TEMPO.CO, Jakarta - Maladewa adalah salah satu tujuan wisata pantai premium di dunia. Banyak wisatawan mengunjungi tempat ini untuk mencari kemewahan, dari sekadar menikmati laut bersih sampai bulan madu. Kini, negara ini sedang membangun kota terapung untuk menampung 20.000 orang. Berjarak sekitar 10 menit dari ibu kota Malé, proyek yang dikenal sebagai Maldives Floating City ini akan selesai pada tahun 2027.
Kota terapung ini akan menampilkan sejumlah fasilitas seperti rumah cantik, toko, dan sekolah. Semua hal ini akan terletak di area laguna seluas 2 kilometer persegi. Desain kota didasarkan pada jaringan kanal yang akan mengalir di antara rumah-rumah. Ini akan terlihat seperti struktur terapung berbentuk heksagonal.
Menurut beberapa media internasional, pada 2024, sebagian penduduk akan mulai pindah ke rumah baru mereka. Tidak hanya itu, kota ini juga akan menjaga ekosistem laut. Pengembang juga berencana membangun bank karang buatan yang akan dihubungkan ke bagian bawah kota untuk merangsang pertumbuhan alami karang.
Daratan Maldives berada kurang dari satu meter dari permukaan laut. Menurut laporan, pulau-pulau itu akan tenggelam pada 2100. Dan ini adalah alasan utama untuk membangun kota terapung di Maladewa karena kota terapung tidak akan berpengaruh jika permukaan air naik.
Menjadi negara kepulauan dataran rendah di dunia, Maladewa paling rentan terhadap perubahan iklim. Kepulauan ini terdiri dari lebih dari 1.100 pulau karang yang terletak tepat di jantung Samudra Hindia. Naiknya permukaan laut disebabkan oleh perubahan iklim global dan merupakan ancaman langsung bagi negara.
Menurut beberapa laporan dari NASA dan Survei Geologi Amerika Serikat, hampir 80 persen Maladewa berpotensi tidak dapat dihuni pada tahun 2050 mengingat tingkat pemanasan global saat ini.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.