Dibangun 1830, Rumah Limas Palembang Ini Pernah Dikunjungi Ratu Beatrix dari Belanda

Kamis, 18 April 2024 19:34 WIB

Rumah Limas tampak depan. Rumah limas khas Palembang ini dibangun pada 1830. Saat ini rumah Limas menjadi koleksi Museum Balaputra Dewa. TEMPO/Parliza Hendrawan

TEMPO.CO, Palembang - Berkunjung ke Museum Negeri Sumatera Selatan banyak dilakukan oleh perantau saat pulang ke kampung halaman di Palembang. Banyak juga pelancong yang datang dari luar kota bahkan dari mancanegara seperti China, Singapura, dan Malaysia.

Rabu sore, 17 April 2024, pengelola museum mendapat kunjungan PJ Gubernur Agus Fatoni dan para stafnya. Agus menengok hampir seluruh ruang pamer yang ada gedung itu. Museum ini tenyata tidak hanya menyimpan peninggalan bersejarah semacam gerabah, tembikar, dan haluan kapal, akan tetapi terdapat dua bangunan bersejarah berusia ratusan tahun.

Bangunan bersejarah itu adalah rumah limas, rumah panggung yang terbuat dari kayu beratap genting. Rumah limas merupakan hunian tradisional Palembang dan Iliran. Bangunan itu berada di bagian belakang museum yang juga dikenal sebagai Museum Balaputra Dewa di Jalan Srijaya I, Palembang.

Sebenarnya bangunan ini cukup tersohor karena pernah menjadi gambar latar pada uang pecahan Rp10.000 emisi 2005 dan 2010. Sebelumnya, pada 29 Agustus 1995, rumah limas sempat dikunjungi oleh Ratu Belanda Beatrix Wilhelmina Armgard dan suaminya, Pangeran Claus von Amsberg.

Sejarah Rumah Limas

Beny Pramana Putra, Edukator Museum Negeri Sumsel, menjelaskan bahwa keduanya adalah rumah limas Pangeran Syarif Abdullah Rahman al-Habsyi dan Pangeran Syarif Ali.

Advertising
Advertising

Bagian dalam Rumah Limas di Museum Balaputra Dewa, Palembang, terdapat ruang timbangan pengantin. Rumah khas Palembang ini dibangun oleh pangeran Syarif Ali pada 1830. TEMPO/Parliza Hendrawan

“Rumah limas yang berada pada bagian depan ini dulunya berdiri di kawasan Benteng Kuto Besak yang dibangun pada tahun 1833,” kata Beny, Kamis, 18 April 2024.

Adapun rumah limas milik Pengeran Syarif Ali yang berada di belakangnya berusia lebih tua, dibangun pada 1830. Pada perkembangannya rumah limas kerap berpindah tangan dan berpindah tempat sebelum akhirnya menjadi koleksi Museum Balaputra Dewa sejak 1985 hingga ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda (WBTB) sejak 2014.

Chandra Amprayadi, Kepala UPTD Museum Negeri Sumsel menjelaskan, museum sudah menerbitkan buku Rumah Limas Koleksi Museum Negeri Sumatera Selatan yang mengkaji kedua rumah tersebut. Rumah limas merupakan salah satu koleksi masterpiece yang dimiliki Museum Negeri Sumatera Selatan sejak 1985.

<!--more-->

Kisah Dua Rumah Limas

Rumah Pangeran Syarif Abdul Rahman al-Habsyi memiliki sejarah kepemilikan dan fungsionalisasi yang panjang. Rumah ini didirikan di pusat Kota Palembang, kawasan sekitar Benteng Kuto Besak, pada 1833. Secara berturut-turut, rumah ini dibeli oleh Kepala Marga Sirah Pulau Padang, Pangeran Batun, dan dipindahkan ke Desa Sirah Pulau Padang, kemudian dibeli oleh Kepala Marga Pemulutan, Pangeran Punto (1872–1911), dan dipindahkan ke Desa Talang Pangeran.

Setelah dibeli oleh Gemeentebestuur Palembang pada 1930 dari zuriah Pangeran Punto (versi lain menyebutkan rumah ini disita), sekitar dua tahun kemudian (1932), rumah ini dipindahkan ke belakang Kantor Ledeng, Jalan Sluisweg, dan diresmikan sebagai Museum Palembangsch Huis pada 22 April 1933.

Adapun rumah Pangeran Syarif Ali dibeli pada 1936 dari ahli warisnya dan dipindahkan ke belakang Kantor Ledeng, disatukan dengan Rumah Pangeran Syarif Abdul Rahman al-Habsyi, menggunakan koridor seperti sekarang. Kedua rumah ini difungsikan sebagai museum, setidaknya, hingga 1982 yang dinamakan Museum Rumah Bari Palembang.

Rumah limas bari milik Lucianty, seorang pengusaha di Palembang. Ia membeli rumah ini di kawasan pasar Kuto sebelum dipindahkan ke Jalan Cek Bakar. (TEMPO/Parliza Hendrawan)

Rumah Limas Masa Kini

Selain di kompleks museum, ada juga sejumlah pengusaha dan tokoh masyarakat yang ikut menjaga keberadaan rumah limas. Lucianty dan Albahori adalah di antaranya. Kedua pengusaha ini tinggal di rumah limas bari sejak beberapa tahun silam setelah mendapatkannya dari pemilik awal.

Diketahui rumah limas bari tersebut sebelumnya berada di daerah Pasar Kuto Palembang dan sekarang telah dipindahkan di Jalan Cek Bakar Bukit Besar. Rumah dua lantai ini memiliki luas lahan 1.200 meter persegi dengan ukuran lebar rumah 17.5 meter dan panjang 28 meter.

Albahori mengatakan, rumah limas bari ini menarik karena memenuhi tiga kriteria antik, klasik, dan unik. Disebut antik karena rumah bari ini dibangun pada akhir abad ke-18 ketika Gunung Krakatau meletus, dan secara desain maupun material yang digunakan menggunakan kayu lokal kayu tembesu dan kayu unglen yang saat ini sudah langka.

Rumah limas ini katanya tergolong langka, karena material yang digunakan seperti dinding menggunakan bahan kayu tembesu, balok kayu dan tiang kuda-kuda atap dari kayu unglen, serta ornamen ukiran diatas pintu, jendela hasil pahatan zaman dulu yang memliki nilai seni tinggi. Ia menambahkan disebut klasik karena tidak ketinggalan zaman, masih eksis dan mempunyai daya tarik wisata.

Pilihan Editor: Oleh-oleh Kerajinan Khas Palembang, Ada Tanjak Karya Cek Eri yang Bisa Custom Order

Berita terkait

Polisi Beberkan Peranan 4 Remaja dalam Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang

19 menit lalu

Polisi Beberkan Peranan 4 Remaja dalam Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang

Polrestabes Palembang beberkan peranan 4 remaja dalam pembunuhan dan pemerkosaan terhadap siswi SMP.

Baca Selengkapnya

Aksi Bocah Pelaku Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang, Ikut Berbaur Saat Penemuan Jasad Korban

2 hari lalu

Aksi Bocah Pelaku Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang, Ikut Berbaur Saat Penemuan Jasad Korban

Tiga bocah pelaku pembunuhan dan pemerkosaan siswi SMP di Palembang ikut berbaur saat penemuan jasad korban, seolah tak berdosa.

Baca Selengkapnya

Polisi Jerman Tembak Mati Tersangka di Dekat Konsulat Israel di Munich

2 hari lalu

Polisi Jerman Tembak Mati Tersangka di Dekat Konsulat Israel di Munich

Polisi Jerman menembak mati seorang pria dalam baku tembak di dekat konsulat Israel dan museum sejarah Nazi di Munich

Baca Selengkapnya

4 Bocah Tersangka Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang Ikut Tahlilan di Rumah Korban

2 hari lalu

4 Bocah Tersangka Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang Ikut Tahlilan di Rumah Korban

Polisi menangkap empat bocah tersangka pembunuhan dan pemerkosaan siswi SMP di Palembang. Mereka sempat ikut yasinan di rumah korban.

Baca Selengkapnya

Kota Seribu Air Mancur di Prancis yang Menarik Dikunjungi

3 hari lalu

Kota Seribu Air Mancur di Prancis yang Menarik Dikunjungi

Ada banyak hal yang ditawarkan Aix de Provence yang terletak di Prancis Selatan

Baca Selengkapnya

4 Bocah Tersangka Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang Koleksi Video Asusila

3 hari lalu

4 Bocah Tersangka Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang Koleksi Video Asusila

Polisi memasukkan video asusila yang dikoleksi tersangka sebagai instrumen penyebab peristiwa pembunuhan dan pemerkosaan itu terjadi.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap 4 Bocah Tersangka Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang

3 hari lalu

Polisi Tangkap 4 Bocah Tersangka Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang

Empat bocah tersangka pembunuhan dan pencabulan itu sempat mengikuti tahlilan di rumah korban. Salah satu tersangka adalah pacar korban.

Baca Selengkapnya

Panduan Liburan ke London Bersama Keluaga

3 hari lalu

Panduan Liburan ke London Bersama Keluaga

Kalau ingin mengunjungi London untuk liburan bersama keluarga, penting untuk membuat rencana perjalanan dengan baik

Baca Selengkapnya

Berkunjung ke Museum HAM Munir di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

6 hari lalu

Berkunjung ke Museum HAM Munir di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya dirikan Museum HAM Munir . Museum ini berisikan patung munir dan catatan perjalanan Munir se masa hidup.

Baca Selengkapnya

Balita Tak Sengaja Pecahkan Guci Kuno di Museum Usia Ribuan Tahun

9 hari lalu

Balita Tak Sengaja Pecahkan Guci Kuno di Museum Usia Ribuan Tahun

Guci di museum yang tak sengaja dipecahkan balita itu berasal dari zaman perunggu berusia 2200 dan 1500 sebelum masehi atau artefak yang sangat langka

Baca Selengkapnya