Dampak Perubahan Iklim, 9 Kota di Dunia Ini Terancam Tenggelam pada 2050

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 26 November 2022 06:39 WIB

Gambar udara yang memperlihatkan banjir besar di Manila akibat diterjang Topan Vamco di Filipina, 12 November 2020. Banjir besar akibat topan Vamco tersebut diketahui telah menewaskan 13 orang dan 15 lainnya menghilang. Presidential Photo Handout/via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa kota pesisir terbesar di dunia bisa berada di bawah air pada 2050 sebagai akibat dari perubahan iklim. Hujan ekstrem yang terjadi menjadi peristiwa tahunan di beberapa kota maupun negara.

Ancaman terjadi bukan dikarenakan akibat perubahan iklim saja melainkan dikarenakan pemanasan global dan permukaan air laut naik dengan cepat. Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), naiknya permukaan air laut tersebut berlipat ganda dari 1,4 milimeter per tahun menjadi 3,6 milimeter per tahun dari 2006 hingga 2015.

Berikut beberapa wilayah yang terancam tenggelam:

1. Brugge, Belgia

Kota Bruge, Belgia merupakan tujuan destinasi yang sangat indah, namun diprediksi akan tenggelam pada 2050 dengan menghadapi resiko kenaikan permukaan laut. Kota ini memang berada di aliran sungai.

Advertising
Advertising

2. London, Inggris

Siapa menyangka London juga akan masuk dalam wilayah yang diprediksi tenggelam pada 2050. Pemanasan global membuat London beresiko tenggelam di masa depan. Sesuai laporan pusat iklim, jika situasi yang sama berkelanjutan, kenaikan air akan membuat sebagaian besar ibu kota terendam.

3. Tabasco, Meksiko

Tabasco, Meksiko merupakan kota dengan populasi penduduk 21 juta orang yang diprediksi akan tenggelam pada 2050 dikarenakan banjir. Pada tahun 1900-an, kota ini tenggelam dengan kecepatan 9 sentimeter (3,5 inch) setahun. Sejak akhir 1950-an, ketika angka itu naik menjadi 29 sentimeter (11,4 inch) setahun. Negara ini masih dalam pengupayaan untuk memperkecil penurunan muka tanah.

4. Kota Panama

Kota Panama merupakan kota benteng militer abad ke-17 dan abad ke-18. Kota ini sudah diprediksi menghadapi bahaya dan telah masuk dalam daftar resiko UNESCO sejak 2012 karena berbagai faktor. Kota ini diprediksi akan tenggelam diakibatkan oleh banjir.

5. Bangkok, Thailand

Bangkok, Thailand adalah negara yang hampir 'tenggelam'. Lebih dari 10 persen orang di Thailand saat ini tinggal di tanah yang bisa terkena banjir pada 2050. Ibu kota politik dan komersial itu hanya 1,5 meter di atas permukaan laut sehingga ada risiko banjir. Sebuah survei oleh organisasi nirlaba Earth.Org yang berbasis di Hong Kong menunjukkan bahwa 94 persen penduduk Thailand akan mengungsi akibat banjir pada 2100.

6. Ho Chi Minh City, Vietnam

Ho Chi Minh, Vietnam, sebuah kota dengan lebih dari 31 juta orang, hampir seperempat dari total populasi Vietnam, diperkirakan akan menghadapi risiko banjir setidaknya setahun sekali pada 2050, menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh penelitian iklim AS Climate Central. Menurut skenario terbaru, banjir tahunan akan melanda daerah padat penduduk di Delta Mekong dan pantai utara di sekitar ibu kota Vietnam, Hanoi.

7. Mumbai, India

Mumbai, India merupakan wilayah kota yang akan mengalami kenaikan permukaan laut diperkirakan membuat kawasan yang saat ini dihuni sekitar 36 juta orang itu rentan terkena banjir tahunan pada 2050. Benggala Barat dan Odisha dianggap sangat berisiko, seperti halnya kota Mumbai. Menurut Climate Central, kurangnya struktur pelindung pantai seperti tembok laut membuat ketinggian suatu lokasi menjadi faktor penentu seberapa dalam air pasang menggenangi daratan.

8. Shangai, China

Shanghai, Cina merupakan wilayah Cina daratan dengan populasi saat ini 93 juta jiwa. Kota itu diperkirakan akan terendam air secara permanen akibat banjir pada 2050, menurut hasil penelitian yang dilakukan Climate Central. Kota terpadat di Cina itu diperkirakan menjadi kota yang paling rentan terhadap banjir karena kurangnya sistem pertahanan pantai.

9. Manila, Filipina

Filipina diprediksi mengalami penurunan muka tanah mencapai 2 sentimeter per tahun, yang terjadi antara 2015 dan 2020. Sejak 1993, permukaan laut Manila naik hingga 0,3 sentimeter, berdasarkan data IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change).

Banjir menjadi semakin umum di Manila. Penurunan permukaan air Manila diperkirakan akan lebih besar lagi disebutkan bahwa bahwa penurunan muka tanah mencapai 5-9 sentimeter per tahun. Banyak wilayah pesisir di Filipina, termasuk Teluk Manila, dikhawatirkan akan tenggelam air pada 2050.

JENIATI ARTAULI TAMPUBOLON | TIMES OF INDIA

Baca juga: Dampak Pemanasan Global, Sejumlah Situs Warisan Dunia Gletser UNESCO Terancam

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

10 jam lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

3 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

3 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kota Paling Harum di Dunia Ini Ada di Yunani

5 hari lalu

Kota Paling Harum di Dunia Ini Ada di Yunani

Menurut studi HAYPP, Athena, ibukota Yunani menduduki peringkat pertama kota yang memiliki aroma paling harum

Baca Selengkapnya

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

5 hari lalu

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

Salah satu Rukun Tetangga (RT) di wilayah Jakarta Timur kini tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Baca Selengkapnya

IMD Rilis Hasil Survei Smart City Index dan Persoalannya, Tiga Kota di Indonesia Masuk Daftar

8 hari lalu

IMD Rilis Hasil Survei Smart City Index dan Persoalannya, Tiga Kota di Indonesia Masuk Daftar

Jakarta, Medan, dan Makassar masuk dalam daftar survei Smart City Index 2024.

Baca Selengkapnya

Kakek Pencari Batu Hilang Tenggelam di Sungai Lematang, Basarnas Kerahkan Tim SAR Gabungan

8 hari lalu

Kakek Pencari Batu Hilang Tenggelam di Sungai Lematang, Basarnas Kerahkan Tim SAR Gabungan

Basarnas Palembang menurunkan satu tim rescue di Pos SAR Pagaralam lengkap dengan peralatan SAR Air ke lokasi pencarian orang hilang tenggelam itu.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

11 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya