Kunjungan Wisata Stabil, Industri Fashion Lokal di Yogyakarta Mulai Genjot Inovasi

Selasa, 13 September 2022 17:21 WIB

Industri fashion lokal Yogya mulai menggenjot sejumlah inovasi agar kembali nenggeliat pasca pandemi Covid-19 mereda. Dok. Istimewa

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kunjungan wisata di Yogyakarta berangsur stabil dengan maraknya pagelaran busana yang memamerkan fashion lokal. Hal ini menggembirakan para pelaku industri fashion lokal yang merasakan tingginya permintaan dengan kenaikan kunjungan wisata ke kota pelajar itu.

Stabilnya kunjungan wisata dan tingginya permintaan itu dibenarkan Sutardi, pemilik brand fashion lokal Farah Button asal Yogyakarta. "Di saat kondisi kunjungan wisata stabil seperti ini, akses bahan baku juga mudah, kami mulai berani melakukan sejumlah inovasi-inovasi baru lagi untuk meningkatkan omset penjualan," kata Sutardi di Yogyakarta Senin, 12 September 2022.

Pria yang dalam produksinya menggandeng UMKM konveksi di Yogyakarta dan rutin menggelar pameran di Malioboro Mall serta Jogja City Mall itu mengungkapkan, bagi pelaku industri kreatif, inovasi menjadi hal yang tak bisa dihindari untuk tetap bisa bertahan. "Inovasi bukan sekadar melahirkan desain atau produk baru, tapi juga harus bisa mengedukasi masyarakat," ujar pria yang memiliki tiga gerai seperti di Galeria Mall, Ambarrukmo Plaza, dan Jalan Kledokan Yogya itu.

Misalnya saja, ujar Sutardi, usai pandemi Covid-19 mereda dan masyarakat mulai concern isu kesehatan juga lingkungan, pihaknya melakukan inovasi dengan meluncurkan produk fashionnya yang dinamai Dias One Set berupa setelan outer dan celana berbahan rayon twill. "Dari inovasi itu kami ingin mengajak orang semakin cinta lingkungan, dengan memanfaatkan bahan yang nyaman," ujar Sutardi yang mengatakan hanya membuat 800 setelan saja untuk inovasi terbarunya itu.

Filosofi Dias One Set itu, kata dia, mengajak orang kembali berpikir tentang keselarasan dan keseimbangan dengan alam. Saat mengenakan suatu pakaian dan merasa nyaman, ujar Sutardi, orang akan merasakan kenyamanan.

Advertising
Advertising

“Nyaman itu kemudian jadi meluas, merasa nyaman dengan lingkungan karena pakaiannya adem, lalu memunculkan rasa syukur,” ucapnya.

Sutardi menilai, lingkungan, termasuk alam mempengaruhi apa yang orang pikirkan, lakukan, dan bagaimana bersikap. Ia mencontohkan, di kota besar orang jarang tersenyum karena kondisi lingkungan yang minim pepohonan. Berbeda dengan orang di pedesaan dengan alam yang asri, keramahan sikap dan perilakunya lebih terlihat.

“Desain ini ingin mengajak orang mencintai alam dan melakukan sesuatu yang lebih, seperti manusia dengan alam yang tak bisa dipisahkan,” kata Sutardi yang selama ini mendesain sendiri produk-produknya.

Kebangkitan pascapandemi Covid-19, ketika orang-orang dengan ceria mulai beraktivitas kembali, juga menjadi inspirasi Sutardi yang dituangkan dalam memilih warna untuk inovasi barunya. Ia mengambil motif motif seperti kipas dan daun itu. Seperti warna pink, grey, purple, dan green.

"Warna terang bisa membuat kondisi emosi atau mood seseorang membaik, orang yang suka warna terang bisa memilih sesuai seleranya,” tutur pria yang dikenal dengan akun media sosial @sutardi_button itu.

Pria yang mendirikan brand lokalnya sejak 2016 itu menambahkan, pelaku industri fashion perlu mengedukasi pencinta fashion untuk memahami jenis bahan kain pakaian. “Indonesia ini beriklim tropis, jadi mudah gerah, maka bahan-bahan atasan seperti rayon bisa membuat adem dan tidak panas,” ujar Sutardin

Selain itu, rayon twill juga bisa dipilih untuk menghadirkan kesan bahan yang lebih elegan. Sekalipun lebih tebal ketimbang bahan rayon, rayon twill tetap dingin ketika dikenakan. Sebenarnya, kata dia, bahan katun juga pas dikenakan di Indonesia. Namun, ia mengingatkan untuk menghindari bahan katun bergramasi tebal karena sekalipun menyerap keringat tetap terasa panas saat dipakai.

“Yang harus dihindari adalah bahan polyester, karena seratnya yang seperti karet membuat gerah dan memicu bau badan,” kata Sutardi.

Sutardi menuturkan, saat pandemi Covid-19 dua tahun lalu, omset penjualan gerainya justru mengalami kenaikan hingga 30 persen. "Saat itu kenaikan omset mungkin dipicu karena belum banyak pesaing dan brand-brand besar fashion masih belum banting harga," kata dia.

Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) DI Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi sebelumnya menuturkan, industri fashion menjadi salah satu tulang punggung geliat pariwisata di Yogyakarta. "Baik sebelum atau sesudah ada Covid-19, fashion tetap jadi kebutuhan masyarakat," kata dia.

PRIBADI WICAKSONO

Baca juga: Desa Sawai di Maluku, Menyatu dengan Sungai, Keluar Rumah Langsung Berenang

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House di Depok

2 jam lalu

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House di Depok

Presiden Jokowi mengharapkan pembukaan IDHT memperkuat ekosistem digital lokal.

Baca Selengkapnya

Ditunggu Setengah Jam untuk Wawancara Cegat, Jokowi: Besok Aja

1 hari lalu

Ditunggu Setengah Jam untuk Wawancara Cegat, Jokowi: Besok Aja

Presiden Jokowi nge-prank jurnalis yang sudah menuggu sekitar setengah jam untuk sesi wawancara cegat atau doorstop.

Baca Selengkapnya

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

1 hari lalu

Solo Great Sale 2024 Diharap Menjadi Sarana UMKM Memasarkan Produk

Solo Great Sale 2024 (SGS 2024) diharapkan menjadi sarana para pelaku UMKM memasarkan produknya.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tegaskan Aturan Sertifikasi Halal UMKM Berlaku per Oktober 2024: Kalau Enggak, Kapan Siapnya?

2 hari lalu

Zulhas Tegaskan Aturan Sertifikasi Halal UMKM Berlaku per Oktober 2024: Kalau Enggak, Kapan Siapnya?

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas meminta para pengusaha pangan untuk segera memenuhi standar sertifikasi halal hingga Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

Kontroversi Larangan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Awal Kasusnya

4 hari lalu

Kontroversi Larangan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Awal Kasusnya

Begini awal kasus munculnya larangan terhadap warung Madura untuk buka 24 jam.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

6 hari lalu

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas merevisi lagi peraturan tentang barang bawaan impor penumpang warga Indonesia dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Menkop UKM Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Pembatasan Jam Buka Warung Madura

6 hari lalu

Menkop UKM Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Pembatasan Jam Buka Warung Madura

Menkop UKM Teten Masduki mengevaluasi pernyataan pejabatnya tentang pembatasan jam operasinal warung atau toko klontong milik masyarakat.

Baca Selengkapnya

Tak Ada Pembatasan Operasi Warung Madura, Teten: Semua Perda harus Berpihak pada UMKM

6 hari lalu

Tak Ada Pembatasan Operasi Warung Madura, Teten: Semua Perda harus Berpihak pada UMKM

Kemenkop UKM pastikan tidak ada yang membatasi jam operasi warung atau toko klontong milik masyarakat seperti warung Madura.

Baca Selengkapnya

Kembangkan Pendanaan UKM, OJK Dorong Pemanfaatan Securities Crowdfunding

6 hari lalu

Kembangkan Pendanaan UKM, OJK Dorong Pemanfaatan Securities Crowdfunding

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) antara lain dengan memanfaatkan securities crowdfunding.

Baca Selengkapnya

Kopdit CU Lete Konda NTT Semakin Eksis dengan Manfaatkan Layanan LPDB-KUMKM

6 hari lalu

Kopdit CU Lete Konda NTT Semakin Eksis dengan Manfaatkan Layanan LPDB-KUMKM

Selain suntikan pinjaman terdapat upaya pembinaan, pendidikan, dan peningkatan usaha koperasi dari LPDB-KUMKM

Baca Selengkapnya