Mengunjungi Warung Jadoel, Tempat Makan Pertama di Temanggung yang Berusia 200 Tahun

Sabtu, 17 Juni 2023 21:14 WIB

Warung Jadoel nampak depan (Tempo.co/Arimbihp)

TEMPO.CO, Temanggung - Sejuk dan dinginnya udara pegunungan menyapa pengunjung yang memijakkan kaki di Kabupaten Temanggung. Letak geografis Temanggung yang berada di antara Gunung Sumbing dan Merbabu, membuatnya memiliki daya tarik wisata.

Warung Jadoel, Warisan Leluhur di Temanggung

Tak hanya wisata alam, Temanggung juga terkenal memiliki beragam peninggalan sejarah serta kuliner legendaris yang patut dicoba. Salah satu kuliner legendaris di Temanggung yang sayang untuk dilewatkan pengunjung adalah Warung Jadoel.

Warung yang berada di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 102, Jampirejo Tengah itu sekilas tampak tak begitu istimewa, catnya biru, bangku-bangku berjajar rapi, para pembeli tampak antre. Namun siapa sangka, Warung Jadoel ternyata usianya diperkirakan lebih dari 2 abad alias 200 tahun, dan menjadi tempat makan pertama yang didirikan di Temanggung.

Generasi keempat yang kini menjadi penerus Warung Jadoel, Siti Sukastiyah, 77 tahun, menuturkan, Warung Jadoel didirikan oleh neneknya. "Kula mawon kesupen namine sinten, nek ibu ne kula Dulah Rujini, riyin nggih sadeyan sakderenge kula (saya saja sampai lupa nama nenek yang mendirikan siapa, tetapi kalau nama ibu saya Dulah Rujini, dulu juga berjualan disini)," kata Siti saat ditemui Tempo, Jumat, 16 Juni 2023.

Siti Sukastiyah, generasi keempat pendiri Warung Jadoel (Tempo.co/Arimbihp)

Advertising
Advertising

Menurut Siti, sejak ibunya masih berjualan, Warung Jadoel tidak pernah mengubah bentuk maupun menu makanannya. "Saya 77 tahun lahir, tinggal dan besar di sini, hanya bagian depan dahulu sampai halte, tetapi terkena pelebaran sedikit, jadi dimundurkan, lainnya sama," tutur Siti.

200 Tahun Lalu Jadi Langganan Pribumi dan Orang Belanda

Siti menceritakan, semasa kecil, pembeli yang datang tak hanya masyarakat pribumi, bahkan ada dari kalangan Belanda dan Jepang. Berdasarkan cerita tutur yang pernah didengar Siti dari almarhum sang ibu, para residen Kedu juga pernah singgah di warungnya.

"Dulu tidak ada namanya, ya hanya warung saja, seiring berjalannya waktu, masyarakat sekitar menyebut Jadoel, karena saking tuanya," ujar Siti. Lebih lanjut, Siti menceritakan, sehari-hari, ia juga tinggal di lantai 2 Warung Jadoel bersama anaknya, Yulianto Murtono yang kini belajar meneruskan usaha kuliner keluarga tersebut.

Kepada Tempo, Sito mengatakan, setiap hari ia bangun pukul 04.00 dan tidur pada 23.00 WIB untuk mengelola Warung Jadoel. "Ya dibantu anak-anak, tetapi saya masih terus ikut, sekadar menjuali pembeli atau membantu menata makanan," kata Siti,

Saat berjualan, Siti juga dibantu 7 pegawai yang berasal dari daerah sekitar Temanggung untuk memasak dan membersihkan Warung Jadoel. "Setiap hari habis 40 kilogram nasi, bahan sayur dan daging lainnya sekitar 5 hingga 10 kilogram," tutur Siti.

Suasana Warung Jadoel yang dipenuhi pembeli (Tempo.co/Arimbihp)

Ada berbagai jenis makanan yang jadi favorit di Warung Jadoel, mulai dari sayur nangka muda, tongkol cabe ijo, brongkos, hingga opor ayam kampung hingga aneka lauk pauk gorengannya yang sangat lengkap. Selain itu, ada salah satu menu makanan khas Temanggung yang sulit ditemukan di daerah lain, yaitu empis-empis.

"Buka 24 jam dan tidak pernah tutup meskipun tanggal merah atau hari minggu, kecuali saat lebaran, 7 hari libur," kata Siti.

Dapat Penghargaan dari Kabupaten Temanggung

Menurut Siti, Warung Jadoel adalah sebuah aset sekaligus saksi bisu dari bagian kehidupan masyarakat Temanggung dan bagian sejarah dari keluarga pengelola warung. Atas kerja keras Siti dan keluarganya, Warung Jadoel bahkan juga mendapatkan penghargaan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung. "Dulu pernah dikasih emas batangan 40 gram dari Dinas Kabupaten Temanggung, masih kami simpan," ujar Siti.

Hingga kini, Siti berjanji pada diri sendiri, anak-anak serta para pelanggannya, untuk mempertahankan usaha ini sampai kapanpun. Bahkan, hingga ke generasi selanjutnya.

Aneka makanan di Warung Jadoel (Tempo.co/Arimbihp)

Diana, salah satu pelanggan, yang datang ke Warung Jadoel bersama suaminya mengatakan, sudah berlangganan sejak kecil. "Bahkan sejak saya belum lahir, almarhum orang tua dulu juga langganan di sini, maka saya sering diajak waktu kecil," kata Diana.

Oleh karena itu, bagi Diana, Warung Jadoel selalu menjadi kenangan untuknya yang kini tinggal merantau di ibu kota. "Setiap pulang kampung seperti sekarang, sebelum ke rumah, saya justru ke Warung Jadoel dulu, nostalgia," tuturnya.

Menu favorit yang dipilih Diana adalah tongkol santan, buntil dan tahu isi, lengkap dengan segelas teh hangatnya. "Semua harga di sini juga sangat terjangkau, mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 10.000, setiap saya makan, 1 orang tidak pernah lebih dari Rp 20.000 padahal sudah dengan minum dan lauk," ujarnya.

Pilihan Editor: Wiwit Durian, Tradisi Awal Panen Durian di Temanggung

Berita terkait

Bertemu Pemerintah Belanda, AMAN Kaltim Minta Pastikan Komitmen Lindungi Masyarakat Adat sebelum Investasi di IKN

6 jam lalu

Bertemu Pemerintah Belanda, AMAN Kaltim Minta Pastikan Komitmen Lindungi Masyarakat Adat sebelum Investasi di IKN

AMAN Kaltim meminta pemerintah Belanda memastikan komitmen pemerintah Indonesia melindungi masyarakat adat sebelum berinvestasi di proyek IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

14 jam lalu

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina

Baca Selengkapnya

Mengenal Navarone Foor, Pesepak Bola Belanda Keturunan Indonesia

1 hari lalu

Mengenal Navarone Foor, Pesepak Bola Belanda Keturunan Indonesia

Pada 2017, Navarone Foor pernah masuk dalam deretan nama incaran untuk naturalisasi

Baca Selengkapnya

Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor

1 hari lalu

Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor

PPJI berharap ke depan ada produk-produk kuliner jenis lainnya yang bisa diekspor seperti halnya rendang.

Baca Selengkapnya

Tertarik Pengelolaan Air di Proyek IKN, Pemerintah Belanda Kumpulkan LSM-LSM

2 hari lalu

Tertarik Pengelolaan Air di Proyek IKN, Pemerintah Belanda Kumpulkan LSM-LSM

Pemerintah Belanda mengumpulkan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk meminta pandangan mereka tentang proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya

RI Minta Dukungan Belanda soal Perjanjian Bilateral Dagang dengan Uni Eropa

2 hari lalu

RI Minta Dukungan Belanda soal Perjanjian Bilateral Dagang dengan Uni Eropa

Pemerintah Indonesia dan Belanda sepakat membahas kelanjutan rencana perjanjian bilateral dagang RI-Uni Eropa (IEU-CEPA).

Baca Selengkapnya

Alasan Pemerintah Belanda Temui JATAM Kaltim hingga AMAN sebelum Investasi di IKN

2 hari lalu

Alasan Pemerintah Belanda Temui JATAM Kaltim hingga AMAN sebelum Investasi di IKN

Pemberintah Belanda mengaku ingin melihat langsung kondisi di IKN sebelum mereka berinvestasi.

Baca Selengkapnya

Damainya Desa Giethoorn di Belanda yang Dijuluki Venesia dari Utara, Tak Ada Mobil dan Jalan Raya

3 hari lalu

Damainya Desa Giethoorn di Belanda yang Dijuluki Venesia dari Utara, Tak Ada Mobil dan Jalan Raya

Wisatawan bisa menjelajahi desa dengan perahu, mencicipi masakan Belanda, atau sekadar menikmati suasana damai yang tak terlupakan.

Baca Selengkapnya

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

7 hari lalu

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.

Baca Selengkapnya

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

7 hari lalu

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

Sejumlah perusahaan dan lembaga penelitian di Belanda, telah memberikan dukungan kepada Indonesia, termasuk terkait IKN

Baca Selengkapnya