Asal-Usul Tradisi Karapan Sapi, Warisan Budaya Indonesia dari Madura

Jumat, 7 Juli 2023 16:31 WIB

Peserta memacu sapi dalam Karapan Sapi Brujul di Lapangan Semeru, Kademangan, Probolinggo, Jawa Timur, Minggu, 21 Mei 2023. Karapan Sapi Brujul yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut diikuti 37 peserta dari berbagai daerah yang diharapkan dapat mendukung sektor pariwisata Kota Probolinggo. ANTARA FOTO/Umarul Faruq

TEMPO.CO, Jakarta - Karapan sapi merupakan budaya unik yang berasal dari Madura, Jawa Timur. Budaya ini menampilkan perlombaan pacuan sapi dan identik dilaksanakan di daerah berlumpur. Bukan sekadar budaya biasa, karapan sapi bahkan telah diakui sebagai warisan budaya Indonesia. Bagaimanakah asal usulnya?

Sekilas Karapan Sapi

Melansir dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, kerapan atau karapan sapi merupakan istilah dalam bahasa Madura yang digunakan sebagai nama dalam perlombaan pacuan sapi.

Terdapat dua versi mengenai asal-usul penamaan kerapan, versi pertama menyebut bahwa istilah kerapan berasal dari kata kerap atau kirap yang berarti berangkat dan dilepas secara bersamaan, versi kedua menyebut bahwa kerapan berasal dari bahasa Arab kirabah yang berarti persahabatan.

Karapan sapi pun telah terdaftar sebagai warisan budaya tradisi dan ekspresi lisan, yang telah terdaftar dengan nomor registrasi 201300029. Masih menurut laman Kemdikbud, karapan sapi dilakukan dengan sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu dan dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan sapi lainnya.

Advertising
Advertising

Jalur pacuan yang ada biasanya memiliki panjang sekitar 100 meter dan satu pertandingan lomba dapat berlangsung sekitar 10 hingga 15 detik. Sebelum karapan sapi dimulai, biasanya terdapat ritual yang dilakukan, yakni ritual ubo rampeh, musik iringan saronen atau orkes gamelan khas Madura yang memiliki tujuan untuk melemaskan otot-otot sekaligus memamerkan keindahan pakaian (ambhin), setelah parade pakaian dan seluruh aksesoris dilepas, kecuali hiasan kepala atau obet yang memang sengaja dipasang untuk meningkatkan kepercayaan diri dan keperkasaan sapi.

Asal-Usul Karapan Sapi

Pada awalnya, karapan sapi dimaksudkan sebagai hiburan rakyat biasa, namun seiring waktu, tradisi ini telah menjadi salah satu acara olahraga yang paling populer di Madura. Balap sapi ini sering diadakan pada saat-saat tertentu, seperti perayaan hari besar agama atau festival lokal, dan dihadiri oleh ribuan penonton yang memadati lapangan untuk menyaksikan balapan.

Namun demikian, seperti dilansir dari laman indonesiakaya.com, terdapat beberapa versi sejarah dari karapan sapi. Pertama, menyebut terdapat peranan Kyai Pratanu yang menyebarkan agama Islam dengan sarana karapan sapi. Selain itu, terdapat versi yang mengaitkan peran Syekh Ahmad Baidawi, seorang mubaligh dari Kudus yang mengajarkan cara bercocok tanam terhadap masyarakat Madura, sebagai bentuk syukur atas panen yang melimpah, diadakanlah hari persahabatan atau berkirabah dengan melaksanakan pacuan sapi.

Meskipun demikian, karapan sapi bukan hanya sekadar ajang lomba, tetapi juga simbol budaya dan identitas Madura. Beberapa sapi yang digunakan untuk balapan bahkan memiliki nama-nama khusus dan dianggap sebagai bagian dari keluarga oleh pemiliknya. Selain itu, karapan sapi juga menjadi sumber penghasilan bagi banyak orang di Madura, termasuk para pebalap sapi dan pemilik sapi.

Sejak era 1970-an, karapan sapi mengalami pergeseran fungsi, dari yang awalnya berfungsi sebagai alat hiburan, alat berkomunikasi, dan penanda awal masa tanam. Saat ini pelaksanaan karapan sapi mulai diorganisir dan kepemilikan sapi menjadi penanda status seseorang.

Namun layaknya kegiatan olahraga lainnya, karapan sapi juga memiliki risiko yang cukup tinggi. Pembalap sapi dapat terluka jika terjatuh dari kereta yang berjalan dengan kecepatan tinggi, dan sapi juga dapat terluka atau bahkan mati selama balapan. Oleh karena itu, pihak-pihak yang terlibat dalam tradisi ini berusaha untuk memastikan keselamatan semua orang dan hewan yang terlibat.

Di tengah-tengah perkembangan teknologi yang semakin maju, tradisi karapan sapi ini tetap bertahan dan menjadi simbol kebanggaan bagi orang Madura. Karapan sapi telah menjadi bagian integral dari budaya Madura dan merupakan salah satu ciri khas dari keanekaragaman budaya Indonesia yang kaya.

Pilihan Editor: Keseruan Karapan Sapi Brujul di Probolinggo

Berita terkait

Universitas Brawijaya akan Buka Rumah Budaya Indonesia di Tianjin Cina

5 jam lalu

Universitas Brawijaya akan Buka Rumah Budaya Indonesia di Tianjin Cina

Universitas Brawijaya akan membuka Rumah Budaya Indonesia di Tianjin, China untuk mendorong pengenalan bahasa

Baca Selengkapnya

Bamsoet Apresiasi Peresmian Keraton Majapahit Jakarta

1 hari lalu

Bamsoet Apresiasi Peresmian Keraton Majapahit Jakarta

Menurut Bamsoet, Kraton Majapahit Jakarta adalah bentuk kebangkitan nasional bangsa Indonesia di bidang kebudayaan, demi membangun kepribadian bangsa yang berdaulat di bidang politik dan mandiri di bidang ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Sejarah Panjang Kebaya dan Perlunya Jadi Identitas Budaya Indonesia

2 hari lalu

Sejarah Panjang Kebaya dan Perlunya Jadi Identitas Budaya Indonesia

Pakar mengatakan kebaya bisa menjadi identitas budaya Indonesia berbasis kelokalan dengan sejarah panjang busana di Nusantara.

Baca Selengkapnya

PPP Sebut Achmad Baidowi Cocok Dampingi Khofifah di Pilgub Jawa Timur, Ini Profilnya

2 hari lalu

PPP Sebut Achmad Baidowi Cocok Dampingi Khofifah di Pilgub Jawa Timur, Ini Profilnya

PPP sodorkan Achmad Baidow mendampingi Khofifah Indar Parawansa yang maju untuk periode kedua Pilgub Jawa Timur. Begini sosoknya?

Baca Selengkapnya

Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dianiaya Senior, Mengapa Budaya Kekerasan di Kampus Terus Terulang?

2 hari lalu

Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dianiaya Senior, Mengapa Budaya Kekerasan di Kampus Terus Terulang?

Seorang mahasiswa STIP Jakarta meninggal setelah dianiaya oleh seniornya. Lalu, mengapa budaya kekerasan itu terus terulang?

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

4 hari lalu

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

Pelaksanaan upacara adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman hanya dilangsungkan satu tahun sekali, tepatnya Jumat kliwon pada Mei.

Baca Selengkapnya

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

4 hari lalu

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

Sejumlah perpustakaan asing milik kedutaan besar negara sahabat di Jakarta berbenah untuk menarik lebih banyak anak muda, khususnya generasi Z.

Baca Selengkapnya

Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

7 hari lalu

Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

Segara Kerthi merupakan kearifan lokal memuliakan air di Bali, akan ditunjukkan kepada dunia, khususnya kepada delegasi WWF.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

9 hari lalu

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas merevisi lagi peraturan tentang barang bawaan impor penumpang warga Indonesia dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Menkop UKM Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Pembatasan Jam Buka Warung Madura

9 hari lalu

Menkop UKM Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Pembatasan Jam Buka Warung Madura

Menkop UKM Teten Masduki mengevaluasi pernyataan pejabatnya tentang pembatasan jam operasinal warung atau toko klontong milik masyarakat.

Baca Selengkapnya