Mengenal Tradisi Grebeg Syawal di Keraton Kanoman di Cirebon, Kapan Pelaksanaannya?

Senin, 24 April 2023 08:00 WIB

Ruang pertemuan di bangunan utama Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana

TEMPO.CO, Jakarta - Keraton Kanoman yang berada di Cirebon, Jawa Barat punya tradisi Grebeg Syawal setiap tahunnya, mirip dengan Keraton Yogyakarta Hadiningrat di Yogyakarta.

Berbeda dengan Grebeg Syawal di Yogyakarta dan Solo yang identik dengan arak-arakan lalu berebut gunungan berisi hasil bumi, Grebeg Syawal di Cirebon dilakukan dengan berziarah ke makam leluhur kawasan Cirebon.

Waktu pelaksanaannya juga berbeda. Grebeg Syawal di Keraton Kanoman biasanya digelar 7 hari setelah Hari Raya Idul Fitri.

Acara ini dipimpin oleh Patih Keraton Kanoman Cirebon, Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran yang mewakili Sultan Kanoman XII, Pangeran Raja Muhammad Emirudin.

Menurut Patih Qodiran, tradisi Syawalan merupakan representasi dari bentuk rasa syukur umat muslim atas karunia Allah SWT.

Diadakan setiap tanggal 8 Syawal

Kegiatan ini rutin diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 8 Syawal atau sepekan setelah Idu Fitri. Hal ini disebabkan karena keluarga keraton melaksanakan puasa sunnah Syawal pada 6 hari sebelumnya.

Advertising
Advertising

Acara berlangsung ketika keluarga besar Keraton Kanoman yang datang dari berbagai daerah di Indonesia beramai-ramai naik ke puncak Gunung Sembung, yakni tempat di mana para leluhur dimakamkan.

Sebelum sampai ke puncaknya, mereka harus melalui Lawang Pitu atau pintu tujuh yang hanya dibuka saat ritual tertentu saja.

Keluarga Keraton Kanoman kemudian mengadakan tahlilan dan bersama-sama mendoakan Pangeran Chakrabuana atau Mbah Kuwu Cerbon yang merupakan pendiri Kota Cirebon. Mereka juga turut mendoakan Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, yakni tokoh penyebar agama Islam dari Kota Cirebon serta sanak keluarganya yang dimakamkan di tempat tersebut.

Biasanya, warga sekitar pun antusias untuk datang ke lokasi dan turut meramaikan acara ini, apalagi pada prosesi surak atau pelemparan uang receh oleh keluarga keraton. Masyarakat percaya, koin yang didapat dari surak ini membawa berkah.

Lebih lanjut, karena dirasa tidak mengganggu akses jalan dan ketertiban masyarakat, Harja selaku juru bicara sekaligus penjaga Keraton Kanoman mengungkap bahwa tidak ada perizinan khusus dari pihak keraton pada pemerintah.

“Beda dari Muludan (acara memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW) yang ramai, yang harus ada izin tempat dan segala macam. Syawalan mah agak longgar, enggak bikin jalan macet, enggak ganggu dan enggak perlu perizinan. Tahun lalu (saat pandemi Covid-19) pun begitu,” katanya kepada Tempo, tahun lalu.

Menurut laporan dari Antaranews, 20 Mei 2021, Patih Qodiran juga mengatakan bahwa tradisi ini harus dijaga agar tidak hilang karena perkembangan zaman.

"Kita tidak lupa dengan leluhur. Tradisi (Gerebeg Syawal) ini jangan sampai hilang karena perkembangan zaman," kata Qodiran.

TIM TEMPO

Pilihan editor : Mengenal Grebeg Syawal yang Akan Digelar Keraton Yogyakarta Besok

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

Berita terkait

Harga Naik, Toko Ritel Batasi Penjualan Gula Pasir

14 jam lalu

Harga Naik, Toko Ritel Batasi Penjualan Gula Pasir

Sejumlah toko ritel melakukan pembatasan penjualan gula pasir imbas dari naiknya harga gula.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

15 jam lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Kampung Wisata Kacirebonan akan Dilengkapi Becak Wisata

6 hari lalu

Kampung Wisata Kacirebonan akan Dilengkapi Becak Wisata

Pengembangan kampung wisata Kacirebonan melibatkan tukang becak yang mangkal di sekitar keraton

Baca Selengkapnya

Jumlah Penumpang Kereta Api Lebaran Wilayah Cirebon Naik 17 Persen

12 hari lalu

Jumlah Penumpang Kereta Api Lebaran Wilayah Cirebon Naik 17 Persen

Rata-rata harian jumlah penumpang kereta api Daop 3 Cirebon mencapai lima ribu orang.

Baca Selengkapnya

Beban Puncak saat Lebaran 2024 Naik 3,53 Persen, PLN Klaim Sukses Sediakan Pasokan Listrik Andal

12 hari lalu

Beban Puncak saat Lebaran 2024 Naik 3,53 Persen, PLN Klaim Sukses Sediakan Pasokan Listrik Andal

PT PLN (Persero) mengklaim sukses menyediakan pasokan listrik andal selama periode siaga Ramadan dan Idul Fitri 1445.

Baca Selengkapnya

Cara SANTAI Jaga Kesehatan setelah Lebaran Menurut Dokter

13 hari lalu

Cara SANTAI Jaga Kesehatan setelah Lebaran Menurut Dokter

Dokter penyakit dalam menyebut masyarakat perlu memelihara kesehatan usai Lebaran melalui cara paling mudah, yaitu SANTAI. Cek maksudnya.

Baca Selengkapnya

Wisata Bahari Kejawanan Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan saat Libur Lebaran di Cirebon

13 hari lalu

Wisata Bahari Kejawanan Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan saat Libur Lebaran di Cirebon

Selama 11-15 April di libur Lebaran, ada lebih dari 50 ribu wisatawan yang berkunjung ke Kota Cirebon.

Baca Selengkapnya

Tradisi Unik Lebaran Ketupat di 5 Daerah, Salah Satunya Madura Rayakan Tellasan Topak

14 hari lalu

Tradisi Unik Lebaran Ketupat di 5 Daerah, Salah Satunya Madura Rayakan Tellasan Topak

Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi yang berbeda untuk merayakan lebaran ketupat yang biasanya pada 7 atau 8 syawal.

Baca Selengkapnya

Obral Remisi Idul Fitri untuk Narapidana Korupsi

15 hari lalu

Obral Remisi Idul Fitri untuk Narapidana Korupsi

Ratusan narapidana korupsi mendapat remisi Idul Fitri termasuk Setya Novanto dan Djoko Susilo.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

15 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya