Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Reporter

Fachri Hamzah

Editor

Mila Novita

Minggu, 21 April 2024 07:00 WIB

Kapal kajang terparkir di Sungai Mahat Gunung Malintang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra barat. Kapal ini disiapkan untuk perhelatan Alek Bakajang pada 13-17 April 2024. (TEMPO/Fachri Hamzah)

TEMPO.CO, Padang - Lima kapal bermodel pesiar digotong secara bersama oleh pemuda menuju Sungai Mahat yang berada di Nagari Gunung Malintang, Kecamatan Koto Baru Pangkalan, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Kapal-kapal tersebut terbuat dari kayu yang dibuat secara bersama-sama oleh masyarakat untuk persiapan Alek Bakajang yang digelar 13-17 April 2024.

Alek Bakajang merupakan festival yang menghadirkan miniatur kapal pesiar dari jorong-jorong (kampung) dan perwakilan dari pemerintahan dan alim ulama nagari. Festival yang juga dikenal sebagai manjalang ini diadakan untuk memperingati upaya para niniak mamak pendiri Gunung Malintang di masa lampau dalam membuka keterisolasian daerah mereka. Alek Bakajang pernah meraih Juara 1 kategori atraksi budaya terpopuler dalam Anugerah Pesona Indonesia (API) 2021.

Lima kapal yang diturunkan merupakan perwakilan masing-masing jorong di Nagari Gunung Malintang. Kapal tersebut digunakan untuk mengangkut para niniak mamak dan tamu undangan Alek Bakajang. Dibuat dari gabungan dua sampan yang dicat putih dan biru, kapal itu juga dilengkapi dengan alat musik untuk memeriahkan acara.

Kapal-kapal itu akan dibawa secara bersama-sama oleh para pemuda kampung untuk mengelilingi aliran Sungai Mahat Gunung Malintang. Alek Bakajang ini diyakini masyarakat sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, biasanya dilaksanakan 3 hari setelah Idulfitri. Prosesnya dimulai dengan bersilaturahmi ke istana masing-masing suku selama lima hari.

Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Gunung Malintang Jamri Datuak Pamoko menjelaskan, kegiatan bakajang ini sudah lama dilakukan untuk mempererat silaturahmi atau persaudaraan antarsuku yang berada di Gunung Malintang.

Advertising
Advertising

"Sudah lama kami laksanakan, sudah 50 sampai 100 tahun yang lalu," katanya.

Dia melanjutkan, Alek Bakajang ini melibatkan seluruh masyarakat di Nagari Gunung Malintang.

"Semua jorong harus membuat kajang atau kapalnya yang dibuat secara bergotoroyong," ujar dia.

Jamri menjelaskan, bentuk kapal atau kajang itu dulunya tidak seperti kapal pesiar yang dilihat saat ini. Dulu hanya sampan yang dihias dengan kain berwarna-warni. Namun seiring perkembangan zaman, kajang tersebut diubah modelnya menjadi kapal pesiar.

"Perubahan ini diusulkan oleh masyarakat Gunung Malintang yang pernah bekerja di kapal pesiar," ucapnya kepada Tempo.co.

Menurut Jamri, masyarakat Gunung Malintang dulunya memang mengunakan transpotasi sungai untuk membawa hasil pertanian ke pasar.

"Sampan adalah salah satu alat transportasi kami dahulu untuk ke pasar, sebelum ada moda transportasi darat," katanya.

Dia berharap, selain memperkenalkan budaya dan tradisi Gunung Malintang ke masyarakat luar, Alek Bakajang ini juga membuat persaudaraan antarkampung di Nagari Gunung Malintang semakin kuat.

Pilihan Editor: 3 Rekomendasi Wisata di Kota Padang, Pilih ke Pantai atau Gunung?

Berita terkait

Dari Camilan Anak-anak, Keripik Sanjai dari Bukittinggi Kini Jadi Oleh-oleh Khas Sumatra Barat

8 hari lalu

Dari Camilan Anak-anak, Keripik Sanjai dari Bukittinggi Kini Jadi Oleh-oleh Khas Sumatra Barat

Masyarakat Kampung Sanjai di Bukittinggi dulunya mayoritas berkebun singkong. Hasil kebun sering bersisa, lalu dibuatkan keripik cemilan anak-anak.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

12 hari lalu

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

Pelaksanaan upacara adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman hanya dilangsungkan satu tahun sekali, tepatnya Jumat kliwon pada Mei.

Baca Selengkapnya

Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

15 hari lalu

Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

Segara Kerthi merupakan kearifan lokal memuliakan air di Bali, akan ditunjukkan kepada dunia, khususnya kepada delegasi WWF.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

30 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

30 hari lalu

Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

Seblang merupakan salah satu tradisi adat suku Osing di Banyuwangi dalam mengejawantahkan rasa syukurnya.

Baca Selengkapnya

Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

30 hari lalu

Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

Tradisi Bakdo Sapi digelar di akhir perayaan Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan

Baca Selengkapnya

Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

36 hari lalu

Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

Lebaran Topat tahun ini akan digelar pada hari Rabu, 17 April 2024

Baca Selengkapnya

Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

38 hari lalu

Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

Setiap negara punya tradisi unik dalam merayakan hari raya Idulfitri atau Lebaran. Di Indonesia, Lebaran dirayakan pada 10 April 2024.

Baca Selengkapnya

Melawat ke Kota Kelahiran Bapak Perfilman Indonesia Usmar Ismail di Bukittinggi

49 hari lalu

Melawat ke Kota Kelahiran Bapak Perfilman Indonesia Usmar Ismail di Bukittinggi

Hari Film Nasional 2024 digelar dengan mendatangi tempat-tempat yang penuh kenangan bagi Usmar Ismail di Kota Bukittinggi.

Baca Selengkapnya

Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

50 hari lalu

Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

Asal-usul tradisi membangunkan sahur di Indonesia diyakini telah eksis sejak Islam masuk ke Tanah Air dan memiliki sebutan berbeda di setiap daerah.

Baca Selengkapnya