badung. Hal tersebut diungkap dalam laman Instagram @bixfeedsmedia, Wanda mengungkapkan nama daerah itu diambil dari bahasa Rusia yang merujuk ke Canggu.
Meskipun terkesan lelucon, nyatanya itu memantik sejumlah kemarahan warganet karena aksi semena-mena WNA Rusia. Tak hanya hal tersebut, mereka juga kerap membuat onar dengan ugal-ugalan di jalan, dikhawatirkan jika New Mockba dibiarkan berkembang biak bukan tidak mungkin WNA bakal membentuk peradabannya sendiri dan menyeret keluar warga lokal Bali.
3. Tidak Menghargai Adat Istiadat di Bali
Aksi semena-mena turis asing berlanjut pada etika mereka yang seenak jidat dan tidak menghormati adat istiadat Bali. Hal itu diungkap oleh Wanda, ada yang bahkan mengencingi dan bercinta di tempat suci. Bahkan di jalanan umum sekalipun, Kantor Imigrasi Kelas I TPI Denpasar sempat menindaklanjuti video viral WNA yang buang air kecil sembarangan di jalan. Meskipun bukan pelanggaran hukum, tetapi melanggar tata krama dan kesantunan budaya khas Indonesia.
4. Bukan Mendatangkan Devisa Justru Memanfaatkan Peluang Ekonomi
Hal miris lainnya disebabkan maraknya usaha yang dibuka oleh WNA, menurut Wanda, kedatangan mereka ke Bali bukan untuk menambah devisa justru hanya mengeruk sumber dayanya saja. Sudah menjadi rahasia umum jika bisnis WNA culas membayar pajak, merusak sosial, budaya, hingga lingkungan, dan mereka hanya mendukung bisnis sesama negaranya saja. Alhasil pengusaha lokal Bali ikut terdampak dengan berkurangnya pemasukan hingga kehilangan konsumen.
Pilihan Editor: Wisata Bawah Air di Nusa Dua Bali