Menelisik Sejarah Grebeg Sudiro, Tradisi Imlek Simbol Kerukunan Etnis Jawa dan Tionghoa

Selasa, 17 Januari 2023 06:26 WIB

Suasana acara Grebeg Sudiro di Solo untuk menyambut Imlek. Tempo/Maria Arimbi

TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan masyarakat dan pegiat seni dari berbagai daerah antusias menyemarakkan Grebeg Sudiro 2023. Kirab yang digelar setiap tahun sejak 2007 tersebut digawangi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kelurahan Sudiroprajan Kota Surakarta dan digelar dalam rangka memeriahkan Hari Raya Imlek.

Adapun tokoh masyarakat yang mencetuskan nama Grebeg Sudiro, yakni Oei Bengki, Sarjono Lelono Putro dan Kamajaya. Ketiga orang tersebut awalnya berkumpul di Pasar Gedhe dan secara tidak sengaja muncullah ide untuk membuat tradisi itu.

Tujuan tradisi ini cukup sederhana, yaitu mengangkat nama Sudiroprajan agar dikenal masyarakat luas. Pada 2007, Grebeg Sudiro hanyalah event kampung. Namun karena yang diperkenalkan adalah budaya yang unik antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa, Pemerintah Kota Solo memberi sambutan positif dan menjadikannya sebagai agenda tahunan pariwisata kota itu.

Grebeg Sudiro berasal dari susunan dua kata, yaitu Grebeg yang berarti perkumpulan dan Sudiro yang mengacu tempat diadakannya acara itu, yaitu di Kampung Sudiroprajan. Sudiroprajan sejak masa Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X merupakan daerah percampuran antara etnis Tionghoa dengan etnis Jawa yang telah hidup rukun dan membaur.

Acara yang digelar setiap 7 hari menjelang Hari Raya Imlek itu merupakan lambang akulturasi tradisi Jawa dan Tionghoa di Kota Solo yang melebur dalam suasana hangat dan toleransi. Perayaan serupa Grebeg Sudiro pernah diadakan di zaman Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X (1893-1939).

Advertising
Advertising

Pada masa itu, tradisi menjelang Imlek tersebut dikenal dengan nama Buk Teko. Kepada Tempo.co, Sarjono Lelono mengatakan, kata "Buk" mengacu pada bangunan dari semen di ujung jembatan dan biasanya digunakan untuk duduk, sedangkan “teko” adalah tempat minum (porong kecil).

Menurut Sarjono, nama “buk teko” berawal dari kisah tutup teko milik Raja Surakarta, Paku Buwono (PB) X yang jatuh di sekitar jembatan di Sudiroprajan, namun ketika dicari tidak pernah ditemukan. Jembatan yang berada di timur Kampung Sudiroprajan itu kemudian dinamakan Buk Teko.

Ritual Buk Teko yang menjadi cikal bakal Grebeg Sudiro ini dibuka malam hari dan menjadi rangkaian awal perayaan Imlek berupa arak-arakan gunungan hasil bumi dengan penerangan seribu lampion yang dibawa warga. Gunungan hasil bumi dan musik cokekan adalah simbol masyarakat Jawa, sedangkan sedangkan lampion menjadi simbol etnis Tionghoa.

Selain gunungan, di sepanjang kirab, warga memainkan musik cokekan. Tradisi cokekan sendiri sudah lama berkembang di Kampung Balong, Sudiroprajan, yang juga merupakan kawasan pecinan di Solo.

“Gunungan ini sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas limpahan rezeki, sedangkan lampion menjadi harapan agar perjalanan setahun ke depan terang benderang,” kata Sarjono.

Begitulah, Grebeg Sudiro telah menjadi sebuah pembauran sekaligus dialog yang elok antar etnis Jawa-Tionghoa. Harapannya, Grebeg Sudiro menjadi simbol kerukunan dan dihapusnya sejarah kelam perseteruan Jawa-Tionghoa yang pernah beberapa kali mewarnai Kota Solo.

Baca juga: Sebelum Perayaan Imlek, Patung Dewa-Dewi di Klenteng Yogya Mulai Dibersihkan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

1 hari lalu

Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

Segara Kerthi merupakan kearifan lokal memuliakan air di Bali, akan ditunjukkan kepada dunia, khususnya kepada delegasi WWF.

Baca Selengkapnya

Akademisi Ungkap Peluang Jaring Wisatawan Mancanegara Lewat Sektor Pendidikan

7 hari lalu

Akademisi Ungkap Peluang Jaring Wisatawan Mancanegara Lewat Sektor Pendidikan

Pendidikan menjadi pintu masuk untuk mengenalkan Indonesia terutama kekayaan wisata budayanya ke wisatawan mancanegara.

Baca Selengkapnya

Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

14 hari lalu

Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Alek Bakajang diyakini masyarakat sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, biasanya dilaksanakan tiga hari setelah Idulfitri.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

16 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

16 hari lalu

Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

Seblang merupakan salah satu tradisi adat suku Osing di Banyuwangi dalam mengejawantahkan rasa syukurnya.

Baca Selengkapnya

Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

16 hari lalu

Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

Tradisi Bakdo Sapi digelar di akhir perayaan Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan

Baca Selengkapnya

Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

22 hari lalu

Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

Lebaran Topat tahun ini akan digelar pada hari Rabu, 17 April 2024

Baca Selengkapnya

Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

25 hari lalu

Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

Setiap negara punya tradisi unik dalam merayakan hari raya Idulfitri atau Lebaran. Di Indonesia, Lebaran dirayakan pada 10 April 2024.

Baca Selengkapnya

Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

37 hari lalu

Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

Asal-usul tradisi membangunkan sahur di Indonesia diyakini telah eksis sejak Islam masuk ke Tanah Air dan memiliki sebutan berbeda di setiap daerah.

Baca Selengkapnya

Pesona Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Diakui Dunia

42 hari lalu

Pesona Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Diakui Dunia

Wae Rebo, desa di perbukitan Pulau Flores, NTT dinobatkan sebagai salah satu kota kecil tercantik di dunia oleh The Spector Index, serta diakui UNESCO

Baca Selengkapnya